• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Agenda

Pameran Arkeologi Multimedia untuk Menarik Perhatian Publik

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
28 September 2008
in Agenda, Budaya, Pendidikan, Teknologi
0 0
1

Oleh Luh De Suriyani

Fakultas Sastra Jurusan Arkeologi Universitas Udayana membuat pameran terobosan baru soal arkeologi yang dipadu dengan multimedia berjudul “Archaeology Goes to Public”. Babakan sejarah penting Indonesia, khususnya Bali dipaparkan dengan bantuan audio visual, diorama, artefak, teater, dan seni rupa.

Pameran yang berlangsung pada 25-28 September ini ini bagian dari ulang tahun ke- 50 FS Unud yang berlokasi di Jalan Pulau Nias, Denpasar. “Arkeologi di Indonesia masih menjadi bidang yang tak tersentuh dan sangat asing. Kami ingin mendekatkan masyarakat umum pada hal ini dengan membuka pameran yang interaktif,” ujar Kristiawan, dosen arkeologi Unud yang menggagas pameran ini pada Jumat (26/9) kemarin.

Sebuah tempat parkir basement FS Unud disulap menjadi ruang pameran oleh mahasiswa dan dosen jurusan arkeologi. Tak hanya pajangan artefak dan benad-benda bersejarah, tapi juga ada tayangan video, seni rupa, dan foto yang menuntun pengunjung.

Dua pilar penyangga gedung dibuat menyerupai tatahan batu yang dicorat-coret dengan pilox berwarna-warni. “Memperlihatkan sebuah tindakan vandalisme yang menjadi persoalan di bidang arkeologi,” tutur Romi Hidayat, mahasiswa arkeologi angkatan 2004.

Menurut Romi, nyaris semua situs bersejarah di Bali tercemar kegiatan vandalisme dengan mencoret situs dengan nama-nama pengunjung atau pacar mereka. Sementara di bagian tengah arena pameran terdapat layar lebar dengan tayangan video-video zaman pra sejarah.

Interaksi dengan pengunjung dibangun dengan cara memperlihatkan praktek ekskavasi ketika proses penggalian situs atau benda sejarah. Sebuah kotak galian dalam tanah dibuat lengkap dengan alat-alat penggalian serta bagaimana proses ekskavasi dilakukan.

Ada lima periode sejarah yang digambarkan dalam pameran ini. Mulai zaman pra sejarah, klasik, peradaban Islam, periode epigrafi dimana banyak ditemukan prasasti dan lontar, dan zaman kolonial.

Zaman pra sejarah ketika sejumlah benda-benda manusia purba ditemukan. Misalnya sakofagus atau kuburan batu. Lalu zaman klasik, saat alat-alat rrmah tangga semakin halus dan detail, seperti piring china dan aneka keramik.

Berikutnya datangnya peradaban Islam di Indonesia. Misalnya manuskrip aksara Lontara di Makassar. Di Bali, salah satu komunitas muslim tertua di Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan. Masyarakat Bugis, Makassar meletakkan fondasi penting bagi kekayaan budaya yang masih lestari di Serangan. Misalnya penggunaan pola hias dan aksen pada batu nisan serta terawatnya sebuah Al-Quran tua pada abad XVII yang ditulis tangan.

Beberapa dokumen foto juga mencatat hilangnya sejumlah benda sejarah di beberapa situs di Bali. Misalnya hilangnya Arca Budha di situs Goa Gajah, Kabupaten Gianyar yang belum ditemukan hingga kini. Selain itu ada Batu Kenong, peninggalan pra sejarah yang ternyata ditemukan oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Bali-NTT-NTB di sebuah artshop di Kuta.

“Kita kehilangan banyak artefak dan benda langka lain. Sampai sekarang pemerintah sulit melacaknya karena penjualan sangat mudah, misalnya lewat internet. Sayang, masyarakat tidak banyak tahu ketika benda-benda langka ini hilang dari situsnya untuk diperdagangkan,” ungkap Kristiawan.

Yang menarik, diperlihatkan juga sejumlah program menyongsong kemajuan dunia saat ini. Seperti diorama archaeology underwater dan multimedia. “Media yang beragam dapat dimanfaatkan sebagai media sosialisasi konservasi warisan budaya,” kata Kristiawan.

Pameran arkeologi multimedia yang menurut Kristiawan baru pertama kali dilaksanakan di Bali, juga untuk menarik perhatian mahasiswa dan masyarakat pada bidang arkeologi. “Penemuan benda bersejarah menandai peradaban manusia. Kami ingin manusia melihat masa lalunya dan menyadari bahwa manusia tidak lahir dari perang. Tidak ada kekerasan soal agama,” ujar Kristiawan.

Apalagi jumlah mahasiswa yang belajar arkeologi makin berkurang drastis. Tahun ini saja, jumlah mahasiswa Unud jurusan arkeologi hanya 12 orang. Menurun dibanding tahun lalu yang berjumlah 35 orang. Demikian haknya dengan bantuan dana untuk kegiatan arkeologi. Kristiawan mengatakan, untuk pameran kali ini yang dianggarkan 150 juta, hanya mendapat bantuan dana Rp 2,5 juta dari fakultas.

“Kami harus lebih atraktif memperlihatkan wajah peradaban. Jika tidak, Bali akan kehilangan generasi ahli arkeologi karena kelas-kelas bisa ditutup karena mahasiswanya sangat sedikit,” Romi mengingatkan. [b]

Tags: BudayaPameranPendidikanSejarahTeknologi
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Ruang Baca di Tengah Menjamurnya Konsep Book Cafe

Menyelami Masa Lalu Melalui Fiksi Sejarah

25 October 2025
Sanggah Kemulan Bermakna Unik dari Susunan Bambu di Desa Pedawa

Sanggah Kemulan Bermakna Unik dari Susunan Bambu di Desa Pedawa

25 July 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Apa yang Orang Tua tidak Paham dari Aktivitas Online Generasi Z dan Generasi Alpha

Apa yang Orang Tua tidak Paham dari Aktivitas Online Generasi Z dan Generasi Alpha

30 May 2025
Anak Muda dan Peristiwa 65: Tidak Seperti di Buku Pelajaran dan Study Tour

Anak Muda dan Peristiwa 65: Tidak Seperti di Buku Pelajaran dan Study Tour

19 March 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Next Post
Dalam Data pun Mereka Tak Ada

Dalam Data pun Mereka Tak Ada

Comments 1

  1. Made Terima says:
    17 years ago

    Mendengar Arkeologi saya menjadi merasa sedih. Sudah bergelut dengan persoalan kuno, tidak dikenal bahkan dirasakan ditak perlu oleh masyarakat. Hal ini terpulang kembali karena kelemahan pendukung ilmu itu sendiri.

    Saya minta sedikit perubahan paradigma dari mereka yang menekuni arkeologi dari yang selama ini philosofi descriptive ke philosofi social problem solving. Ingat semua disiplin ilmu itu lahir karena ada persoalan di masyarakat. Jika ilmu itu mampu membantu masyarakat untuk menyelesaikan persoalannya tentu ilmu itu akan diperlukan, kalau tidak ya untuk apa.
    Kata kunci :
    – Perkembangan agama yang tidak mendukung kemanjuan budaya sebemarmua hanya arkeologi yang bisa menjawab tanpa takut kepongor.

    – Kegelapan dalam kehidupan sosial karena superstisi yang berdampak kepada kehidupan ekonomi dan bahkan runtuhnya digniti suatu bangsa sebenarnya arkeologi yang bisa menjawab.

    Jika 2 kata kunci di atas benar-benar bisa disampaikan ke masyarakat dengan elegan saya yakin tidak akan ada budaya yang menghambit kemajuan bangsa Indonesia walaupun tidak perlu menerapkan konsep melting pot-nya Paman Sam

    –

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia