Oleh: I Nyoman Kartya
I Wayan Suteja berusia 30 tahun berasal dari Desa Ban telah menekuni beternak ayam aduan sejak 6 tahun lalu sampai sekarang. Peternakan berawal dari kesukannya melihat ayam petarung, sehingga membuatnya ingin memelihara ayam di rumahnya.
Usaha ayam aduan punya prospek yang bagus karena banyak penghobi untuk dipelihara dan diadu. Namun, dalam perjalana Suteja usaha budidaya ayam petarung yang digelutinya menemui banyak kendala. Tak jarang ia mengalami kegagalan.
Salah satunya, kegagalan karena ayam sakit. Menurut Suteja, ayam yang sakit biasanya menunjukkan tanda-tanda yg bisa dikenali dari perilaku ayamnya. Cara mengenali ayam sakit, misal suhu tubuh tinggi, kotoran bijau dan putih cair. Pernafasannya terganggu seperti sesak nafas, bulu kusam.
“Kalau warna bulunya kusam atau tidak mengkilap kemungkinan cacingan,” tutur Suteja dari pengalamannya membudidayakan ayam aduan.
Kategori ayam sehat dan mahal bulunya lebat. Bulu yang bagus seperti keemasan, putih cerah, dan hitam legam. Satu lagi kombinasi hijau dan kuning, merah atau disebut bang.
Ayam buik, bulunya tutul-tutul. Memiliki tubuh proporsional tidak terlalu tinggi dan pendek, gerakan lincah, otot bagus, dan gaya bertarung cerdik. Pintar menguasai jurus menghindari lawan.
Di Desa Ban sendiri yang membudidayakan ayam aduan kurang dari 10 orang. Fatalnya, sering sekali ayam mati karena keterlambatan penanganan saat sakit karena ditinggal ke luar kota. Seperti yang dialami Suteja, ayamnya mati ketika ditinggalkan ke pulang kampung Buleleng.
“Orang rumah tidak tahu kalau ayam sakit,” ungkap Suteja.
Namun setelah memahami cara pemberian vitamin dan perawatan yang lebih baik, produksi ayamnya pun jadi lebih bagus dan berkualitas.
Beberapa hal penting yang dilakukan dalam budi daya ayam aduan adalah memastikan kandang tetap steril dan bersih. Sehingga tidak ada virus maupun bakteri yang bisa membuat ayam sakit. Pemberian pakan secara teratur yaitu 2x sehari juga mempengaruhi kesehatan ayam aduan. Tak lupa, Suteja memberi air bersih dan vaksinasi berkala, setiap 3 bulan sekali.
Biaya perawatan pakan seperti ayam aduan milik Suteja diberikan sentrat 511, 594 beras merah, kacang hijau, gabah, jagung, kacang merah, dan ketan hitam. Tiap hari makan dua kali jam 9 pagi dan 5 sore. Seminggu atau dua mi ggu sekali vitamin B, kalsium dalam tablet, dan suntikan multivitamin dan antibiotik.
Budi daya ayam aduan Suteja telah terjual ke berbagai daerah, terutama di Bali. Beberapa telah terjual ke luar Pulau Bali seperti ke Lombok. Usia ayam yang dijual juga mulai dari usia 1 bulan sampai 2 tahun.
Budi daya ayam petarung bisa jadi potensi pengembangan di Desa Ban, Karangasem. Meskipun pasti tetap ada hambatan. Seperti cuaca, apalagi musim hujan, ayam kedinginan. Tantangan lainnya, adalah ketika merawat anak ayam.
“Meningkatnya budi daya bisa mendorong sektor pertanian misal kebutuhan jagung. Jenis pakan lain harus dibeli di pasar atau pakan jadi yang sudah dicampur,” perkiraan Suteja.