Kosongkan pikiranmu ketika menikmati sebuah sajian. Dengan begitu kau bisa menikmatinya tanpa pretensi tertentu.
Seharusnya kredo itu saya terapkan ketika akan makan di Warung Leko, restoran di Jl Cok Agung Tresna, Renon, Denpasar Jumat lalu. Niat bersantap di restoran ini mendadak muncul karena saya kangen iga bakar. Kalau sudah ngomong iga bakar, maka di otak saya muncul iga bakar alias konro Karebosi Makassar nun jauh di Sulawesi Selatan sana.
Begitu pula yang saya bayangkan tentang iga bakar di Warung Leko ini. Saya sudah bayangkan daging sapi menempel di tulang iga sapi berwarna kecoklatan dengan taburan bumbu kacang.
Dengan menahan air liur menetes pas membayangkan iga bakar itu, saya tanpa ragu memesan menu ini di Warung Leko. Saya bayangkan iga bakar ini akan seperti iga bakar di Karebosi Makassar.
Tapi, ternyata tidak. Ketika menu pesanan saya itu datang, bentuknya agak berbeda. Dia lebih mirip empal karena tekstur dagangnya yang berlapis-lapis, tidak berupa daging dalam tekstur menyatu yang untuk memakannya harus menggunakan pisau.
Naik Kelas
Karena teksturnya yang demikian, iga bakar Leko ini jauh lebih empuk. Cukup sobek bagian per bagian dagingnya, maka kita bisa menikmatinya. Dagingnya juga gurih. Enak. Cuma karena otak saya sudah kadung membayangkan iga bakar karebosi Makassar, maka iga bakar ini tak terlalu menyatu dengan selera makan saya.
Iga bakar Leko ini sendiri cuma salah satu menu di Warung Leko yang menyatakan diri sebagai spesialis iga sapi penyet. Jadi, warung inilah salah satu pusat sajian iga sapi dalam berbagai olahan.
Ada sekitar 30 jenis olahan iga sapi ini. Antara lain iga sapi penyet, iga bakar, iga goreng, dan lain-lain. Meski demikian, ada juga menu selain iga sapi, seperti bakwan penyet ataupun tahu tempe goreng.
Sambal penyet memang salah satu menu khas di resto ini selain iga sapi. Banyak menu yang menjadikan sambal penyet sebagai pendamping. Selain iga juga tempe, empal, dan lain-lain. Resto ini menaikkan “kelas” sambal penyet yang biasa ada di pinggir jalan.
Menu lain yang saya belum pernah temukan di resto atau warung lain di Bali adalah sambal korek. Warung Leko ini punya. Sambal korek ini saya nikmati pertama kali ketika menikmati bebek Pak Selamet di Jl Malioboro, Yogyakarta awal Juni lalu. Sambal korek tersaji dari cabe, garam, dan sedikit minyak. Pedasnya nendang gurindang.
Jumat malam lalu, saya dan anak istri memilih menu-menu tersebut, iga bakar, bakwan penyet, tahu dan tempe goreng, telur mata sapi, plus nasi tentu saja. Oya, juga sambal korek yang unik itu.
Terjangkau
Warung yang berdiri sekitar setahun lalu ini sangat nyaman ruangannya. Ketika kami bersantap di sana, di ruang berukuran sekitar 15×15 meter ini hampir semua terisi meja kursinya. Dari penampilannya sih terlihat rata-rata pengunjungnya kelas menengah ke atas, wangi, rapi, dan bermobil. Beda dengan kami yang agak gembel dengan celana pendek, kaos oblong, dan bermotor.
Meski demikian, harga menu di sini relatif terjangkau, setidaknya bagi kami. Dia tak terlalu mahal untuk resto yang terlihat mewah tersebut.
Ini menu-menu yang kami pilih beserta harganya. Iga bakar Rp 36.000, sambel korek Rp 3.500, nasi putih Rp 3.500, telur mata sapi Rp 3.500, tahu tempe goreng Rp 5.000, bakwan penyet Rp 11.000, cincau degan Rp 7.000, dan cincau susu Rp 6.000. Harga di atas belum termasuk pajak 10 persen.
Secara umum, warung ini menyenangkan sebagai tempat bersantap. Selain menu dengan ciri khas kuat dan belum pernah saya temukan di tempat lain di Bali dan harga relatif terjangkau, tempatnya juga nyaman. Satu lagi, pelayanannya juga asik. Ramah dan cepat.
Jadi, kalau kangen bersantap iga dengan segala jenis olahannya, resto ini bisa jadi pilihan.
Warung Leko
Jl Cok Agung Tresna no. 110 Renon Denpasar
Telp 0361-3600501
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai Indonesia.Benar benar sangat bermamfaat dalam menambah wawasan kita menjadi mengetaui lebih jauh mengenai indonesia.Saya juga mempunyai artikel yang sejenis mengenai indonesia yang bisa anda kunjungi di Indonesia Gunadarma