• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, July 8, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Sanksi Adat untuk Meningkatkan Kualitas Kopi Kintamani

Anton Muhajir by Anton Muhajir
26 November 2008
in Kabar Baru
0 0
1

Oleh Anton Muhajir

Petani kopi di Kintamani, Bangli menggunakan sanksi adat untuk petani yang melanggar kesepakatan kelompok. Dengan cara itu kualitas kopi Arabica yang mereka hasilkan akan tetap terjaga kualitasnya sehingga layak masuk pasar internasional. Demikian dikatakan petani di Subak Sukamaju, Desa Landih, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Nengah Kempel, petani anggota Subak Abian ditemui ketika sedang membersihkan pohon-pohon kopi di sekitar 50 are lahan miliknya beberapa waktu lalu. Selain kopi, Kempel juga menanam sayur, kakao, dan beternak sapi.

Kopi kintamani punya satu musim panen tiap tahun antara bulan Juni sampai Oktober. November sampai Mei adalah musim bagi petani kopi untuk memelihara pohon dan memupuk. Kempel, seperti sekitar 150 anggota subak lainnya, menggunakan pupuk organik di kebun mereka. “Kami tidak boleh pakai pupuk kimia seperti TSP dan Urea. Kalau pakai, kami bisa kena sanksi adat,” kata Kempel.

I Wayan Jamin, Kelian Subak Sukamaju mengatakan sanksi adat untuk anggota subak yang melanggar itu mulai diberlakukan sejak tahun 2005 lalu. Menurut Jamin, yang juga Kepala Desa setempat, aturan itu muncul untuk meningkatkan kualitas kopi kintamani. Sebab, katanya, penggunaan pupuk kimia justru merusak kualitas.

“Kalau pakai pupuk kimia buah kopi yang dipanen jadi cepat rusak. Sekarang panen, besok sudah rusak. Tapi kalau pakai pupuk organik lebih baik. Meski sudah tiga hari dipanen, buahnya masih bagus,” kata Jamin.

Kualitas ini perlu dijaga, lanjutnya, karena ada permintaan dari perusahaan yang bekerja sama dengan subak abian setempat. PT Indokom, salah satu eksportir produk pertanian yang berbasis di Lampung dan Surabaya, secara konsisten membeli produk kopi petani setempat sejak lima tahun lalu. Namun perusahaan tersebut hanya mau membeli produk kopi organik. “Jadi kami harus menjaga agar kopi kami tidak tercemar bahan-bahan kimia,” kata Jamin.

Tidak hanya untuk pemeliharaan tanaman, petani setempat juga memperhatikan waktu panen kopi. Sebelum ada kerjasama, petani setempat sudah memanen kopinya meski masih berwarna hijau. Tapi sekarang kalau sudah merah baru dipanen. “Sebab itu mempengaruhi kualitas kopi juga,” kata Jamin.

Menurut Jamin, kalau ada anggota subak yang memanen kopi sebelum berwarna merah, maka petani tersebut akan mendapatkan sanksi adat. Bentuk sanksi yang diberikan itu tergantung tingkat kesalahan. Kalau kesalahan kecil seperti memetik saat masih hijau, maka petani itu akan harus membayar ke desa adat sebesar Rp 1000 kali jumlah anggota. Dengan 150 anggota desa adat, yang juga anggota subak abian, maka petani yang melanggar harus membayar Rp 150.000.

“Kalau sampai tiga kali melakukan kesalahan ya tidak akan diajak di subak atau bahkan dikucilkan secara adat (kasepekang). Akibatnya tidak boleh ikut sembahyang. Sampai mati pun tidak boleh,” kata Jamin.

Petani sendiri tidak mempermasalahkan adanya sanksi adat tersebut. “Kan ini sudah hasil kesepakatan bersama,” kata Kempel. Selain itu, lanjutnya, kesepakatan itu dibuat untuk kepentingan bersama.

Subak Abian Sukamaju sendiri sudah lama berdiri. Namun sejak 2005 lalu, kelompok ini makin aktif setelah bekerja sama dengan PT Indokom dalam hal pemasaran. Adanya kerja sama dengan swasta ini, bagi Kempel maupun Jamin memang sangat membantu petani setempat.

Sebelum ada kerja sama dengan swasta untuk pemasaran, petani setempat mengaku harus menjual kopi dengan harga tidak pasti ke tengkulak. “Tapi setelah ada kerja sama, kami bisa mendapat harga lebih stabil,” kata Kempel.

“Kami juga mendapat pembinaan melalui petugas penyuluh lapangan tentang bagaimana cara petik yang baik,” lanjutnya. Salah satu hal yang berubah adalah soal umur kopi yang dipanen. Kalau sebelumnya petani memanen ketika kopi masih hijau, sekarang memanen ketika sudah berwarna merah –berarti lebih tua.

Asnawi Shaleh dari PT Indokom mengatakan bahwa perusahaannya memang lebih ingin meningkatkan kualitas kopi kintamani sesuai permintaan pasar. Karena itu mereka juga memberi jaminan harga.

“Kalau harga di pasar lebih tinggi, kami akan sesuaikan dengan harga pasar. Tapi kalau harga di pasar lebih rendah, kami beli dengan harga sesuai jaminan,” katanya.

Menurut Asnawi, perusahaannya tertarik dengan kopi kintamani karena dia masuk Specialty Coffee, kopi spesial yang mendapat harga mahal di pasar. Selain kopi kintamani (Bali) kopi lain yang masuk Specialty Coffe adalah kopi toraja (Sulawesi Selatan), kopi lintong (Sumatera Utara), kopi gayo (Aceh), kopi ijen (Jawa), dan kopi flores (Nusa Tenggara Timur). Kopi-kopi tersebut diekspor ke Eropa, AS, dan Jepang dalam bentuk kopi kering.

Kempel mengaku kopinya dibeli dengan harga Rp 5.500 per kg untuk gelondong merah. Padahal di pasar harganya sekitar Rp 5000. Dengan luas lahan sekitar 50 are, Kempel mengaku bisa mendapat sekitar Rp 25 juta per satu musim panen (sekitar lima bulan).

Selain membantu dalam hal pemasaran, PT Indokom juga membantu peningkatan harga kopi dengan memberikan mesin pengolahan. Sejak dua tahun lalu, Subak Abian Sukamaju sudah punya unit prosessing sendiri.

“Jadi kami bisa mengolah kopi dengan merk kami sendiri,” kata Jamin. Kopi dengan merk B36 itu dijual dalam tiga tingkat kualitas: kualitas ekspor seharga Rp 180.000 per kg, kualitas swalayan Rp 50.000 per kg, dan kualitas lokal Rp 35.000 per kg. [b]

Tags: KintamaniPertanian
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Emas Hitam Kintamani: Anak Muda dan Masa Depan Pertanian

Emas Hitam Kintamani: Anak Muda dan Masa Depan Pertanian

10 June 2025
Petani Muda Mengani tetap Bergairah di Tengah Pandemi

Petani Muda Mengani tetap Bergairah di Tengah Pandemi

7 April 2021
Jalan Pelik Bali Organik

[Laporan Mendalam]: Jalan Pelik Mimpi Bali Organik

27 January 2021
Kilas Balik Gerakan Tanam Saja Sepanjang 2020

Kilas Balik Gerakan Tanam Saja Sepanjang 2020

2 January 2021
Sekolah Lapang Kompos untuk Kesuburan Tanah

Sekolah Lapang Kompos untuk Kesuburan Tanah

7 December 2020
Cokelat Buatan Petani Perempuan di Banjar Moding

Cokelat Buatan Petani Perempuan di Banjar Moding

4 November 2020
Next Post

Seminar NEW MEDIA: Akhir Sebuah Media Konvensional?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Pariwisata Bergeliat, Konflik Tanah pun Menguat

Tren Pariwisata di Kawasan Rawan Bencana

8 July 2025
Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

Pasar Badung’s Fancy Facade, Tukang Suun Plod, Protection is Flawed

8 July 2025
[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Bali Masa Depan: Hibriditas atau Eksklusivitas Etnis?

5 July 2025
Mahasiswa menjual Siobak, kuliner khas Buleleng, belajar dari video

Mahasiswa menjual Siobak, kuliner khas Buleleng, belajar dari video

4 July 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia