Teks Bentara Budaya Bali, Foto Internet
Beberapa tahun belakangan, Korea Selatan kian dikenal masyarakat Indonesia.
Tidak saja karena hubungan pariwisata antarkeduanya yang terbilang cukup intens, tapi juga lantaran arus budaya Negeri Ginseng tersebut yang keberadaannya tak terelakkan lagi di Nusantara. Tengok saja drama-drama serial Korea Selatan yang semakin sering tampil di layar kaca dan mulai digemari oleh para pemirsa Indonesia.
Namun demikian, tidak banyak yang tahu bahwa Korea Selatan memiliki sutradara mumpuni yang dapat disandingkan dengan para sineas Asia tersohor lainnya seperti Akira Kurosawa asal Jepang serta Zhang Yimou atau Chen Kaige dari China. Ki-Duk yang memulai debut sutradaranya pada tahun 1996 ini pun telah meraih sejumlah penghargaan internasional semisal Venice Film Festival, Berlin Film Festival dan Festival Cannes Perancis.
Pada pertengahan April 2011 ini, Bentara Budaya Bali (BBB) secara khusus akan memutar film-film karya Kim Ki-Duk. Acara yang digelar di BBB, Jalan Prof. IB Mantra nomor 88 A, by pass Ketewel, pukul 17.00 Wita ini akan menayangkan ragam sinema Ki-Duk yang sarat dengan kisah-kisah psikologis. Karya-karya tersebut kerap dipandang mengejutkan, menarik, bahkan eksentrik, penuh potret muram jiwa manusia, yang mungkin saja lantaran pengalaman hidupnya yang keras: Kim drop out dari sekolah, bekerja di pabrik, hingga turut dalam korps marinir.
Pada hari pertama, diputar film Birdcage Inn (1998) yang mengisahkan tentang kemelut hidup seorang pelacur yang terekploitasi tinggal di sebuah penginapan yang disebutnya sebagai sangkar burung Inn. Dilanjutkan dengan The Isle (1999) yang skenarionya ditulis sendiri oleh Ki-Duk. Film yang dibintangi oleh Seo Jeong dan Kim Yu-Seok ini sangat kontroversial dan menuai banyak kritik dari kritikus film Korea.
Terakhir, yang tidak bisa dilewatkan adalah film Bad Guy (2001), sebuah drama psikologi yang tak kalah kontroversialnya, berkisah tentang.seorang pria yang menjebak seorang wanita menjadi pelacur kemudian bersikap protektif terhadapnya. Film ini menghadirkan tak hanya konflik psikologis yang mendalam, namun juga mencolok secara visual.
Pada hari kedua diputar film Spring, Summer, Fall, Winte and Spring(2003). Film yang tampil dengan dialog minimalis namun dipertajam oleh gambar-gambar menawan dan filosofis ini mengisahkan tentang dua pendeta Budha yang berada di persimpangan jalan antara keteguhan iman dan godaan duniawi.
Film terakhir adalah 3 Iron (2004), meraih predikat film dan sutradara terbaik Venice International film Festival. Film yang dalam bahasa Koreanya berjudul Bin-Jip (berarti Rumah Kosong) ini terkenal karena minimnya dialog antar dua pemain utamanya. Namun justru di sanalah kekuatan film yang bagian akhirnya sulit ditebak ini
Selain menghadirkan film-film bergenre drama psikologis, Sinema Bentara kali ini juga turut dimaknai dengan diskusi yang akan membahas lebih jauh tentang film Ki-Duk sekaligus kaitannya dengan kekinian masyarakat Indonesia, khususnya Bali. “Di samping memutar film-film bermutu, sinema bentara juga kerap menghadirkan pembicara yang mumpuni. Dengan demikian, diharapkan mampu memperkaya wawasan publik sekaligus menjadi ajang silang pendapat dalam diskusi yang sehat,” papar Juwitta Lasut dan Putu Aryastawa, staf Bentara Budaya Bali.
Jumat, 15 April 2011
17.00 Birdcage Inn
19.00 The Isle
21.00 Bad Guy
Sabtu, 16 April 2011
17.00 Spring, Summer, Fall, Winter, and Spring.
19.00 Diskusi
20.00 3 Iron
Foto diambil dari sini.