Penerimanya perusahaan, LPD, wirausahawan muda, dan pelaku industri kreatif.
Pemerintah Kota Denpasar memberikan penghargaan bagi sejumlah pihak yang mendukung perekonomian dan industri kreatif di Denpasar.
Pertama, penghargaan untuk 18 perusahaan yang dinilai mendukung Corporate Social Responsibility (CSR) pada tahun lalu karena terlibat dalam sejumlah pelayanan publik dan kemanusiaan.
CSR tahun lalu meliputi pelayanan kesehatan dan penyandang cacat, revitalisasi pasar desa, penataan taman kota, dan peningkatan prasarana kebersihan.
Sebagian besar penerima penghargaan adalah bank dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Di antaranya ada Bank BPD Bali, Danamon, Mandiri, PT Jasa Raharja, dan Indonesia Power. Sementara pihak swasta adalah Hardys Foundation, Inna Grand Bali Beach, dan Caritas Switzerland di Denpasar yang membuat usaha pengolahan minyak jelantah.
“Kalau hanya mengadalkan pemerintah, pembangunan tak bisa cepat,” kata Walikota IB Rai Dharmawijaya Mantra, pada award night akhir pekan lalu di Denpasar. Ia mengatakan pelaksana CSR mendorong pertumbuhan ekonomi dengan memperhatikan aspek social dan lingkungan.
Kedua, penghargaan pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) milik desa pekraman di Denpasar dengan klasifikasi kesehatan usahanya di atas 85% dan asset di atas Rp 5 milyar rupiah. Ada 10 LPD yang terpilih yakni LPD Desa Pekraman Kesiman, Pedungan, Ubung, Panjer, Sesetan, Kepaon, Padang Sambian, Sumerta, Penatih, dan Tanjung Bungkak.
Ketiga, penghargaan untuk kedua kalinya pada sejumlah wirausaha muda untuk dua kategori, siswa SLTA dan umum. Keenam wirausaha muda itu adalah Ni Wayan Budiasih, IB Budi Harta Guna, Ni Wayan Candra Aswari, Made Dwi Antara Putra, IGN Erlangga, dan Ariesta Handoko.
Terakhir untuk sejumlah praktisi industri kreatif yang dinilai mendukung Denpasar sebagi kota kreatif berwawasan budaya. Penghargaan kali pertama ini diberikan pada 14 pihak. Mereka adalah Yoka Sara (arsitektur), I Gusti Made Arsawan (kerajinan), Cok Abi (fesyen), Erick Est (film), Made taro (permainan interaktif), Balebengong.net (penerbitan), Navicula (music), Alm Kadek Suardana (seni), Janggo Paramartha (penerbitan), Bamboomedia (computer), Bemby Narendra (komputer), Made Bayak (seni rupa), Made Widnyana Sudibya (fotografi), dan Ida Bagus Parwata (kuliner).
“Saya berencana mengembangkan cluster kuliner lokal di Denpasar,” tambah Rai. Ia mencontohkan di Renon sebagai kawasan bubur Bali dan Penatih kawasan kuliner nasi sela. Industri kuliner menurutnya usaha kreatif yang penting bagi kota.
Kepala Bagian Perekonomian I Made Saryawan menerangkan kenapa Pemkot untuk kali pertama memberi penghargaan untuk industri kreatif ini. “Agar memunculkan pelaku-pelaku industri lain,” ujarnya.
Saryawan ini menyebut potensi industri kreatif akan terus dikembangkan salah satunya melalui Denpasar Festival. “Ayo berikan masukan agar Denpasar tidak kalah dengan kota lain yang sudah maju industry kreatifnya seperti Jogja,” pinta Saryawan.
Eric Est, salah satu penerima award bidang industri kreatif mengatakan masih banyak yang harus ditata untuk menjadi kota kreatif. Ia sendiri sebagai film maker bermimpi di taman atau sudut kota ada yang bisa dipergunakan sebagai area layar tancap untuk warga kota. “Putar film-film sejarah kota yang tak banyak diketahui warganya,” kata pria yang laris sebagai sutradara video klip ini. [b]