Wabah virus corona (Covid-19) yang nun jauh di sana sampai juga ke negeri Indonesia tercinta.
Dia bahkan ditetapkan sebagai pandemi oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) karena telah mewabah secara global di seluruh penjuru dunia. Tak terkecuali di tempat pemukiman kami berada, di salah satu perumahan penduduk di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ya, warga di perumahan kami pun merasakan dampak dari pandemi ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Perumahan kami terdiri dari satu rukun warga (RW) dan empat belas rukun tetangga (RT). Ada sekitar 1.200 KK di perumahan ini. Jumlah sangat besar untuk sebuah perumahan di pinggiran yang dekat dengan ibukota Jakarta. Pimpinan RT/RW, para tokoh, sesepuh, dan beberapa warga yang peduli, tak tinggal diam atas merebaknya pandemi Covid-19 ini. Perlu dilakukan langkah antisipatif dan pencegahan untuk menekan laju penyebaran pandemi ini dan tentu saja melindungi segenap tumpah darah warga perumahan ini.
Dengan sigap, pengurus RW dan RT dibantu oleh dokter yang juga sebagai penghuni perumahan membentuk satuan tugas (satgas). Anggota satgas terdiri dari masing-masing perwakilan RT dengan tujuan menyusun, membuat dan menerapkan protokol kesehatan pencegahan pandemi Covid-19, sesuai panduan dari pemerintah melalui Gugus Tugas Penanggulangan Bencana Covid-19 dan Kementerian Kesehatan.
Kesigapan membentuk satgas ini bermula dari aduan dari dokter praktik di perumahan saat pandemi ini mulai semakin merebak. Suatu ketika dokter itu menerima seorang warga dengan gejala demam, batuk dan sesak napas, seperti gejala dari Covid-19 atau dikenal dengan istilah Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Sementara itu sang dokter tak siap dengan alat pelindung diri (APD) yang memadai.
Menindaklanjuti aduan tersebut, segenap pengurus RW/RT dan warga berinisiatif menggalang donasi untuk membeli APD bagi tenaga kesehatan (nakes) di perumahan. APD ini diperuntukkan bagi dokter atau nakes perumahan sebagai garda terdepan dalam menangani warga atau pasien dengan keluhan seperti gejala Covid-19.
Kami bersyukur, respon warga dalam penggalangan donasi ini sangat baik. Dalam waktu singkat terkumpul donasi yang mencukupi untuk membeli APD maupun perlengkapan sarana dan prasarana untuk penerapan protokol kesehatan bagi warga perumahan. Misalnya, pembuatan tempat mencuci tangan dengan sabun, cairan dan alat penyemprot desinfektan, dan spanduk informasi mengenai bahaya dan tindakan yang perlu dilakukan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Satgas juga melakukan pengawasan dan pencegahan ganda, khususnya di tingkat RT karena di perumahan ini terdapat dua akses jalan masuk, selain dari gerbang utama. Terdapat jalan kecil di belakang kompleks tepatnya di wilayah RT 06 yang berdampingan dengan perkampungan penduduk. Jalan ini biasanya digunakan sebagai akses para asisten rumah tangga yang bekerja di rumah warga perumahan dan jalan pintas sepeda motor dan para pedagang dari dan menuju perkampungan.
Setiap orang yang keluar masuk perumahan baik warga, tamu maupun kurir ekspedisi wajib melaksanakan protokol kesehatan yaitu dengan mencuci tangan dan menggunakan masker. Jika tidak menggunakan masker dan mencuci tangan, maka akan dilarang masuk sampai mereka benar-benar melaksanakan protokol kesehatan tersebut tanpa kecuali.
Donasi Sukarela
Selain melakukan langkah pencegahan dengan menerapkan protokol kesehatan di pintu akses keluar masuk perumahan, warga juga menggalang donasi sukarela dengan membuat Gerakan “Donasi Rp 2000,- per hari” yang tersebar di setiap RT. Hasil penggalangan donasi ini akan dihitung setiap akhir pekan. Alhamdulillah, program ini berjalan dengan baik dan antusiasme warga perumahan juga cukup tinggi.
Hasil dari donasi harian ini sangat membantu membiayai operasional penerapan protokol kesehatan di masing-masing RT. Selain itu, dana donasi harian ini juga digunakan untuk membantu warga yang terdampak dari pandemi Covid-19. Sejak pandemi ini terjadi, pemerintah memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah (work from home) dan disusul dengan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB).
Akibat kebijakan ini, tak sedikit dari warga yang merasakan dampak secara langsung. Ada sebagian warga yang pendapatannya berkurang, bahkan pula warga yang kehilangan pekerjaan dan pendapatan. Praktis mereka tak punya penghasilan dan hanya mengandalkan tabungan yang tidak seberapa. Umumnya mereka yang terdampak ini merupakan warga yang berprofesi sebagai pedagang dan yang bekerja dengan pendapatan harian.
Maka, satgas bertindak cepat saat mengetahui ada warga yang kesulitan ekonomi. Dengan semangat solidaritas dan rasa kemanusiaan yang tinggi, satgas berinisiatif menggalang dana tambahan selain donasi sukarela harian dari warga yang sudah berjalan.
Bak gayung bersambut, ternyata masih banyak warga yang memiliki jiwa sosial tinggi dan peduli terhadap tetangganya. Alhasil, dana donasi yang diperoleh lebih dari cukup untuk membeli barang kebutuhan pokok sehingga dapat memenuhi kebutuhan hajat hidup dasar warga yang terdampak pandemi Covid-19 ini. Setiap dua pekan sekali, satgas melakukan pembagian sembako untuk warga yang terdampak.
Kami menyebutnya sebagai “operasi senyap” karena pembagian sembako ini sedapat mungkin tidak diketahui warga lain, selain tim satgas. Hal ini dilakukan untuk menjaga kehormatan dan harga diri warga yang terdampak sehingga mereka tidak merasa diposisikan sebagai fakir miskin. Kegiatan “operasi senyap” ini telah dilakukan sebanyak empat kali, terakhir dilakukan saat sehari menjelang hari raya Idul Fitri. Penggalangan dana dan pembagian sembako melalui “operasi senyap” ini akan terus dilakukan hingga situasi normal kembali atau saat ini disebut sebagai “new normal”, dan warga yang terdampak sudah memiliki pendapatan kembali untuk bisa menafkahi keluarganya.
Meningkatnya aksi tindak pidana kejahatan belakangan ini membuat warga perumahan patut waspada. Hal ini tak lepas dari program asimilasi yang diberikan pemerintah melalui Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) terhadap narapidana yang telah memenuhi syarat untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 ini di lapas-lapas seluruh Indonesia. Diperkirakan ada sekitar 60 persen dari ribuan narapidana yang bebas ini berasal dari lapas-lapas Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Kondisi ini tentu membuat warga perlu meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan rumah dan lingkungan mereka. Maka digalakkan kembali sistem keamanan lingkungan (siskamling) atau ronda malam yang sudah lama tidak dilakuan.
Kegiatan ronda malam ini sebagai bagian dari upaya warga bersama satuan pengamanan (satpam) untuk turut membantu keamanan perumahan khususnya saat malam hari. Dengan kondisi para bapak yang banyak bekerja dari rumah (work from home), sehingga pengaturan jadwal ronda lebih fleksibel. Bahkan saat bulan puasa, selain melaksanakan ronda malam, juga melakukan sahur bersama dengan tetap menerapkan protokol kesehatan, memakai masker dan menjaga jarak aman satu dengan yang lain (physical distancing).
Kegiatan ronda malam ini pun berdampak positif karena dapat meningkatkan rasa kebersamaan warga dan dapat saling mengenal satu dengan yang lain. Padahal, sebelumnya jarang bertemu karena kesibukan bekerja dan berwirausaha.
Selama lebih dari dua bulan warga patuh dan taat menjalankan protokol kesehatan. Kami bersyukur karena tidak ada warga yang terjangkit kasus positif Covid-19. Hanya saja ada beberapa warga yang sebelumnya diduga sebagai Pasien Dalam Pengawasan (PDP) karena menunjukkan gejala demam, batuk dan sesak napas, setelah dilakukukan tes swab, hasilnya negatif. Merasa bahwa tak ada kasus positif Covid-19 yang terjadi di perumahan, maka tim satgas beserta perangkat RT sepakat untuk melaksanakan shalat Idul Fitri khususnya di wilayah RT 06 karena wilayah ini masuk dalam zona hijau.
Pelaksanaan shalat Idul Fitri ini tetap mengikuti protokol kesehatan seperti menjaga jarak, menggunakan masker, dan hanya diikuti oleh warga setempat, sedangkan yang bukan warga dilarang mengikuti shalat. Selama perayaan Idul Fitri, warga tetap bersuka cita berlebaran tanpa mengurangi maknanya meski dalam situasi pandemi. Walau tak bisa mudik, warga masih bisa berkomunikasi melepas rindu dengan keluarga di kampung melalui media sosial atau video daring. Warga juga masih bisa saling bersilaturahmi antar tetangga dan saling berbagi makanan.
Hmmm.. bahagianya…
Hikmah
Ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik dari kejadian pandemi ini. Di antara hikmahnya yakni pandemik ini mampu mengobarkan kembali semangat dan budaya gotong royong yang telah lama hilang di tengah masyarakat kita. Walau dalam situasi kondisi ekonomi yang serba sulit, ternyata masih banyak jiwa-jiwa yang memiliki rasa empati dan rasa sosial tinggi. Kita rindu semangat kebersamaan ini untuk terus tertanam dan dipupuk dalam setiap pribadi bangsa Indonesia.
Bak oase di padang pasir, ternyata masih banyak orang yang secara sukarela tanpa pamrih membantu terhadap sesama yang sedang kesusahan. Merekalah sesungguhnya orang-orang yang patut menjadi teladan dan pahlawan sosial di tengah kondisi masyarakat kita yang terlihat semakin individualis.
Semboyan silih asah, silih asuh, dan silih asih bagi warga Jawa Barat khususnya masyarakat Sunda sebagai warisan nilai-nilai budaya dari para leluhur mengajarkan kita untuk bisa saling mengingatkan (silih asah), saling membantu (silih asuh) dan saling membimbing/mengayomi (silih asuh) saat kondisi sulit akibat pandemi saat ini. Nilai-nilai kearifan lokal ini perlu ditanam sejak dini agar kelak generasi mendatang menjadi pribadi yang berpikiran global namun mengakar kuat nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.
Pandemi ini membuka tabir kehidupan bahwa ternyata ada banyak warga yang terdampak dan kesulitan ekonomi yang selama ini tidak kita ketahui, apa dan bagaimana kehidupan mereka sesungguhnya.
Pandemi ini membuat kita senantiasa selalu bersyukur atas apa yang telah kita miliki saat ini. Di luar sana ternyata masih banyak orang yang masih kesusahan, bahkan hanya sekedar membeli beras saja tak mampu.
Pandemi ini mengajarkan kita bagaimana seharusnya sebagai anak bangsa harus bersikap dan bertindak. Yaitu dengan semangat gotong royong dan bahu membahu menolong mereka yang sedang kesusahan. Ini pengamalan nilai-nilai luhur Pancasila yang sejati.
Pandemi ini mengasah dan mempertajam kembali nilai-nilai kemanusiaan dan jiwa sosial yang selama ini mungkin tak pernah mau peduli dan abai akan kondisi lingkungan sekitar. Kita disibukkan oleh aktivitas pribadi dan cenderung semakin individualis.
Pandemi ini menciptakan kembali suasana keakraban dan silaturahmi karena kita sama-sama saling merasakan kesulitan dan kecemasan akan pandemi Covid-19 ini.
Pandemi ini memberi keteladanan bagi generasi kini dan mendatang untuk terus mengamalkan nilai-nilai yang sudah diajarkan oleh para orang tua kita dan tidak menajdi pribadi yang asosial terhadap kondisi lingkungan sekitar, sehingga kelak nilai-nilai luhur tersebut dapat tertanam kuat dalam jiwa mereka.
Maka boleh dikatakan bahwa pandemi ini ajaib? Mengapa? Karena meski dalam situasi sulit dan penuh kekhawatiran, pandemi ini memberi banyak pelajaran tentang makna kehidupan yang sesungguhnya. Tak melulu soal “aku” yang egosentris tetapi lebih kepada “mereka” yang menjadikan hidup ini lebih berarti dan bermanfaat bagi orang lain.
So, Pandemic is a Magic… [b]
Mantap gan,di antos tulisan selanjutnya…?
Insyaa Allah juragan.. haturnuhun..