• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, June 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Prasangka dan Maskulinitas, Siapa Monsternya?

Bandem Kamandalu by Bandem Kamandalu
20 January 2024
in Kabar Baru
0 0
0
Minato dan Yori, sumber: Pinterest.com

Lebih baik terlambat atau tidak sama sekali, pikirku setelah selesai menonton film ini. Akhirnya kuputuskan untuk menuliskannya sedikit lebih panjang di sini.

Prolog

Monster, film asal Jepang yang disutradarai oleh Hirokazu Kore-eda dari skenario yang ditulis Yuji Sakamoto ini sebenarnya mengangkat tema yang sangat relevan tentang apa yang sering terjadi di sekeliling kita.

Aku percaya bahwa menonton film adalah bagian dari perjalanan spiritual, jadi apa yang aku tafsirkan mungkin saja berbeda, maka rasanya perlu untuk menggarisbawahi hal ini. Tulisan ini mengandung spoiler, segera tinggalkan tulisan ini kalau kalian belum menonton filmnya.

Sepanjang film aku bertanya-tanya ada apa, apa yang sedang terjadi, siapa monsternya? Minato, tokoh utama dalam film ini juga menanyakan hal yang sama, “siapa monsternya?”. Kore-eda membagi film ini dalam tiga sudut pandang. Film dimulai dari sudut pandang Saori Mugino, seorang ibu tangguh yang selalu mengusahakan yang terbaik untuk anaknya, Minato Mugimo. Membesarkan anak seorang diri membuatnya bersikap cukup protektif.

Saori Mugino menyadari perubahan-perubahan yang perlahan dialami oleh Minato. Sejak saat itu ia mulai mencari tahu apa yang sedang dialami oleh anaknya. Di awal film kita akan dengan mudahnya menganggap bahwa hal-hal buruk yang terjadi kepada Minato disebabkan oleh Hori, seorang guru di sekolah Minato.

Paruh kedua film ini bercerita dari sudut pandang Hori. Seketika anggapanku tentang sosoknya sedikit demi sedikit mulai runtuh. Hal-hal yang dilakukan oleh Hori adalah kegalalannya memahami Minato, banyak kesalahpahalaman yang terjadi. Namun tidak akan aku jelaskan disini.

Paruh terakhir menuju klimaks, bercerita dari sudut pandang Minato. Kedekatannya dengan Yori, seorang anak laki-laki yang dicap “berbeda” di lingkungan sekolahnya menjadi puzzle pelengkap dari dua sudut pandang sebelumnya.

Prasangka

Sama halnya dengan Saori, aku dengan mudahnya menganggap bahwa Hori adalah pelaku dari semua kejadian ini. Begitu pula dengan Hori yang dengan mudahnya menganggap Minato sebagai anak laki-laki nakal yang kerap berkelahi dengan temannya Yori. Fenomena ini sangat familiar dan sering terjadi di antara kita.

Dengan gegabah kita sering kali bertindak dan merasa paling benar tanpa melihat kejadian sebenarnya dengan utuh. Perilaku seperti ini sering aku temui di media sosial, dengan mudahnya orang-orang meninggalkan komentar negatif, tanpa mengetahui pangkal permasalahan yang terjadi, tanpa memikirkan apa yang kemudian terjadi pada si korban, dan apa yang akan terjadi pada keluarga si korban. Lalu siapa monster yang sebenarnya?

Tentang mencari jati diri

Pemahaman akan “maskulinitas” yang diamini oleh sebagian besar masyarakat menjadi tembok penghalang bagi Yori dalam mengekspresikan dirinya. Perilaku yang dianggap menyimpang membuatnya mendapatkan perlakuan-perlakukan yang tidak pantas. Hal ini berdampak pada persahabatan yang terjalin antara kedua tokoh utama dalam film ini, Minato dan Yori.

Budaya maskulitas yang telah mandarah daging membuat Minato tidak berani terang-terangan berteman dengan Yori. Ketakutan akan dibuli membuatnya memilih untuk tidak menjalin komunikasi di lingkungan sekolah. Sebaliknya, ketika mereka berada di sebuah bus terbengkalai “safe place” keduanya bercengkrama dengan nyaman dan intim.

Tempat yang aman? Sumber: Pinterest.com

Kuatnya norma tentang maskulinitas yang mengakar di masyarakat membuat sekolah saja tidak mampu menjadi “safe place” bagi mereka. Akibat norma itu pula membuat Minato merasa denial ketika menyadari bahwa ia memiliki perasaan dengan Yori.

Pada akhir film ini Yori bertanya kepada Minato “kita telah terlahir kembali?”, kemudian Minato menjawab “tidak, kita masih yang dulu”. Ada sebagian orang yang menganggap mereka mati, ada sebagian orang pula yang beranggapan bahwa mereka masih hidup setelah kejadian itu. Tapi aku tidak peduli, yang aku tahu film ini memiliki ending terbaik yang membuatku meneteskan air mata.

Tags: film festivalfilm monsterjepangmaskulinreview monster
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Bandem Kamandalu

Bandem Kamandalu

Masih kuliah di jurusan Arkeologi Unud. Antusias dengan bangunan-bangunan jadul. Obrolan lebih lanjut sila klik instagramku di bawah ini.

Related Posts

Banten bukan Beban Perempuan, Laki-Laki Juga Punya Peran

Banten bukan Beban Perempuan, Laki-Laki Juga Punya Peran

18 April 2025
Ketika Maskulin dan Feminin Jadi Satu

Ketika Maskulin dan Feminin Jadi Satu

7 February 2023

Format Baru Program Indonesia Raja 2020

11 March 2020
Jelajah Wilayah Hokuriko dengan Hokuriko Area Pass

Jelajah Wilayah Hokuriko dengan Hokuriko Area Pass

24 February 2020
Budayawan Jepang Mewariskan “Tembang Bali”

Budayawan Jepang Mewariskan “Tembang Bali”

28 July 2011
Next Post
Beberapa Proyek Wisata yang Dikritisi karena Amdal

Beberapa Proyek Wisata yang Dikritisi karena Amdal

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

Gumi Serombotan: Industri Kain Tradisional Melaju, Anak Mudanya Berlayar

12 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia