Denpasar pada mulanya bukanlah ibu kota Provinsi Bali.
Kota ini baru mulai menjadi ibu kota Provinsi Bali pada 1958. Sebelum itu, ibu kota Provinsi Sunda Kecil, termasuk Bali dan Nusa Tenggara, adalah Singaraja di Buleleng, Bali utara.
Karena itu, Denpasar tidak terlalu banyak memiliki bangunan bergaya kolonial seperti Singaraja. Denpasar hanya memiliki sedikit bagian sebagai kota tua.
Salah satu lokasi tersebut adalah Jl Gajah Mada, yang masih termasuk kawasan nol kilometer kota ini. Denpasar juga pusat perdagangan kota ini sejak dahulu hingga sekarang.
Sejak Desember 2008 lalu, jalan sepanjang sekitar 1,5 km ini pun dijadikan sebagai kawasan heritage oleh Pemerintah Kota Denpasar. Prasasti di ujung barat jalan menegaskannya dengan tulisan Kawasan Heritage Jalan Gajah Mada Denpasar.
Namun, tidak ada tulisan atau informasi apapun mengenai kawasan heritage ini.
Toh, turis bisa menikmatinya dari bangunan dan kegiatan sepanjang Jalan Gajah Mada. Bangunan-bangunan gaya kolonial masih berdiri. Ada toko, bank, restoran, dan lain-lain yang sebagian besar terlihat sebagai gedung tua.
Jembatan di atas Tukad Badung yang membelah Kota Denpasar dan Pura Desa pun menjadi daya tarik tersendiri di Jalan Gajah Mada.
Sebagai pusat perekonomian Denpasar, Jalan Gajah Mada adalah tempat bagi dua pasar terbesar di Bali, Pasar Badung dan Pasar Kumbasari. Dulunya, jalan ini juga menjadi pusat hiburan ketika masih ada gedung bioskop yang kini sudah mati.
Menariknya, Jalan Gajah Mada tak hanya menjadi pusat perekonomian warga tapi juga keberagaman Denpasar. Toko-toko di sini dimiliki beragam etnis seperti China, Arab, India, dan Bali sendiri. Toko-toko obat dan elektronik pada umumnya milik etnis China sedangkan toko kain milik etnis Arab atau India.
Di sepanjang Jalan Gajah Mada, para warga dari beragam etnis di kota ini selalu berdampingan. Sejak dari dulu hingga saat ini. [b]