• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, November 8, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Sebatang Kara di Gubuk Reot

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
22 November 2011
in Berita Utama, Kabar Baru, Sosok
0 0
7
Selama sendiri ia hanya mengandalkan warungnya sebagai mata pencaharian. Foto Eka Juni Artawan.

Sebuah gubuk reot sering jadi perhatian saya ketika melintas jalur Denpasar – Gilimanuk.

Gubuk tersebut berlokasi persis di sebelah timur jalan raya desa Bonian, Selemadeg, Tabanan. Beberapa waktu lalu saya menyempatkan diri untuk menghampiri ketika saya hendak berangkat menuju Denpasar.

Sore itu saya lihat semua pintu gubuk terbuka. Namun, tidak ada seorang penghuni terlihat di luar. Sekilas sangat jelas gubuk tersebut sebuah warung sangat sederhana. Warung tersebut hampir sering saya liat selalu sepi sepanjang saya melintas sana.

Kondisi jalan depan warung tersebut agak sedikit menurun. Ketika saya ke sana, posisi motor terparkir agak jauh dari posisi warung tersebut karena kelewatan saat hendak berhenti. Saya mencoba melangkah mendekat warung, namun tidak satupun terlihat orang di sekitar pekarangan yang banyak ditumbuhi pohon bambu itu.

Ketika saya persis berada di depan warung, keluarlah seorang ibu tua membisu tanpa sepatah kata terucap.

Saya dahulukan diri untuk menyapa dengan Bahasa Bali. “Ampura, Bu. Ibu sendiri deriki nggih?”

“Nak wenten napi?” jawabnya balik bertanya.

“Ten tiang cuman hanya mampir karena perjalanan dari kampung jagi ke Denpasar nika, Bu,” sahut saya.

Sekilas, seperti itulah awal pembicaraan kami dimulai. Ibu tersebut bernama Ni Luh Suartini. Dia tak tahu berapa umurnya. Tidak hanya berbahasa Bali, ibu tersebut juga memiliki kemampuan berbahasa Indonesia cukup baik. Penampilannya agak lusuh sambil mengenakan sandal yang tidak sejenis.

Sendiri
Ia mengaku sudah 20 tahun hidup sendiri bahkan belum pernah menikah sampai saat ini. Selama itu pula ia tinggal di gubuknya. Gubuk ini merupakan pemberian dari paman sebagai tempat numpang. Selama sendiri ia hanya mengandalkan warung miliknya sebagai mata pencaharian tetap.

Kadang-kadang di sela kesepiannnya, ia menyempatkan diri tinggal di rumah bibinya tidak jauh dari warung tersebut.

Sesekali dalam obrolan itu mata saya memerhatikan kondisi gubuk yang sangat tidak layak dijadikan sebagi tempat tinggal. Kondisi atap yang sudah darurat dilapisi plastik agar tidak bocor. Saat mengobrol tak jarang suara kami tergangu oleh derungan kendaraan truk yang begitu keras melintas. Akibatnya, apapun yang kami bicarakan kadang kurang begitu jelas terdengar. Jeda sesaat lalu setelah arus sepi baru mulai obrolan lagi.

Selain gubuk sebagai warung, di sana juga terlihat sebuah pondokan kecil beratapkan anyaman dari daun kelapa yang sudah terlihat mengering. Tempat tersebut dijadikan tempat memasak olehnya. Persis di sebelah timur gubuk terdapat sebuah aliran anak sungai yang posisinya agak curam.

Di sekitar sana tidak banyak terlihat rumah penduduk, hanya ada satu rumah persis di depan gubug, itu pun posisinya agak menjorok ke dalam.

Sudah cukup lama berbicara, saya mencoba meminta izin untuk melihat lebih dekat lagi keadaan dalam gubuk yang dijadikan warung sekaligus tempat tinggalnya. Tidak banyak aneka makanan atau minuman saya lihat. Hanya terlihat beberapa minuman yang masih utuh serta beberapa buah dan camilan kering. Sisanya hanya botol kosong yang sudah berdebu terpajang di meja dagangannya. Di balik meja dagangan tidak banyak cahanya yang menerangi. Kondisinya gelap walaupun saat itu hari masih sore.

Tiap malam ibu tua itu tinggal tanpa penerangan lampu listrik. Sebuah lentera kecil dihidupkan tatkala dibutuhkan saja. Selebihnya, ia lebih banyak tingal gelap gelapan ketika malam menyelimuti gubugnya. [b]

Tags: JembranaSosialSosok
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

UMKM Terseok-Seok Hadapi Penataan di Pantai Sanur

Inilah Proyek Investasi Daerah Bali

23 August 2025
Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

19 October 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Next Post
Selamatkan Bali, Tolak Revisi Tata Ruang

Selamatkan Bali, Tolak Revisi Tata Ruang

Comments 7

  1. suryaden says:
    14 years ago

    jika di hitung, ada berapa juta orang seperti ini ya… #ngenes

    Reply
  2. I Wayan Subagia Arimbawa,A.Md.Kom says:
    14 years ago

    Sungguh kasian, semoga kita semua bisa mengulurkan tangan !

    Reply
  3. dewa setiawan says:
    14 years ago

    kasian…smoga ada pihak yang sanggup memperhatikan lebih dekat lagi atas kondisi yang dialami

    Reply
  4. agus widiantara says:
    14 years ago

    ironis, sisi lain gemerlap pulau dewata yang memilukan 🙁

    Reply
  5. Ni Melarat says:
    14 years ago

    Tiap kali saya pulang ke kampung dan melewati tempat ini sering saya perhatikan masihkah ibu ini disitu ternyata waktu ini tak lihat atap rumahnya berubah dengan plastik dan …hati ini berkata …oh ibu ini masih disitu dan setua apakah dia….?
    kenapa keluarga tidak mengajak dia tinggal bersama …kenapa harus pisahkan & sendirian dengan keterbatasan yang ada…..ironis itulah kata2 yng bisa terucap.

    Reply
  6. nina pradini says:
    14 years ago

    kenapa kita tak tergerak utk mmbantunya???????????? byangkan jika itu adlah kluarga kita…. apakah kita cuma bsa diam??

    Reply
  7. omdani says:
    14 years ago

    haha kalauw yg berada di gubuk reot itu cewe cuantik. Aku pasti mau menemaninya sampai 7 hari 7 malam

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

7 November 2025
Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia