Kintamani semakin dikerubungi semut pencari cuan. Di tengah masifnya pembangunan resort, kafe, glamping, dan sebagainya, ada masalah lama yang belum usai. Kami mengenalkannya lewat menu sehari-hari warga.
Ni Wayan Rasmini (35), akrab dengan panggilan Bu Pandi, merupakan salah satu warga yang tinggal di Desa Kedisan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli. Ia berbagi kisah kesehariannya; mengakses air dan membuat masakan favorit.
“Dulunya enggak seperti ini. Dulu kan datar, tapi waktu hujan-hujan besar seperti tahun lalu itu tergerus semuanya. Jadi longsor.”
Bu Pandi mengajak kami menuju sumur tua yang berjarak sekitar 1 kilometer dari rumahnya, melewati akses jalan terjal dan licin dengan tumpukan dedaunan bambu di Banjar Taksu, Desa Kedisan.
“Mandinya juga di sini bersama warga ramai-ramai gitu. Cewek cowok cuci baju di sini.”
“Kalau nyari air pompa dari sebelah. Desa sebelah, dekat jalan besar ini. Kalau sekarang langsung dari sumber mata air, dinaikkan pakai mesin sibel di sumur yang baru.”


Tonton selengkapnya di sini: