Perjuangan menuju lokasi tersembunyi ini pun terbayarkan.
Ketika sampai di Pura Pesimpangan Ratu Kanjeng, salah satu dari empat pura lain di sini, setelah perjalanan menantang, terlihatlah ombak tinggi yang tanpa henti menerjang tebing-tebing di bagian selatan Pulau Nusa Penida.
Di antara rimbun dan teduhnya pepohonan, birunya Samudera Hindia terlihat biru membentang. Gelombang tinggi yang terus menghantam tebing menyisakan buih-buih di udara serta suara dentuman terus berulang.
Selamat datang di Pantai Tembeling, Nusa Penida. Pantai ini memiliki kekayaan dan keindahan tersembunyi: mata air, pura, dan pantai itu sendiri.
Perjalanan menuju pantai ini memang memerlukan tenaga dan perjuangan ekstra. Tak hanya cukup jauh dari pusat keramaian pula tapi juga karena medannya yang berat.
Toh, dengan tantangannya tersebut, berkunjung ke Pantai Tembeling justru menjadi kenikmatan tersendiri bagi pecinta alam. Kawasan sejuk di sini berbanding terbalik dengan kondisi Pulau Nusa Penida pada umumnya yang cenderung tandus. Suasana juga sepi dan masih alami.
Baru Dikenal
Pantai Tembeling termasuk salah satu lokasi menarik di Nusa Penida yang baru dikenal bahkan oleh warga di pulaunya sendiri. Lokasinya masuk di Desa Batumadeg, Kecamatan Nusa Penida. Dari Pelabuhan Sampalan, kawasan paling ramai di Nusa Penida, perlu waktu sekitar 1 jam dengan sepeda motor melewati jalanan membelah sisi tengah pulau.
Pantai ini mulai dikenal dua tahun terakhir. Komang Setiabudi, salah satu warga mengatakan, mata air tersebut ditemukan dengan tidak sengaja oleh salah satu warga saat mencari sapinya yang hilang. Sejak saat itu, Pantai Tembeling pun makin sering dikunjungi warga setempat maupun turis asing dan domestik.
Di kawasan Pantai Tembeling ini terdapat tiga hal menarik. Pertama adalah ngarai-ngarai di sepanjang jalan setapak menuju mata air. Ngarai ini berada di seberang jurang selebar kira-kira 20 meter. Pada bagian dinding terdapat setidaknya dua bekas aliran air berukuran besar. Lebih mirip bekas air terjun.
Namun, saat ini, tidak ada air sama sekali di bekas aliran tersebut. “Ketika kami lihat pertama kali sudah kering begitu meskipun kelihatan seperti pernah ada air terjun,” kata Nengah Suka, warga setempat.
Menurut Nengah, cerita lebih jelas tentang tebing dan jurang serta bagaimana proses terbentuknya dulu masih jadi misteri.
Bagian kedua yang menarik di kawasan mata air Tembeling adalah mata air. Dia menjadi daya tarik utama. Mata air ini berupa telaga dengan air jernih kehijauan dengan lebar kira-kira 10 x 8 meter persegi. Kedalamannya, menurut Suka, sekitar 10 meter.
Telaga jernih ini menjadi tempat pengunjung untuk mandi. Airnya tawar dan dingin. Beberapa pengunjung duduk berendam di pinggir telaga kecil ini. Sebagian lain hanya sibuk berfoto-foto dengan latar belakang telaga.
Alami
Bayu Pradana warga Denpasar termasuk salah satu pengunjung di mata air Tembeling awal Juli lalu. Bersama sepupu dan pamannya, dia mengunjungi Tembeling untuk pertama kalinya dengan pemandu lokal, Gede Sukara.
“Asyiknya karena masih sepi dan alami,” kata pelajar SMA yang suka mendaki gunung tersebut.
Di bagian bawah, berjarak sekitar 20 meter dari telaga utama ini, ada mata air lain yang dikhususkan bagi perempuan. Mata air ini lebih dangkal, hanya sekitar 50 cm, dengan batu-batuan di bagian bawahnya. Karena itu dia lebih aman dibandingkan telaga pertama.
“Kalau berenang di telaga besar harus hati-hati dan ada temannya karena sudah ada dua korban tenggelam,” kata Komang Setiabudi, warga lainnya.
Bagian ketiga yang menarik di kawasan mata air Tembeling adalah pantainya. Mata air ini memang persis berada di pantai barat daya dari Nusa Penida. Laut lepas di sisi selatan pulau adalah Samudera Hindia yang membawa gelombang-gelombang tinggi apalagi pada awal Juli lalu.
Sisi selatan Pulau Nusa Penida adalah tebing-tebing tinggi seperti halnya Pulau Bali terutama di sekitar Uluwatu hingga Nusa Dua. Tingginya mencapai 100 meter dan berhadapan langsung dengan samudera.
Ada cerukan-cerukan besar serupa goa akibat empasan ombak di Pantai Tembeling, Nusa Penida. Salah satu bagian ceruk ini bahkan menembus bagian bawah karang dan membuat semacam goa besar.
Pengunjung bisa menikmati ombak yang tanpa henti datang menghantam tebing-tebing tinggi, menyisakan butiran air dan debuman suara hantaman tersebut. “Tapi harus ekstra hati-hati kalau di sini biar tidak terseret ombak,” kata Gede Sukara yang biasa memandu turis berkunjung di Nusa Penida termasuk ke mata air Tembeling.
Spiritual
Selain keindahan alamnya yang masih relatif terjaga, kawasan wisata Tembeling juga menyimpan pesona bagi pecinta kegiatan spiritual. Ada empat pura yang dikelola warga setempat yaitu Pura Pancuhan Tembeling yang berada persis di samping mata air yang juga disucikan, Pura Batu Bolong sebagai pura penjaga, Pura Pesimpangan Ratu Kanjeng yang paling besar, serta Pura Taman Panca Gangga sebagai penjaga di pintu masuk kawasan.
Komang Setiabudi mengatakan tiap enam bulan sekali umat Hindu setempat melaksanakan upacara di pura tersebut. Bagi umat Hindu lainnya, mata air di Tembeling juga dianggap suci sehingga menjadi salah satu bagian dari upacara.
Dari pelataran pura paling besarm Pura Pesimpangan Ratu Kanjeng, pengunjung bisa menikmati pantai dan debur ombak dari ketinggian sambil merasakan sejuknya suhu khas tropis yang basah. Pengalaman dan suasana yang tak bisa ditemukan di tempat lain di Bali.
Keindahan wisata alam Tembeling bisa menambah daya tarik Pulau Nusa Penida. Tiga tahun terakhir, pulau di bagian tenggara Bali ini memang terus menggeliat. Dari semula terkenal sebagai kawasan pulau tertinggal, termasuk Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan yang masuk Kecamatan Nusa Penida, dia pelan-pelan menjadi emas baru bagi pariwisata Bali.
Dari sisi infrastruktur, jalan-jalan utama di pulau seluas 202,6 km persegi ini makin terbangun. Jalan raya sepanjang 42 km di bagian pinggir pulau sudah berupa cold mix sehingga lebih enak dilewati terutama jika mau menyusuri pantai-pantai di pulau ini.
Kawasan wisata alam Tembeling bisa menambah daya tarik wisata alam dan spiritual yang sebelumnya sudah terkenal di pulau ini. [b]
Comments 1