Teks Luh De Suriyani, Foto Ilustrasi Potret Bali
Niveditha Parthasarathy, seorang guru tari perempuan India memperlihatkan sejumlah gerakan tari khas India yang enerjik, Kamis sore, di Indian Cultural Centre (ICC), Bali.
Dalam lima menit Niveditha menunjukkan sejumlah gerakan tari Pusphanjali, sebuah tari dari Tamilnadu, India Selatan. Tarian ini mempunyai karakter sama dengan tari Puspanjali, nama tarian Bali yang biasa ditarikan ketika menyambut tamu di ruang pertemuan.
Nama tariannya hampir sama, namun berbeda nuansa dengan perbedaan pakaian, postur tubuh, dan ritme. “Pushpanjali is one of the invacatory dance items in Bharathanatyam (kind of classic dance in India). In this dance, the dancer offers flowers and pays respect to the stage, deity, guru, and the audience,” Viveditha menjelaskan.
Ia memperlihatkan gerakan mengambil bunga, menyapa ibu pertiwi dengan meraupkan tangan di tanah lalu mengusapnya di dahi. Kerlingan mata dan hentakan tangan lebih kuat dibanding Puspanjali versi Bali. Apalagi ditambah hentakan kaki yang sangat kuat hingga menimbulkan ritme baru. Niveditha bisa menari dengan nyaman tanpa iringan musik.
“Tarian Bali dan India punya filosofi yang hampir sama, namun kita perlu terus belajar untuk saling memahami bagaimana ini bisa merekatkan persaudaraan,” ujar Bhuvneshwar Sharma, Deputy Director ICC Bali.
Inilah yang menjadi latar belakang dihelatkan Festival of India di Bali dan enam kota lain di Indonesia. Yakni Jakarta, Bandung, Medan, Jogjakarta, Surabaya, Pekanbaru, dan Mataram.
Di Bali, tak hanya dilaksanakan di Denpasar juga Ubud, Karangasem, Klungkung, dan Singapadu-Gianyar pada 1 November sampai 11 Desember ini.
Festival of India ini dihelat oleh Kedutaan Besar India, Kementrian Kebudayaan India, dan bekerja sama dengan komunitas alumni mahasiswa Bali di India.
Sekitar 90 penari profesional India akan mengadakan pementasan di 12 tempat di Bali. Sementara dari Bali, sekitar 100 juga akan memperlihatkan berbagai traian tradisi dan religius Bali. Tarian Bali dan India ini akan ditarikan di panggung yang sama, secara bergantian. Jadi tidak ada kolaborasi khusus. Dimulai pada 1 November di Puri Saraswati, Ubud, akan berlangsung pertunjukkan tari Manganiars dan Kathak.
Sementara pada 3 November di Gedung Ksiraarnawa, Art Centre, Denpasar, pertujukan grup tari Bharathanatyam. Dilanjutkan di Ashram Gandhi Puri Klungkung, Puri Gede Karangasem, Ashram Ratu Bagus Karangasem, Bali Spirit Ubud, dan Geoks, Gianyar.
Semuanya merupakan tarian dan nyanyian klasik India. “cerita-cerita dalam tarian sangat akrab seperti Ramayana dan Mahabharata,” ujar Agus Indra Udayana, Koordinator Bali-India Friendship yang mengkoordinir pelaksanaan festival di Bali.
Agus Indra menambahkan semua pertunjukkan gratis, dapat ditonton umum jika mengambil tiket sebelumnya di ICC Bali dan Ashram gandi Puri Klungkung. Festival ini bisa diunduh di www.jnicc.org atau www.indoindians.com.
“Semua seniman tidak dibayar, dan diharapkan warga Bali memanfaatkan festival ini sebagai dialog kebudayaan,” katanya.
Ia mengaku sedikit kecewa karena harus membayar gedung Ksirarnawa untuk pertunjukkan di Denpasar, berbeda dengan di lokasi lainnya. “Saya berharap festival of India pertama di India ini akan menjadi kalender rutin,” tambahnya.
Di Bali, kebanyakan pertunjukkan adalah tari, sementara di kota lain ada handicrafts exebition, a film week, food festifal, fashion shoe, and academic seminar.