Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (ForBALI) kembali menggelar aksi demontrasi.
Aksi bertajuk parade budaya tersebut dilakukan pada Jumat hari ini untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Aksi yang diikuti ribuan warga ini dimulai dari parkir timur Lapangan Renon Denpasar.
Massa bergerak menuju depan Bajra Sandhi, kantor Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Bali, dan berakhir di depan Kantor Gubenur Bali. Mereka juga menuntut pembatalan Perpres No. 51 Tahun 2014.
ForBALI kali ini membawa tagline baru “Bali Tolak Reklamasi Berkedok Revitalisasi Teluk Benoa”. Tujuanya untuk merespon rapat komisi IV DPR RI dengan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang menyatakan tidak melanjutkan reklamasi di Teluk Benoa.
Meskipun rapat komisi IV DPR-RI bersama Susi Pudjiastuti sebagai menteri kelautan dan perikanan menyatakan tidak melanjutkan proyek reklamasi Teluk Benoa, namun tetap memberi celah penyiasatan oleh investor.
Syarat yang diberikan kepada investor yaitu dengan menyediakan tampungan air (waduk) seluas lahan yang hendak direklamasi oleh pihak investor.
Menurut Koordinator ForBALI Wayan ‘Gendo’ Suardana ini seperti kisah Roro Jonggrang yang memberikan syarat mustahil untuk membangun seribu candi dalam satu hari. Dalam kasus reklamasi Teluk Benoa, syarat ini yang seolah-olah mustahil, tetapi tetap memberikan calah penyiasatan.
“Karena itu kita harus tetap berhati-hati dan terus mengawal agar rencana reklamasi Teluk Benoa bisa benar-benar dihentikan,” ujar Gendo dalam orasinya.
“Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah pusat tidak secara jelas bersikap menolak secara penuh rencana reklamasi di Teluk Benoa. Ini juga dapat dilihat dari kebijakan presiden Jokowi yang belum mencabut perpres 51/2014 untuk mengembalikan status kawasan Teluk Benoa menjadi kawasan konservasi,” tegasnya.
Sementara di tingkat Pemerintahan Lokal, DPRD Provinsi Bali masih belum mau bersikap secara resmi untuk menyatakan menolak reklamasi Teluk Benoa. Hal ini terlihat dari sikap DPRD Bali yang tidak mau membentuk Panitia Khusus (Pansus) terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa karena menganggap hal tersebut bukanlah persoalan yang mendesak bagi Pulau Bali.
DPRD Bali belum juga menerbitkan sikap atas kasus ini yang sejatinya telah menjadi perhatian di Bali, bahkan menjadi isu nasional dan internasional. Keadaan ini menunjukkan bahwa wakil rakyat gagal memahami persoalan yang dihadapi Rakyat Bali.
“Situasi ini menunjukkan pula bahwa Gubernur Bali dan DPRD Bali telah mengabaikan besarnya aspirasi penolakan terhadap rencana reklamasi di Teluk Benoa,” ujar Krisna Dinata selaku humas aksi ForBALI
Aksi ini juga diikuti oleh musisi JRX Superman Is Dead. JRX membacakan puisi berjudul Speaker Sparatis tentang semangat perjuangan khususnya dalam menolak reklamasi Teluk Benoa. Ada pula penampilan tarian barong bangkung dari kelompok STT yang ikut dalam aksi.
Hujan yang sempat mengguyur kantor DPRD Bali tidak menghentikan semangat para peserta aksi yang mengikuti parade budaya. Mereka beraksi hingga selesai. [b]