Di sinilah banyak orang menyucikan diri.
Bagi umat Hindu Bali, sumber air alami tidaklah sekadar tempat mandi, tetapi juga sekaligus untuk menyucikan diri. Begitu pula sumber air Tirta Empul di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring Kabupaten Gianyar, Bali.
Tiap hari ribuan umat Hindu Bali menyucikan di sumber air alami di desa berjarak sekitar 40 km dari Denpasar ini.
Secara harfiah, Tirta Empul bermakna air yang keluar dari tanah. Hal ini tidak lepas dari keyakinan umat Hindu Bali bahwa di lokasi tersebut Dewa Indra menancapkan tombak ke tanah sehingga air pun keluar. Air itu diyakini suci dan bisa menyembuhkan.
Keyakinan itu yang dipegang teguh umat Hindu Bali, termasuk Dewi Mahayanti. Perempuan muda ini mandi untuk menyucikan diri (melukat) di Tirta Empul beberapa waktu lalu setelah dia terhindar dari beberapa kecelakaan.
“Melukat di Tirta Empul dulu biar bersih dan terhindar dari petaka,” ujarnya.
Bersama dua temannya, Mahayanti pun berendam di Tirta Empul selama sekitar satu jam. Tidak hanya mandi seperti biasa, dia juga melakukan ritual seperti sembahyang umat Hindu Bali meminta doa kepada pemangku setempat.
Namun, Tirta Empul bukanlah hanya untuk umat Hindu semata. Tempat ini juga menjadi tujuan wisata bagi siapa saja. Tirta Empul adalah tempat sembahyang (pura) bagi umat Hindu sekaligus pemandian bagi siapa saja.
Ada pula yang menyebutnya sebagai istana air karena dia memang memiliki banyak kolam air di kawasannya. Inilah yang membedakan Tirta Empul dengan pura lain di Bali.
Sejumlah Pantangan
Layaknya pura lain di Bali, Pura Tirta Empul terdiri dari tiga bagian yaitu bagian paling luar (nista mandala), tengah (madya mandala), dan inti (utama mandala).
Suasana sejuk langsung terasa ketika masuk kawasan ini. Tampaksiring memang termasuk kawasan berhawa dingin karena letaknya di pegunungan. Pohon-pohon besar ataupunair mengalir di sungai dan saluran air menambah sejuk suasana.
Di bagian paling luar pura ini terdapat pemandian umum yang bisa dipakai hanya untuk mandi biasa. Tidak perlu pakaian khusus ataupun pantangan tertentu untuk bisa mandi di kolam paling luar dari kawasan Tirta Empul ini.
Namun, begitu masuk kawasan madya mandala, pengunjung harus memenuhi sejumlah aturan. Selain harus membayar tiket masuk, terutama bagi yang tidak bersembahyang, tapi hanya sebagai turis, pengunjung juga harus mengenakan pakaian layaknya akan sembahyang, seperti memakai sarung (kamen) dan selendang. Pengelola menyediakan sarung dan selendang ini secara gratis.
Aturan lain bagi pengunjung adalah tidak boleh sedang berduka cita (sebel), misalnya keluarga meninggal, dan menstruasi bagi perempuan. Aturan itu tertulis di pintu masuk ataupun dikatakan oleh petugas di bagian informasi.
Sejumlah aturan itu juga tertulis jelas bagi mereka yang hendak melukat. Misalnya tidak boleh menggunakan sabun atau sampo pada saat melukat, harus memakai baju adat, juga tidak boleh mencuci segala jenis pakaian. Dengan begitu, maka air di Tirta Empul pun terus terjaga. Jernih dan bersih.
Bersihnya air di Pura Tirta Empul itu sudah terlihat di madya mandala. Setelah pintu masuk berupa Candi Bentar, pengunjung langsung disambut kolam ikan dengan ikan koi dan ikan emas berenang dalam rombongan. Warna-warna cerah kuning dan merah ikan bisa memanjakan mata.
Di bagian lain dari madya mandala ini terdapat pula wantilan untuk beristirahat serta halaman luas di mana pengunjung bisa berfoto-foto dengan latar belakang Candi Bentar ataupun patung kepala raksasa dari anyaman bambu.
Antre
Bagian utama mandala Pura Tirta Empul merupakan daerah terbatas karena dianggap sakral. Hanya orang tertentu pada waktu tertentu yang boleh masuk. Sehari-hari, tempat ini lebih sering tertutup kecuali jika ada yang sembahyang.
Di bagian utama mandala pula terdapat sumber air bernama Taman Suci. Untuk menjaga kesucian dan kebersihan, tempat ini selalu tertutup.
Namun, pengunjung tetap bisa melukat di bagian tengah. Ada tiga kolam kecil untuk pengelukatan atau tempat melukat. Tiga kolam ini berukuran kurang lebih sama, sekitar 10 x 3 meter. Dalamnya sampai di bawah dada orang dewasa.
Di bagian utara tiap kolam ini terdapat pancuran berderet mengalirkan air yang dianggap mampu membersihkan. Tiap pengunjung bisa mandi besar, termasuk menyiram kepala, dari air mancur itu. Namun, perlu perjuangan lebih untuk melakukannya.
Saking banyaknya pengunjung, mereka yang mau melukat ini harus antre sampai satu jam atau malah lebih. Mereka berbaris rapi di dalam kolam berair dingin itu. Laki-laki hampir semuanya bertelanjang dada.
Di bagian paling ujung timur tempat pengelukatan ini terdapat kolam yang disebut Pancaka Tirta, tempat air suci yang diambil untuk upacara-upacara umat Hindu di Bali. Tidak sembarangan orang boleh mengambil air suci ini dan menggunakannya. Biasanya khusus para pemangku, pemimpin upacara atau sembahyang, yang boleh mengambilnya.
Dengan keunikannya, Tirta Empul telah menjadi salah satu objek wisata alam populer di Bali, khususnya Tampaksiring. Tiap hari ribuan pengunjung datang hanya untuk sekadar menikmati jernihnya air di Tirta Empul ataupun ikut melukat.
Saking populernya, bahkan Presiden Amerika Serikat ke-44 Barack Obama pun mengunjungi tempat ini ketika berlibur bersama keluarganya pada Juni 2017. Selama sekitar 30 menit, Obama datang dan berkeliling di tempat ini.
Sayangnya, Obama tidak sampai ikut melukat di Tirta Empul ketika dia berkunjung. Mungkin karena dia malas antre berjam-jam atau takut dengan dinginnya air di sini. [b]