Penulis: Sri Mahayuni dan Ade Budiasri
Mengunjungi pantai niatnya untuk melihat dan mendengar deburan ombak. Nyatanya yang dilihat hanya tumpukan sampah. Di sana sampah, di sini sampah. Sampah kemasan terbawa ombak, terbawa ke pesisir pantai.
Manusia saja muak melihatnya. Bagaimana dengan ikan-ikan di bawah laut? Tumpukan sampah di pesisir mungkin bisa diibaratkan layaknya gunung es. Terlihat sedikit di luar, tetapi masih banyak yang mengapung. Banyak juga yang tersangkut di habitat ekosistem bawah laut.
Gede Wiadnyana atau yang kerap disapa Pak Mangku merupakan Ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Penimbangan Lestari. Ia sudah menyelam sejak tahun 2018 untuk membersihkan sampah yang menyangkut di karang bawah laut. Hingga kini bersama para penyelam lainnya yang tergabung dalam Under Water Clean Up (UWCU), ia masih aktif membersihkan karang.
“Melalui kerja sama dengan mahasiswa kadang-kadang di hari Minggu, hari Sabtu. Awalnya kita mengajar menyelam. Kami latih dulu. Kalau udah bisa, kami ajak untuk UWCU,” ungkap Pak Mangku.
Sampah-sampah itu macam-macam dari plastik hingga kain. Sekali menyelam, mereka bisa mendapatkan sampah hingga 10 kg lebih.
Dampak sampah di bawah laut dapat mengganggu kesehatan ikan dan karang. Manusia juga merasakan dampak baliknya, jika mengonsumsi ikan yang terkontaminasi sampah plastik.
“Sampah tidak ada putus-putusnya. Kalau habis turun, besoknya ada lagi sampah. Kita baru naik, habis kegiatan, sampah datang lagi,” jelas Pak Mangku.
Kegiatan ini juga mengedukasi masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, sehingga mereka mengetahui ketika membuang sampah sembarangan akan berdampak ke mereka juga. Instansi yang terlibat dalam kegiatan ini adalah staf desa, masyarakat yang tertarik, diver, dan anak muda setempat.
(Salah satu karya di Kelas Jurnalisme Warga Baktiseraga, Buleleng)