• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Monday, December 4, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Rasisme, Emon dan Tertawalah Sebelum Dilarang

I Made Argawa by I Made Argawa
22 June 2020
in Kabar Baru, Opini
0 0
0
Kematian George Floyd sebagai korban rasisme memicu soldidaritas global. Foto Omer Messinger via The New Yorker.

Di Facebook saya melihat sebuah video menggelitik.

Wawancara petinju Muhammad Ali yang membahasa soal rasialisme. Ali mempertanyakan tampilan seorang Yesus. Ia bertanya kenapa Yesus kulitnya putih, rambut pirang dan matanya berwarna biru? Kenapa hingga malaikatnya juga seperti itu? Ke mana malaikat yang kulitnya berwarna hitam?

Pertanyaan tadi memancing tawa dari audien yang melihat langsung wawancara itu.

Ali juga mempertanyakan kenapa Tarzan yang hidup di belantara hutan Afrika berkulit putih? Kenapa orang Afrika yang berkulit hitam dan singa di sana menjadi musuh Tarzan? Sekali lagi statemen “si mulut besar” berhasil memancing tawa penonton.

Pada periode 1960-an rasialisme di Amerika masih tinggi. Bahkan seorang Martin Luther King Jr pada 28 Agustus 1963 dikenang dengan pidato “I have a dream” karena menentang perbedaan ras berdasarkan warna kulit. Kini, rasialisme itu meledak ketika kasus kematian George Floyd.

Saya tidak tahu apa yang terjadi setelah wawancara Ali yang membicarakan soal Yesus dan Tarzan. Setelah menonton, saya tersenyum dan merenung. Ternyata ada yang salah dengan cara pandang kita terhadap warna kulit.

Muhammad Ali juga dikenal sebagai sosok berpengaruh sekaligus kontroversi. Juara kelas berat tiga kali ini bahkan pernah diskors ketika menjalani wajib militer karena menentang perang Vietnam.

Citra Media

Berbicara tentang warna kulit beberapa waktu saya sempat membaca buku yang berjudul Putih, penulisnya L. Ayu Saraswati. Buku ini membahas soal warna kulit dan ras, serta kecantikan di Indonesia dan transnasional.

Alasan saya membeli dan ingin membaca buku ini karena saya sedang patah hati. Ini agak absurd sih. Namun, entah kenapa saat itu saya berpikir perlu mengatur ulang terkait “selera” terhadap perempuan.

Saya sebenarnya seperti orang kebanyakan, suka melihat perempuan berkulit putih, rambut lurus, langsing, muka yang bersih dan mulus serta enak dipandang.

Selama masa pacaran, ciri di atas memang menjadi kriteria saya untuk mencari pasangan.

Namun, semuanya berubah ketika saya berkeinginan membentuk rumah tangga. Bagi saya pasangan untuk rumah tangga tidak hanya bisa diukur dari tampilan fisik.

Lebih dari itu, sikap dan visinya terhadap rumah tangga lebih penting.

Oh ya, saya merasa saat ini sudah on the track ya dalam urusan rumah tangga. Hehehe..

Dari buku Putih saya memahami bahwa selera “kita” terhadap perempuan yang dikatakan “putih” dibentuk oleh media.

Misalnya, naskah-naskah kuno seperti Ramayana dan Mahabarata menggambarkan seorang perempuan cantik tampak seperti bulan yang bercahaya.

Sekilas kita lihat bulan purnama akan tampak putih kekuningan. Ya, cantik adalah putih. Kalau di Indonesia bisa ditambah kuning langsat.

Jadi, terlepas dari pilihan individu soal pasangan. Menurut saya, persoalan seperti agama, suku dan ras harusnya kita bisa bicarakan dengan lebih slow bahkan mungkin jenaka seperti yang dilakukan oleh Muhammad Ali.

Satire

Ali mungkin tidak ada maksud memperkeruh suasana rasisme di Amerika dengan pernyataannya itu, apalagi menyingung soal keyakinan. Meski dia adalah seorang mualaf. Saya melihat apa yang dilakukan oleh “The Gretest” adalah satire yang berangkat dari pengalaman masa kecilnya.

Namun, berbicara soal satire, sepertinya beda yang dialami oleh komedian, Emon Bintang yang mengomentari kasus Novel Baswedan. Ia dilaporkan ke Kementerian Komunikasi dan Informasi.

Memang video yang berdurasi tidak lebih dari dua menit ini membuat kita tersenyum, karena telah mengomentari ironi hukum di negeri ini.

Video Muhammad Ali dan Emon Bintang merupakan kritik atas ketimpangan yang terjadi di masyarakat. Kritik tidak harus ditanggapi serius, tapi juga bisa membuat tawa. Namun, tertawalah sebelum itu dilarang atau dilaporkan. [b]

Tags: esaiOpini
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
I Made Argawa

I Made Argawa

berusaha santai ditengah dunia yang semakin cepat

Related Posts

Ini Kisahmu: Ni Pollok Gadis Bali

Ini Kisahmu: Ni Pollok Gadis Bali

14 July 2023
Sentilan dari Gang Kecil di Kota Denpasar

Wartawan Amplop

31 January 2022
COVID-19 : Spiritualitas Orde Paling Baru

Perpanjangan PPKM: Babak Akhir Penanganan COVID-19?

2 August 2021
Pelaksanaan kremasi di Krematorium Santha Yana Jl Cekomaria, Denpasar. Pelaksanaan kremasi dianggap lebih murah dan praktis dibandingkan ngaben. Foto Anton Muhajir.

Dukung Krematorium Berarti Pendukung Hare Krisna?

3 April 2021
COVID-19 : Spiritualitas Orde Paling Baru

Benarkah Orang Gendut Lebih Mudah Terinfeksi COVID-19?

12 March 2021
Karut Marut Mendata Maut

Inovasi Layanan Rumah Sakit pun Menjadi Keniscayaan

17 December 2020
Next Post
Suara Perempuan Terdampak Skizofrenia

Suara Perempuan Terdampak Skizofrenia

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Toleransi dan Akulturasi: Kisah Vihara Buddhavamsa Singaraja

Toleransi dan Akulturasi: Kisah Vihara Buddhavamsa Singaraja

3 December 2023
Menilai Data Pribadi dan Perlindungannya

Menilai Data Pribadi dan Perlindungannya

1 December 2023
Suka Duka Tana Bali, Apakah Hutan Kita Baik-baik Saja?

Suka Duka Tana Bali, Apakah Hutan Kita Baik-baik Saja?

30 November 2023
Suka Duka Queer di Bali

Mengenal Ruang Aman QLC Bali

29 November 2023
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023

Kabar Terbaru

Toleransi dan Akulturasi: Kisah Vihara Buddhavamsa Singaraja

Toleransi dan Akulturasi: Kisah Vihara Buddhavamsa Singaraja

3 December 2023
Menilai Data Pribadi dan Perlindungannya

Menilai Data Pribadi dan Perlindungannya

1 December 2023
Suka Duka Tana Bali, Apakah Hutan Kita Baik-baik Saja?

Suka Duka Tana Bali, Apakah Hutan Kita Baik-baik Saja?

30 November 2023
Suka Duka Queer di Bali

Mengenal Ruang Aman QLC Bali

29 November 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In