“Jika DPR jadi merevisi UU KPK dan terjadi desain terencana untuk melemahkan KPK, maka negara ini akan dilanda “Tsunamouse”. Fenomena aneh berupa gelombang besar berisi tikus-tikus yang berenang girang menyerupai ombak.”
Demikian pengantar page Facebook anyar “Seni Lawan Korupsi Bali” menjelaskan ilustrasi karya Hari Prast tentang sebuah kapal phinisi berbendera Indonesia yang dihempas gelombang besar. Ombak digambarkan dengan titik ribuan tikus putih sehingga menyerupai arus tsunami.
“Sebanyak 80% kartun bicara soal korupsi. Ikon kartun yang populer adalah tikus simbol koruptor berdasi dan ini berhasil. Harus mencari ikon baru buat tekanan misal korupdor, kalau korup di dor. Kalau koruptor, korup itu kotor lalu bisa dibersihkan,” papar Jango Paramartha, Ketua Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti) Bali ini. Ia berharap hukuman pada koruptor bisa lebih berat lagi. Tapi tentu saja itu kanya istilah karena merenggut nyawa manusia pelanggaran hukum.
Kumpulan komunitas di Bali menghelat Seni Lawan Korupsi pada 18-20 Desember di Denpasar. Ada pameran kartun, seni rupa, grafis, musik, teater, dan aksi longmarch. Dilaksanakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fisip Universitas Udayana, Komunitas Penggak Men Mersi, Pakarti, dan lainnya.
Sejumlah seniman yang terlibat misalnya Rare Kual dari komunitas seni tradisional bondres, Sanggar Tari Sekar Dewata, Teater Teras, band Devildice, Lithium, The Hidden, dan lainnya.
Gus Dark, salah satu kartunis yang terlibat mengatakan seni sudah menjadi medium gerakan perubahan sosial. Namun isu lingkungan dan korupsi belum terlalu menggugah anak muda. Karena itu perlu terus didorong inisiatif dan gerakan spontan melawan korupsi. “Ini perbuatan tercela dan kami ingin mengejek mereka,” ujar pria ini soal koruptor.
Sementara Made Bayak, seniman musik dan seni rupa menyebut kebudayaan adalah pilar terakhir yang bisa menggerakkan publik untuk bersuara di tengah situasi negara yang ditekan para elitnya. “Politik sangat kotor politisinya culas. Praktik kotor juga ad di pendidikan. Sementara agama juga sering bahas perbedaan bukan persamaan,” serunya soal tekanan-tekanan itu. Ia masih mengharapkan kebudayaan dan seni untuk menjaga integritas.
Persnonil Superman Is Dead (SID) Ary Astina aka Jerinx mendorong semakin banyak yang bersuara pada persoalan publik. “Saya yakin orang baik lebih banyak tapi kurang bersatu. Yang jahat sangat organized sehingga sering menang. Menaruh harapan pada generasi tua susah, anak muda bersatu yang bisa menggilas tradisi buruk korupsi,” seru pria yang menjadi vokalis di band Devildice ini.
Karena korupsi dianggap biasa maka tak ayal kerap menajdi persatuan koruptor. “Bagaimana upaya melakukan segala hal agar koruptor mendapat hukuman sosial. Engken ye carane nyakcak (bagaimana cara keroyok) koruptor,” tambahnya. Ia mencontohkan upayanya menggunakan musik dan media sosial untuk mengampanyekan hal ini.
Jerinx mengaku masih ada yang berpikiran seniman dianggap badut dan bertugas jadi entertainer saja. Tidak boleh diposisikan kritis. “Idup cang be baat bin orine ci berpikir (hidupku udah susah lagi disuruh mikir). Anak muda malas jadi progresif. Nyen kal ganti? (siapa yang mau diganti?) Ini warisan cara berpikir 32 tahun. Eh ternyata selama ini kita dibodohi.
Gede Kamajaya, seorang dosen muda membagi pengalamannya dalam upaya membuka transparansi birokrasi yang membuatnya dipojokkan. Ia memenangkan sengketa informasi publik di tingkat Komisi Informasi Bali dan PTUN untuk bisa mengakses dokumen nilai hasil ujian rekrutmen calon PNS di sebuah kampus di Kabupaten Buleleng. “Saya ingin memerangi indikasi praktik kotor tes PNS. Banyak yang sudah mendengar tapi tak ada yang mau bicara. Ini sangat menyedihkan,” keluhnya.
Gubernur BEM FISIP Unud Muchamad Zainal Arifin mengakui korupsi adalah momok besar dan negara akan sakit. “Kami punya hak menentukan bangsa maju atau hancur. Walau Bali daerah pariwisata tapi tak hanya diam, ada gerakan integritas yang digaungkan,” ujarnya.