• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Thursday, September 28, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Esai

Catatan Mingguan Men Coblong: Ipuk

Men Coblong by Men Coblong
15 September 2019
in Esai
0 0
0
Uji coba ujian masuk PTN. Foto Muri.org

Belakangan ini perasaan Men Coblong seperti roller coaster, entah mengapa.

Pokoknya tidak stabil. Kadang perasaannya menengok ke kanan, kadang ke kiri. Kadang ke bawah, belum selesai nengok ke bawah sudah nengok ke atas. Belum tuntas sudah melirik ke samping.

“Perasanmu itu mirip para pejabat saja. Hari ini ngomong A, besok B. Besoknya lagi Z, besoknya lagi I,” sahut sahabatnya serius.

Men Coblong mengamini pernyatakan ketus sahabatnya itu. Banyak sekali kejadian aneh minggu ini. Pertama, kabar yang membuat Men Coblong patah hati akut. Patah hati yang tidak bisa diuraikan dengan kata-kata.

Sebagai Ibu dari seorang anak lelaki, Men Coblong sudah merasa cukup memberi sedikit remah-remah ilmu untuk anak semata wayangnya. Anak lelaki kecil yang dulu selalu ditimang-timang, dikelonin, disuapin. Pokoknya perhatian Men Coblong full sejuta persen untuk anak lelakinya itu.

“Punya anak cuma satu saja, kau seperti punya anak sepuluh,” suatu hari sahabatnya berkata serius pada Men Coblong.

Men Coblong tidak menyalahkan sahabatnya itu karena dia memiliki anak lima orang. Tiga orang dokter spesialis, satu orang dokter muda, anak bungsunya baru saja diterima di jalur mandiri juga di fakultas kedokteran.

Setiap melihat mata Men Coblong menatap sahabatnya itu terbersit rasa seperti roller coaster. Bagaimana bisa perempuan itu membiayai penuh kelima orang anaknya di fakultas kedokteran. Bahkan nomor empat dan lima lolos di fakultas kedokteran di sebuah universitas ternama di Jawa dengan jalur mandiri.

Berapa biaya yang harus dia rogoh? Pasti sedalam sumur bor yang dibuat tetangga 60-80 meter ke bawah tanah.

Untuk sahabatnya itu pasti lebih, karena merogoh uang untuk jalur mandiri juga tidak kecil. Ah, enaknya jika punya duit. Walapun Men Coblong dengar bisik-bisik duit sahabatnya itu hasil korupsi yang ditanam di dalam tubuh masa depan anak-anaknya.

Mimih Dewa Ratu!

Men Coblong tidak ingin berpikir buruk, karena sahabatnya itu di depan Men Coblong tidak terlihat petantang-petenteng. Biasa saja. Walaupun Men Coblong tahu barang-barang yang melekat ditubuhnya branded, dijamin belum keluar di publik fashion di indonesia, apalagi muncul di Bali.

“Eh, jangan salah kamu Men Coblong. Sekarang ini banyak orang di Bali yang tidak kalah branded dengan orang-orang Jakarta, bahkan lebih gaya. Mau bukti?” tanya sahabat yang lain sambil menunjukkan betapa banyaknya artis-artis di Indonesia sudah migrasi bak burung ke tempat-tempat pariwisata dari Sanur, Kuta, sampai Ubud.

Ya, ya, ya! Orang yang tinggal di Bali saat ini memang tidak kalah fashionable dengan orang-orang di kota besar lain. Bahkan suatu hari sahabat Men Coblong yang berlibur ke Bali juga mengaku saat ini banyak orang-orang aneh.

“Bali sudah terlalu padat, sudah macet di sana-sini. Bagaimana menurutmu? Apakah pariwisata masih jadi andalan?” tanya sahabat Men Coblong itu serius.

Men Coblong terdiam menggaruk-ngaruk kepala. Bingung. Linglung. Meimkirkan sahabatnya yang uangnya sedalam sumur bor. Sehingga memudahkan perempuan itu untuk mencari sekolah-sekolah favorit.

“Ada uang, seluruh hidup ini bisa dibeli. Mau sekolah model apa?” tanya sahabat Men Coblong itu serius. Men Coblong menciut, persis seperti tikus-tikus cucut yang bersuara mencicit dan meninggalkan jejak yang baunya minta ampun.

Ah, mungkin seperti itukah rasa iri yang melabur hati dan pikiran Men Coblong.

Men Coblong meringis teringat bagaimana sulitnya mencari sekolah saat ini. Untungnya Men Coblong menerapkan sistem tak ketat. Bahkan sejak berumur dua tahun anak semata wayangnya sudah masuk sekolah. Untuk tingkat dasar sengaja dipilih sekolah swasta mahal sedikit dan buat migren asap dapur tidak apa-apa.

Karena jika pendidikan dasar tidak kuat, kasihan para siswa jika setiap ganti menteri ganti aturan main. Bayangkan kalau kemampuan akademik serba pas.

Berhubung kantong tidak sedalam sumur bor Men Coblong pun menyekolahkan anaknya di beragam sekolah non formal, dari les Kumon, sampai les di salah satu tempat les yang cukup mahal juga. Tujuannya jika masuk sekolah menengah bisa nyebur langsung ke sekolah negeri yang dijamin biayanya tidak mahal seperti sekolah swasta.

Men Coblong pun sedari awal sudah mempersiapkan kemana harus masuk SMP, lalu lanjut SMA yang mana. Terus mau kuliah ke mana?

“Kalau anak masih SD sudah mikir kuliah, bisa ambrol otakku, Men Coblong. Hidup sudah rumit kok terus ditambah kerumitan baru,” sahut teman lain.

Akhirnya benar saja. Tahun 2019 jalur masuk perguruan tinggi diubah. Jalur pertama alur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Seleksi masuk PTN berdasarkan prestasi dan juga portofolio akademik siswa. Penilaiannya dilihat dari kompetensi sekolah dan prestasi siswanya. Misalnya akreditasi sekolah, nilai rapor, dan persyaratan lain berdasarkan PTN yang dipilih.

Gagal di jalur undangan Men Coblong pun mencoba jalur kedua Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Ini menjadi jalur masuk PTN yang paling banyak mengalami perubahan.

Pertama, dari daya tampung yang berubah menjadi minimal 40 persen dari kuota daya tampung setiap prodi di PTN. Kuota ini berdasarkan hasil dari Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) saja atau hasil UTBK dan kriteria lain yang disepakati PTN.

Pelaksanaan tes juga tidak lagi berupa ujian tulis, melainkan menggunakan komputer. Peserta SBMPTN harus membayar biaya UTBK sebagai syarat pendaftaran sebesar Rp200.000 per satu kali tes. Target untuk sekolah di luar Bali harus dibuang karena sistem yang tidak bisa diprediksi.

Kalau ikut alur masuk yang ketiga adalah Ujian Mandiri. Jalur ini diatur dan ditetapkan oleh masing-masing PTN. Pada tahun 2019, kuota daya tampung untuk jalur Mandiri adalah maksimal 30 persen dari kuota daya tampung setiap prodi di PTN.

Proses seleksi dan penerimaan calon mahasiswa dari jalur ini dapat menggunakan hasil dari UTBK. LTMPT melayani jasa pengolahan data UTBK untuk jalur Mandiri bagi lulusan tahun 2017, 2018 dan 2019. Dijamin untuk jalur ini Men Coblong tidak punya tabungan sedalam sumur bor.

“Sebetulnya kalau kita mau ikut Bidikmisi bisa juga sih, Mi. Minimal biaya kuliah akan ditanggung dan dapat uang saku. Tetapi aku tidak mau cari surat miskin, karena kita kan tidak miskin. Miskin itu tidak punya rumah, tidak punya motor, apalagi mobil,” anak semata wayang Men Coblong berkata cukup detail.

Dia sempat berbisik, bagaimana kakak kelasnya yang tinggal di sebelah rumah justru mencari surat miskin. Padahal punya rumah di Denpasar, punya mobil besar dan harganya dua kali lipat dari harga mobil Men Coblong. Mobil itu selalu diparkir dipinggir jalan, tidak peduli tetangga terganggu atau tidak, yang penting dia tidak terganggu. Jika ada anak-anak menyentuh mobilnya dia akan ngamuk, dan penuh sumpah serapah.

Prestasi akademik anaknya di atas rata-rata, bahkan lolos di perguruan tinggi negeri favorit. Jalur undangan lagi. Hebat!

“Untuk apa pinter tapi punya moral seperti itu, masak tidak miskin ngaku miskin,” sahut anak Men Coblong. Men Coblong mengelus dada untunglah berarti pendidikan moral tumbuh baik, di dalam hati dan pikiran anaknya.

Men Coblong makin panas ketika mengetahui tetangga depan rumah bangga mampu mendapatkan beasiswa untuk orang miskin dengan mengaku miskin, bahkan tega memanipulasi rumah. Lalu rumah siapa yang dipotret?

“Rumah tetangga di kampung,” tawanya meringis penuh kemenangan. [b]

Tags: esaiPendidikan
Share2TweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Men Coblong

Men Coblong

Men Coblong — Mantan buruh pers koran lokal. Ibu seorang anak lelaki.

Related Posts

Produktif Berkarya selama Magang di BaleBengong

15 May 2021
SMK Penerbangan Cakra Nusantara Ikuti Program Kepala Sekolah CEO

SMK Penerbangan Cakra Nusantara Ikuti Program Kepala Sekolah CEO

31 December 2020
Ujian Skripsi Takkan Pernah Sama Lagi

Ujian Skripsi Takkan Pernah Sama Lagi

12 July 2020
Pantai di Bali Bisa Saja Dibuka Lagi, tetapi…

Percayalah, Dunia Tak Akan Lagi Sama setelah Pandemi Ini

8 July 2020
Rasisme, Emon dan Tertawalah Sebelum Dilarang

Rasisme, Emon dan Tertawalah Sebelum Dilarang

22 June 2020
Pentingkah Belajar dari Rumah di Masa Pandemi?

Pentingkah Belajar dari Rumah di Masa Pandemi?

7 June 2020
Next Post
Ape to? Kau Urek e?

Ape to? Kau Urek e?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

Cerita Pohon: Dadap, Super Tree yang Terlupakan

10 September 2023
Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

Rencana Pembangunan Hidden City Ubud dan Kerisauan Warga

5 September 2023
Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

Jangan Terlambat, Lindungi Anak Sekolah dari Kerentanan Bencana di Karangasem

26 July 2023
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

2
Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

Meneladani Hidup dari Buruh Gendong

1
Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

Karut Marut di Jalan Terus Berlanjut

2
Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

Kisah Pohon di Bali: Lateng, Penjaga Hutan

1
Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

27 September 2023
Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

26 September 2023
Hari kedua MFW4 Youth Jury Camp 2018

Minikino Film Week 9: Menyaksikan Komedi tidak Biasa

26 September 2023
Nyamannya Bus Trans Sarbagita ke Nusa Dua

Melihat Transportasi Umum di Bali Bekerja

25 September 2023
Pemprov Bali Harus Segera Penuhi Kebutuhan Warga

Mengapa Sengketa Adat di Bali Begitu Rumit?

25 September 2023

Kabar Terbaru

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

Ruang Apresiasi Film nan Inklusif dari MFW9

27 September 2023
Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

Baksos di Panti Asuhan Dharma Jati II

26 September 2023
Hari kedua MFW4 Youth Jury Camp 2018

Minikino Film Week 9: Menyaksikan Komedi tidak Biasa

26 September 2023
Nyamannya Bus Trans Sarbagita ke Nusa Dua

Melihat Transportasi Umum di Bali Bekerja

25 September 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In