Tak banyak musik asli yang bisa bertahan hingga saat ini.
Musik reggae termasuk salah satu dari beberapa musik asli yang masih bertahan tersebut. Popularitasnya tetap bertahan dan secara spontan dihidupkan oleh pengalaman hidup, emosi dan tradisi.
Pada awal kelahirannya, musik reggae menjadi jendela untuk mengekpresikan emosi “Jamaika” yaitu untuk mengungkapkan pikiran dan rasa tentang kehidupan, cinta dan keTuhanan.
Saat ini musik Reggae adalah musik penuh perasaan yang mewakili kekuatan sosial untuk mengekspresikan tekanan kehidupan sehari-hari dengan cara memberikan gambaran, ungkapan dan membujuk orang-orang melalui lirik-lirik yang kuat. Musik yang berasal dari konfrontasi dan perjuangan yang tidak pernah menyerah untuk mendapatkan kebebasan.
Reggae bukan sekedar musik, tapi Reggae adalah cara hidup bagi banyak orang di seluruh belahan dunia.
Mengulang kesuksesan di tahun 2015 ANTIDA MUSIC & PREGINA OMS tahun ini kembali menggelar “Bali Reggae Star Festival”. Festival ini akan diadakan pada 27 Februari 2016 di Pantai Padang Galak, Denpasar. Tahun lalu Bali Reggae Star Festival di hadiri oleh 7.000 pengunjung. Tahun ini pihak penyelenggara optimis akan menyedot 10.000 pengunjung.
Pada tahun 1990’an di Bali musik reggae bisa dibilang memasuki masa keemasan dan semenjak itu reggae menjadi bagian kultur masyarakat pesisir. Sekitar tahun 1990 di Bali musik Reggae bisa dikatakan sudah menjadi kultur yang selalu ada menjadi bagian keseharian masyarakat pesisir.
Tidak heran daerah pesisir sekitar seperti Lombok juga mendapat pengaruh kuat dari genre ini.
Sebelumnya berturut-turut pada tanggal 6 dan 7 Februari 2016 pihak penyelenggara juga menggelar pre-event “Road To Bali Reggae Star Festival” di Sanur dan Lombok yang sukses menyedot total sekitar 1.500 lebih pengunjung.
Tahun ini “Bali Reggae Star Festival 2016” menampilkan total 17 grup musisi dari lokal Bali, nasional dan Internasional. Mulai dari Malibu Stone, Selow Project, De’Roots, The Guntur, Vermilion, Revelation, D’Sunshine, Andreggae, Djembe Island, The Small Axe, Nath The Lions, Monkey Boots, Jeck Pilpil, Marapu ft Conkarah, band reggae lokal yang disegani Bali Joni Agung & Deoble T dan Tony Q Rastafara.
Conkarah, penyayi yang asli kelahiran Kingston, Jamaika sengaja didatangkan oleh penyelenggara untuk menjadi salah satu ikon di Festival ini. Sepak terjang Conkarah yang cukup mengambil perhatian Netizen ketika video reggae cover “Hello – Adele”nya di YouTube menjadi viral dan dilihat hampir 15 juta pengguna internet.
“Bali Reggae Star Festival 2016” kali ini sengaja dimulai lebih awal sekitar pukul 14.00 WITA – 23.00 WITA untuk memberikan kepuasan pengunjung untuk menikmati susana festival yang khusus didesain tim Archimetriz Architect.
Masih seperti tahun lalu, “Bali Reggae Star Festival 2016” adalah festival charity yang bekerja sama dengan Yayasan Manik Bumi. Hasil penjualan tiket nantinya akan dipergunakan untuk membuat tong sampah yang akan disebar di seluruh Bali.
Presale tiket masuk festival dijual seharga Rp 20.000,- sampai 25 Februari 2016 di Antida Music, Jl. Waribang 32, Kesiman, Denpasar. Bagi pengunjung yang datang langsung saat acara tiket dijual seharga Rp 30.000,-.
Untuk pengguna Telkomsel akan mendapatkan tiket masuk apabila mendownload 3 atau lebih lagu dari album kompilasi “Bali Reggaeneration” dengan cara mengetik *616*99#. [b]