
Oleh: Putu Bangkit Purnama dan Gusti Nyoman Agus Permana
Kondisi terumbu karang sebelum adanya konservasi di Desa Baktiseraga sangat parah karena banyak perburuan ikan liar yang menyebabkan karang-karang itu mati. Perburuan liar menggunakan potasium dan jala. Gede Wiadnyana sebagai ketua Pokmaswas memperkirakan perburuan liar terjadi selama 10 tahun terakhir.
Gede Wiadnyana yang sering disapa Pak Mangku merasa penting melakukan konservasi agar para nelayan di Desa Baktiseraga dapat memiliki mata pencaharian di Pantai Penimbangan. Selama terumbu karang rusak, ikan di sekitar Pantai Penimbangan menjadi sangat sedikit, bahkan tidak ada. Hal ini membuat masyarakat berhenti menjadi nelayan.
“Pertama kali melakukan konservasi dengan membuat hexadoom. Hexadoom dibuat dari delapan anyaman besi yang berbentuk kubah. Karang-karang yang masih sehat akan ditempel di besi hexadoom,” jelas Pak Mangku.
Sejak tahun 2018, Pak Mangku bergerak bersama sekitar lima relawan melakukan pemetaan karang di Pantai Penimbangan. Selanjutnya, membuat hexadoom untuk konservasi terumbu karang serta melakukan pembersihan di bawah laut dan tepi pantai. Saat ini Pokmaswas melakukan pemeliharaan karang bawah laut setiap 4 kali seminggu. Perkembangan ini juga diikuti dengan bertambahnya relawan anggota Pokmaswas menjadi 26 orang.
Setelah penempelan karang selama 5 tahun, Pokmaswas Penimbangan Lestari berhasil memulihkan sekitar 4 hektare terumbu karang yang berada di sekitar Pantai Penimbangan. Keberhasilan ini juga bisa dilihat dengan adanya banyak biota laut baru yang ditemukan di wilayah tersebut.
Kadek Teguh Wirasastra selaku penyelam di Desa Baktiseraga menyebutkan biota laut yang ada di sekitar Pantai Penimbangan. Dulu hanya ada ikan sembilang dan gurita. Menurut penyelam adanya banyak gurita menjadi indikator ikan yang sedikit. Setelah dilakukan konservasi terumbu karang biota laut, ditemukan ikan bawal, frog fish, golden travelly, penyu dan parrot fish (ikan kakak tua). Beberapa biota laut ini bisa hidup jika kondisi laut dan terumbu karang baik.
Kondisi laut yang semakin membaik ini menumbuhkan lapangan pekerjaan untuk nelayan di Pantai Penimbangan. Saat ini lebih dari sepuluh nelayan menggantungkan hidupnya di Laut Penimbangan. Selain itu, juga meghidupkan pariwisata di sekitar Pantai Penimbangan.
Pada tahun 2019 para penyelam menemukan sumber air tawar di bawah laut kedalaman 10 meter. Air tawar ini bisa langsung diminum oleh para penyelam saat menyelam. Tidak jarang masyarakat Desa Baktiseraga meminta air itu ke penyelam untuk keperluan persembahyangan.
(Salah satu karya peserta Kelas Jurnalisme Warga Desa Baktiseraga)