Oleh: Dewa Ayu Windia Kartika Cahyani
Pariwisata kini telah menjelma menjadi tulang punggung perekonomian yang menjanjikan di berbagai wilayah, salah satunya yaitu Nusa Penida. Nusa Penida sebuah pulau kecil yang menggambarkan mekarnya sekuntum bunga di tengah luasnya samudera biru, menghadirkan pesona yang tak tertandingi. Saat ini, Nusa Penida menjadi magnet yang menarik wisatawan di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir, Nusa Penida mengalami lonjakan wisatawan yang signifikan. Pemandangan yang memukau, pantai yang indah dan pesona bawah laut yang kaya akan spesies laut eksotis, menjadi daya tarik yang memikat hati para wisatawan. Namun, dibalik semua keindahan ini, Nusa Penida menghadapi berbagai isu yang memerlukan perhatian khusus. Terutama dalam konteks kebijakan pariwisata berkelanjutan.
Lonjakan pariwisata Nusa Penida menimbulkan banyak kontroversi warga lokal. Selain mendatangkan dampak positif, juga menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan juga masyarakat setempat. Salah satu dampak negatif yang mencolok yaitu masalah kemacetan yang semakin parah dan menyebabkan peningkatan polusi udara di Nusa Penida. Ruas jalan yang ada di pulau ini pada dasarnya sempit, dan kurang memadai untuk menampung volume kendaraan yang terus meningkat. Kondisi ini diperparah dengan infrastruktur jalan yang masih rusak di banyak titik. Pertumbuhan pariwisata yang pesat ternyata tidak selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur yang memadai. Hal semacam itu merupakan contoh konkret dampak negatif dari lonjakan pariwisata yang tidak terkendali.
Selain masalah infrastruktur, Nusa Penida juga menghadapi tantangan lain, seperti keterbatasan akses terhadap air bersih dan minimnya fasilitas kesehatan yang ada. Di tengah hingar bingar pembangunan dan peningkatan jumlah wisatawan, suara masyarakat lokal kerap kali tenggelam, bagaikan bisikan lembut di tengah riuh rendah gelombang laut. Akibatnya, penduduk lokal sering kali merasa diabaikan dalam proses pembangunan yang seharusnya juga meningkatkan kualitas hidup mereka. Ironisnya keuntungan dari pariwisata lebih banyak dinikmati oleh pihak luar, sementara penduduk setempat masih bergulat dengan tantangan infrastruktur dasar. Hasil dari pariwisata di Nusa Penida tidak dinikmati secara merata oleh penduduk lokal. Kondisi ini memunculkan paradigma ketimpangan ekonomi, yang dimana penduduk setempat hanya menjadi penonton dari perkembangan pariwisata tanpa mendapatkan manfaat yang signifikan.
Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, mengapa Nusa Penida sebagai penghasil utama pendapatan pariwisata di Kabupaten Klungkung tetapi justru tidak merasakan dampak positif yang signifikan dari pertumbuhan pariwisata tersebut? Pertanyaan ini menggarisbawahi pentingnya kebijakan pariwisata berkelanjutan dan memperhatikan keadilan sosial bagi masyarakat setempat. Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu, berfokus pada pembangunan infrastruktur yang terencana dan berkelanjutan. Jangan sampai keindahan alam yang menjadi daya tarik utama menjadi layu akibat ketidakseimbangan yang diciptakan oleh pembangunan yang tidak bijaksana dan terburu-buru.
Pembangunan yang baik bukan hanya tentang meratakan aspal atau mendirikan bangunan megah, tetapi menyangkut kesejahteraan masyarakat yang hidup didalamnya. Seperti halnya merangkai bunga, setiap kelopak yang dirangkai perlu diperhatikan. Sama halnya dengan pembangunan di Nusa Penida, seharusnya memperhatikan keseimbangan antara berbagai elemen, mulai dari pariwisata hingga kebutuhan dasar masyarakat. Pemerintah daerah dan pihak terkait seharusnya lebih berfokus pada pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur yang memadai, seperti perluasan jalan raya dan tahan lama. Selain itu, peningkatan fasilitas publik seperti air bersih dan layanan kesehatan juga perlu diperhatikan. Dengan mendengar suara masyarakat lokal yang menjadi nafas pulau ini, kita bisa menumbuhkan bunga-bunga kemajuan tanpa merusak akar yang telah lama tertanam.
Nusa Penida bukan hanya sekedar tujuan wisata, tetapi juga sebagai rumah bagi ribuan jiwa yang berhak merasakan kemajuan yang seharusnya membawa kesejahteraan. Bagaikan taman yang asri, pembangunan di Nusa Penida harus menumbuhkan bunga-bunga kemajuan tanpa mencabut akar budaya yang telah lama bersemi. Masyarakat lokal sebagai penjaga taman ini, dan suara mereka memiliki hak menjadi bagian penting dari simfoni pembangunan. Mereka adalah tetes embun yang menjaga daun-daun harapan tetap segar di tengah derasnya perubahan. Perlu diingat, kemajuan yang sesungguhnya bukan hanya tentang infrastruktur dan angka ekonomi, melainkan tentang merajut harapan dan mimpi bersama.
Seperti benih yang ditanam di tanah subur, setiap kebijakan yang di pupuk dengan keadilan akan tumbuh menjadi pohon besar yang menaungi semua pihak. Memastikan setiap langkah pembangunan tidak menginjak tunas-tunas harapan yang mulai berkembang. Setiap tunas adalah simbol masa depan, yang harus dilindungi agar tidak layu sebelum berkembang. Menjaga agar burung-burung kebebasan tetap berkicau, air laut yang jernih tetap bergemuruh dan senyuman penduduk lokal tetap merekah. Setiap keputusan yang diambil hari ini adalah
warisan bagi generasi mendatang. Keberlanjutan bukan sekedar pilihan, melainkan sebuah tanggung jawab yang harus kita pikul bersama. Dengan demikian, pembangunan di Nusa Penida tidak hanya mengukir cerita di atas peta, tetapi juga menciptakan sebuah harmoni indah antara alam, dan kesejahteraan manusia yang tinggal di dalamnya.
(Artikel ini adalah salah satu pemenang Lomba Opini oleh Persma Akademika)