Agus Widiantara, Foto Ilustrasi Luh De Suriyani
Antusias masyarakat Bangli melepas kepergian Mantan Bupati Ida Bagus Gde Agung Ladip sangat terasa.
Saat upacara palebon (ngaben) Bupati Bangli pada periode 1990-2000 itu, Minggu lalu, masyarakat memadati ruas jalan. Lalu lintas terlihat padat.
Tamu-tamu terhormat melayat lengkap dengan karangan bunga duka cita. Sebelum prosesi pembakaran dilakukan, upacara pelepasan dipimpin Bupati Bangli Made Ginayar, Wakil Bupati Sang Nyoman Sedana Artha, dan Kapolres Bangli. Hadir pula Satpol PP Pemkab Bangli, Pemuda Panca Marga, TNI-Polri dan beberapa pejabat Bangli.
Ladip atau yang dikenal sebagai Ida Pedanda Nyoman Putra yang berasal dari Griya Giri Jati Suta Sentana ini, merupakan sosok pemimpin Bangli yang begitu mengabdi kepada rakyatnya. Sepuluh tahun jabatannnya menjadi orang nomor satu di Bangli merupakan bukti bahwa ia dipercaya menjadi figur yang dicintai warganya.
Selain itu , setelah melepas masa jabatannya, almarhum kemudian menjadi seorang Sulinggih, meskipun pengabdiannnya hanya untuk melayani upacara keagamaan. Dalam melayani upcara keagamaan ia dikenal sebagai sosok sulinggih yang disiplin dalam melakukan upacara Yadnya.
“Saya bangga dengan beliau. Ia bukan hanya seorang kakak tapi menjadi orang tua saya sendiri dalam keluarga,” kata IB Ketut Agung Lundra adik almarhum.
Ayah dua putra ini juga menuturkan. Kiprah kakaknya di masyarakat semenjak menjadi bupati sampai sulinggih, memang selalu terbuka dengan masyarakat. Begitu pun untuk berbagai ilmu dengan siapa pun.
Pukul 14.00 Wita prosesi pembakaran mayat dimulai di sebuah tegalan Puri Bangli, tepatnya LC Uma Bukal. Suasana riuh dan tangisan keluarga menghantarkan kobaran api prosesi pengabenan. Puluhan Sulinggih yang berasal dari seluruh Bali ikut hadir untuk memberikan penghormatan.
Sehari dilakukan pembakaran, upacara dilanjutkan dengan prosesi nuduk galih. Kemudian sore harinya dilakukan prosesi nganyut di Tukad Sangsang, Bangli. [b]