• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Sunday, December 10, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Budaya

Menyusuri Seni Sastra dengan Satu Tuju

Putri Santiadi by Putri Santiadi
13 October 2023
in Budaya, Kabar Baru, Opini
0 0
0

Foto: Putri Santiadi

Ada sesuatu yang dibicarakan tanpa habis, selalu ada cerita baru, dan tentunya menjadi bagian dari sejarah. Semua dimulai dari kata, lalu beranjak menjadi drama, film, bahkan alunan musik yang syahdu. Bisakah ia hilang, atau tak digemari lagi?

Bukankah ini sesuatu yang akan membawa generasi muda mengenal dunia? Ia bukan sebuah kaca yang yang mudah pecah, bukan juga batu yang harus dipukul berkali-kali agar retak, tapi ini tentang seni sastra. Pembawa kebudayaan abadi dengan goresan tangan, entah itu tulisan atau sebuah gambar.

Seni sastra kembali bergema di kota Singaraja dalam acara Singaraja Literary Festival yang dilaksanakan oleh Yayasan Mahima Indonesia pada 29 September 2023 sampai 1 Oktober 2023. Acara ini merupakan festival kesusastraan pertama di Singaraja yang berbasis dari lontar-lontar lama di Gedong Kirtya.

Semua berkumpul dari bagian Bali selatan hingga utara. Menariknya tidak hanya sastrawan yang datang, tapi ada guru, mahasiswa, siswa, bahkan warga lokal dengan antusias menghadiri semua rangkaian acara. Bisa dibayangkan, saat itu keadaan riuh tapi berilmu. Bisa dikatakan juga, pertemuan antar pemilik seni sastra.

Mereka saling bertegur sapa, tertawa, bahkan ada yang berdiri dalam waktu lama untuk membahas pengalaman di bidang sastra. Seakan-akan ada yang baru bertemu setelah kehilangan beberapa lama, kembali merangkul dengan sebuah cerita.

Para tokoh sastrawan hebat datang sebagai pembicara, salah satunya Henry Manampiring. Beliau sangat digandrungi oleh anak-anak muda di Singaraja. Mereka berbondong-bondong untuk bisa bertemu dan berbagi ilmu. Tidak lupa, mereka juga mengabadikan moment dan mengunggah di sosial media. Sungguh pertemuan yang tak pernah disangka, kataku. Pertemuan antara kawan, keluarga, media, dan juga pertemuan antara penggemar sastra.

Kalian harus tahu, acara ini terdiri dari lomba membaca puisi tingkat SD, SMP, SMA/SMK dan Umum se-Bali, workshop seni sastra, serta acara hiburan. Ada penampilan seni, dramatic reading, wayang, dan lain sebagainya. Pada hari pembukaan, ada penampilan anak-anak sekolah dasar dalam cerita “Siap Selem” hingga menarik perhatian pengunjung. Ada juga penampilan mahasiswa dari STAH Mpu Kuturan dan Universitas Pendidikan Ganesha dalam dramatic reading “Mlancaran Ka Sasak karya Gde Srawana”, penampilan alat musik tradisional, dan masih banyak lagi.

Aku sebagai pengamat, tapi jangan salah. Aku juga bagian dari acara ini. Dramatic Reading adalah salah satu pementasan yang membuatku belajar tentang berproses bersama. Tidak semua kata nekad itu bahaya, tapi akan ada kejutan yang lebih luar biasa dari bayangan.

Aku memberanikan diri untuk ikut pementasan “Mlancaran Ka Sasak” meskipun tak pandai berbahasa daerah. Semua dilalui dengan rasa ragu, tapi akhirnya bertemu dengan mereka yang saling mengajari dan merangkul dengan sangat baik. Selain itu, aku juga mendapatkan kesempatan untuk ditonton oleh idolaku. Rasanya aneh karena biasanya aku yang berada di bawah panggung. Sekarang berbanding terbalik, beliau yang menikmati pementasan ku dengan teman-teman.

Foto: Putri Indrawati

Katanya “Kamu yang kemarin pentas ya? Wah keren-keren”

Tidak pernah terbayangkan mendapat pujian, apalagi dari seorang idola. Bukan perihal siapa aku dan siapa beliau, tapi rasa kepemilikan terhadap diri. Pengalaman ini membuat aku percaya bahwa apa yang telah dimulai dengan baik maka berakhir baik.

Singaraja Literary Festival membawa petualangan seni sastra yang luar biasa. Semoga tahun 2024, aku masih bisa merasakan kebanggaan ini.

Tags: festival sastrasingaraja literary fest
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Putri Santiadi

Putri Santiadi

Ni Kadek Putri Santiadi, lahir di Bontihing pada 5 November 2002. Anak kedua dari tiga bersaudara, biasanya dipanggil Putri atau Putsan. Saat ini, saya mengenyam pendidikan di Universitas Pendidikan Ganesha dengan mengambil prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain itu, saya juga bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa, yaitu UKM Teater Kampus Seribu Jendela. Saya memiliki ketertarikan dalam bidang penulisan dan sastra. Bagi saya, sastra adalah pertujukan kehidupan yang jujur. Tidak hanya berhenti pada penulisan cerpen tentang kisah cinta, kehidupan, atau sosial. Saya memiliki keinginan untuk bisa membuat novel dengan tema perempuan, karena saya merasa bahwa ketidaksetaraan gender masih dirasakan oleh beberapa orang khususnya perempuan. Tidak hanya itu, saya juga mulai membuka diri dengan belajar di Tatkala dan Mahima, saya berharap bisa menuliskan keresahan para perempuan yang dimarginalkan. Dan salah satu impian terbesar dalam hidup saya adalah menjadi seorang guru, karena tidak semua orang bisa mengajar dan belajar. Sekarang, saya menjadi relawan di Bale Bengong untuk tahu tentang dunia yang lebih luas dan membentuk pikiran yang liar. Dalam artian, tidak hanya berpatokan dengan hal yang bisa dilihat, tapi dirasakan dan perspektif orang lain. Saya percaya bahwa ini bagian dari perjalanan hidup.

Related Posts

Karya Tumbuh Lahir dari Singaraja Literary Festival

Karya Tumbuh Lahir dari Singaraja Literary Festival

6 October 2023
Singaraja Literary Festival, Berupaya Menghidupkan Legacy Masa Lalu

Singaraja Literary Festival, Berupaya Menghidupkan Legacy Masa Lalu

19 September 2023
Next Post
Njung Awit, Saksi Bisu Konflik Adat Desa Bugbug

Njung Awit, Saksi Bisu Konflik Adat Desa Bugbug

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Ramai tapi Sepi Satu Tahun Warung Inklusiv

Ramai tapi Sepi Satu Tahun Warung Inklusiv

9 December 2023
Palinggih Islam, Hindu, Budha di Pura Sekar Tejakula

Palinggih Islam, Hindu, Budha di Pura Sekar Tejakula

8 December 2023
Sengketa PLTU Batubara di Bali Utara

Mengurai Benang Kusut PLTU Batu Bara

7 December 2023
Sekarang Tanah Airnya Dijual pada Investor

Melihat Tren Realisasi PMA di Bali

6 December 2023
Asal Mula Tren Wisata Air Gatep Lawas, Saluran Irigasi jadi Perosotan

Asal Mula Tren Wisata Air Gatep Lawas, Saluran Irigasi jadi Perosotan

6 December 2023

Kabar Terbaru

Ramai tapi Sepi Satu Tahun Warung Inklusiv

Ramai tapi Sepi Satu Tahun Warung Inklusiv

9 December 2023
Palinggih Islam, Hindu, Budha di Pura Sekar Tejakula

Palinggih Islam, Hindu, Budha di Pura Sekar Tejakula

8 December 2023
Sengketa PLTU Batubara di Bali Utara

Mengurai Benang Kusut PLTU Batu Bara

7 December 2023
Sekarang Tanah Airnya Dijual pada Investor

Melihat Tren Realisasi PMA di Bali

6 December 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In