Penanaman pohon di sumber air kembali dilaksanakan di Kayuan (sumber air) Mayung sebagai bagian dari mengembalikan sumber air di Desa Pedawa. Kegiatan ini merupakan kegiatan kolaboratif lanjutan yang ke-3 antara Prodi Pendidikan Bahasa Jepang, Universitas Iwate dan Kayoman Pedawa yang didukung oleh The Greenery Fund (Midori no Bokin) dan Asia Environmental Alliance. Kegiatan pertama dilakukan pada Maret 2023 di Kayuan Gelunggang, sedangkan yang kedua dilakukan pada Maret 2024 di Kayuan Sukajati. Kegiatan kali ini juga melibatkan lebih dari 50 mahasiswa Prodi Pendidikan bahasa Jepang (PBJ) Undiksha dan Iwate University.

Kedua universitas ini secara rutin setiap tahun mengadakan kolaborasi internasional untuk memberikan kesempatan kepada kedua mahasiswa saling bertukar pikiran dan pandangan tentang fenomena lingkungan, pendidikan, dan sosial lainnya. Kegiatan kolaborasi kedua universitas ini dilakukan dalam dua pendekatan besar yakni, kolaborasi akademik dan non akademik. Kolaborasi akademik dilakukan dengan cara diskusi dan presentasi di mana mahasiswa dari kedua belah pihak diberi kesempatan untuk mempresentasikan satu fenomena tertentu utamanya yang menyangkut lingkungan, sosial dan budaya. Kolaborasi non akademik dilakukan dengan aksi nyata penanaman pohon di Kayuan Mayung, Desa Pedawa.
Aksi ini meruapakan kelanjutan dari kerja mahasiswa kedua universitas dalam menyikapi fenomena air yang ada di Desa Pedawa. Berdasarkan kajian dari Perkumpulan Wanayana Kayoman Pedawa (selanjutnya hanya disebut Kayoman), bersama Profauna Foundation menemukan bahwa setidaknya terdapat 85 titik sumber air di Pedawa. Akan tetapi hanya 10 persen sumber air yang mengairkan air yang bagus pada saat musim kemarau. Sumber-sumber air lainnya mengalami penurunan debit air dan bahkan kering pada musim kemarau. Hal ini disebabkan oleh penebangan akibat alih fungsi lahan yang sangat massif untuk pembukaan lahan pertanian dan Perkebunan. Oleh karena itu kayoman Pedawa berkomitmen untuk menjaga dan mengembalikan sumber-sumber air yang ada di desa.
Desa Pedawa merupakan salah satu desa tua (desa Bali Aga) yang memiliki budaya unik dalam penggunaan air untuk sarana ritual adat. Setidaknya, menurut hasil kajian dari Sekolah Adat Manik Empul, terdapat 33 jenis air suci yang digunakan dalam ritual upacara adat yang dilaksanakan di desa Pedawa.

Kayoman sudah berkegiatan dalam pelestarian air sejak tahun 2016. Komunitas ini didirikan oleh I Wayan Sadyana, I Made Suisen, dan Putu Yuli Supriyandana pada 6 Desember 2016. Sejak saat ini, komunitas ini terus secara konsistem melakukan konservasi pada sumber-sumber air yang ada di Pedaawa. Selain melalui aksi nyata berupa penanaman pohon, kegiatan penyedaran tentang lingkungan dan air juga diakukan dengan metode edukasi bekerjasama dengan Pondok Literasi Sabih dan Sekolah Adat manik Empul desa Adat Pedawa.
Kayoman juga membuat film-film pendek bertemakan lingkungan untuk melindungi satwa dan air. Penasehat Kayoman Pedawa, Wayan Sadyana sekaligus dosen PBJ Undiksha, mengatakan bahwa tujuan kegiatan kolaborasi ini adalah untuk membangun kesadaran lingkungan pada mahasiswa, pemuda, dan warga Pedawa. Dengan kegiatan ini diharapkan anak-anak muda Pedawa semakin melihat lagi kondisi diri dan lingkungan desanya. Bagi mahasiswa kegiatan untuk memantik mereka bahwa kompetensi mahasiswa bukan hanya nilai akademik semata, tepai juga kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, kegiatan ini menumbuhkan pemahaman lintas budaya kedua belah pihak (Indonesia dan Jepang). Namun demikian secara praktis kegiatan ini bertalian erat dengan program konservasi air yang ada di Desa Pedawa.