
Penulis: Ni Putu Linda Riniasih dan Ni Komang Ayu Julia Ningsih
Di kaki bukit yang hijau, tersembunyi sebuah permata budaya, yaitu Desa Pedawa. Dikenal dengan keramahan penduduknya dan tradisi kental yang unik. Namun, belakangan ini Desa Pedawa terusik oleh sebuah ancaman senyap yang perlahan menggerogoti denyut nadi desa, yaitu punahnya pohon aren.
Berabad-abad, pohon aren telah menjadi tulang perekonomian dan budaya Desa Pedawa. Para tetua desa masih mengingat jelas masa hamparan pohon aren yang berdiri kokoh di Desa Pedawa.
Namun, dekade terakhir ada pergeseran drastis. Pohon aren digantikan oleh pohon cengkeh pada era 2000-an. Tentunya banyak alih fungsi lahan karena pohon cengkeh dianggap memiliki nilai ekonomi yang lebih menjanjikan. Pohon cengkeh yang memerlukan sinar matahari menjadi salah satu faktor ditebangnya pohon aren yang sangat penting bagi budaya Pedawa.
Pohon aren tidak lepas dengan adat, tradisi, dan budaya Desa Pedawa. Menyediakan sumber penghidupan yang terus mengalir. Dari daunnya, nira, dan ijuk, semua memiliki nilai esensial pada kebudayaan Pedawa.
Meskipun ancaman ini nyata, bukan berarti harapan telah pupus. Beberapa petani aren mendirikan Kelompok Tani Getah Uyung pada tahun 2021. Hal ini dilakukan guna melestarikan kembali pohon aren, seperti melakukan penanaman kembali bibit pohon aren pada lahan yang memungkinkan. Selain itu, juga melakukan kolaborasi dengan Dinas Pariwisata pada tahun 2025 lalu, guna melakukan promosi produk olahan aren sebagai komoditas yang perlu digalakkan.
Namun, untuk mendukung pelestarian diperlukan dukungan yang lebih besar, baik dari Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun masyarakat Desa Pedawa. Regulasi tentang perlindungan lahan aren dan insentif bagi petani yang mempertahankan aren sangat diperlukan. Ini adalah panggilan untuk bertindak demi kelestarian budaya Desa Pedawa.
(Salah satu karya Kelas Jurnalisme Warga Desa Pedawa)
kampungbet kampungbet











wah, ini sudah ada artikelnya, tentang pohon aren
mantab