• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Sunday, October 26, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Jembrana Memang Bali yang “Lain”

Angga Wijaya by Angga Wijaya
22 September 2017
in Budaya, Opini
0 0
0

Sing sanggup isun yo sing sanggup
Ring dunyo urip tanpo nyawang riko
Sing sanggup isun sing sanggup
Adoh ambi riko….

Lagu “Sing Sanggup” duet Mahesa dan Vita Alvia, penyanyi pop Banyuwangi, Jawa Timur terdengar sayup-sayup dari layar TV di dalam bus Denpasar-Gilimanuk yang saya tumpangi saat balik dari kampung halaman di Negara menuju Denpasar. Bus yang membawa saya ber-AC, sesuatu yang jarang saya temui.

Kata kondektur, bus AC ini hanya ada dua dan beroperasi setiap hari pada jam-jam tertentu dengan tarif yang sama dengan bus non-AC.

Alangkah bagus jika banyak bus seperti ini, pikir saya. Selain nyaman, penumpang juga akan terbebas dari asap rokok yang menyergap dari perokok yang tak bisa menahan hasrat merokok meskipun saat berada di bus yang ramai penumpang.

Lagu pop Banyuwangi terus mengalun, dengan lagu yang berbeda namun tetap pada genre musik yang sama. Bagi penumpang bukan berasal dari Jembrana, Bali Barat lagu yang diputar mungkin terdengar asing. Namun, bagi orang kabupaten paling barat dari Bali ini, lagu berbahasa Jawa merupakan hal biasa terdengar. Sebab, secara geografis Bali Barat dekat dengan Jawa Timur, hanya dipisahkan oleh laut yang bisa diseberangi kapal.

Banyak hal berbeda dari wilayah ini jika dibandingkan dengan wilayah Bali yang lain. Bisa dikatakan Jembrana adalah Bali yang “lain”.

Kata para tetua, Jembrana di zaman dahulu adalah tempat pembuangan orang-orang hukuman, mirip seperti Nusakambangan pada zaman sekarang. Orang-orang yang kritis dan menentang raja dibuang di wilayah Jembrana yang dulunya meruapakan hutan lebat. Jembrana secara etimologis berasal dari kata Jimbar dan Wana yang berarti hutan yang luas.

Bisa dibayangkan, orang-orang buangan tersebut adalah orang yang tangguh karena mampu bertahan hidup di tengah ganasnya hutan. Mereka membentuk koloni dan menciptakan peradaban baru.

Maka tak aneh, kebudayaan yang muncul kemudian merupakan antitesa dari kebudayaan asal tempat orang buangan. Sebut saja jegog, instrumen musik yang dibuat dari bambu raksasa yang tak dijumpai di wilayah Bali lainnya, Atau kendang mebarung, kendang berukuran besar mirip bedug raksasa yang biasanya dimainkan bersama-sama dengan suara bertalu-talu. Ada juga makepung, lomba pacu kerbau sebagai hiburan petani pasca panen padi yang mirip dengan karapan sapi di Madura.

Dari segi karakter orang Jembrana juga berbeda dengan orang Bali pada umumnya. Orang Jembrana dikenal lugas, bicara to the point dan tak bertele-tele. Dari segi bahasa orang Jembrana lebih suka menggunakan bahasa Bali kasar ketimbang bahasa Bali halus. Egalitarianisme sangat kentara pada orang Jembrana. Penduduk Jembrana juga sangat heterogen, suku-suku non-Bali seperti Jawa, Madura, dan Bugis hidup berdampingan dengan penduduk lokal.

Maka ketika pemerintah Jembrana membuat festival layang-layang layaknya di Bali Selatan saya melihatnya sebagai sesuatu yang janggal. Kenapa mesti meniru wilayah Bali lain, bukankah Jembrana memiliki kekhasan tersendiri. Atau jangan-jangan ini merupakan gejala penyeragaman budaya? Entahlah.

Menurut saya, daripada meniru budaya wilayah Bali yang lain lebih baik menggali karakter budaya yang dimiliki, sehingga tak terkesan “latah” demi pencapaian pariwisata misalnya.

Kenapa tidak mengenalkan kesenian Jegog pada generasi muda atau menghidupkan kelompok-kelompok seni baik tradisional dan modern yang mati suri karena tak mendapat perhatikan pemerintah. Biarlah Jembrana tetap berbeda, menjadi Bali yang “lain”. Bukankah kebudayaan Bali itu kaya, tiap memiliki kebudayaan berbeda, jadi tak perlu berkiblat pada satu wilayah tertentu? [b]

Tags: BudayaJembrana
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Angga Wijaya

Angga Wijaya

Bernama lengkap I Ketut Angga Wijaya. Lahir di Negara, Bali, 14 Februari 1984. Menyukai dunia literasi sejak SMA. Pernah kuliah Prodi Antropologi Fakultas Sastra Universitas Udayana. Bekerja sebagai wartawan di Denpasar.

Related Posts

UMKM Terseok-Seok Hadapi Penataan di Pantai Sanur

Inilah Proyek Investasi Daerah Bali

23 August 2025
Sanggah Kemulan Bermakna Unik dari Susunan Bambu di Desa Pedawa

Sanggah Kemulan Bermakna Unik dari Susunan Bambu di Desa Pedawa

25 July 2025
Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

22 July 2024
Next Post
Leviathan Lamalera, Dokumenter Kreatif ala Jonas

Leviathan Lamalera, Dokumenter Kreatif ala Jonas

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Menjadi Pembully dari Seorang Pelaku Bullying

Menjadi Pembully dari Seorang Pelaku Bullying

24 October 2025
Bali Akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Lagi. Mari Berkaca dari Negara Lain Dulu.

Bali Akan Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Lagi. Mari Berkaca dari Negara Lain Dulu.

24 October 2025
Konflik di TWA Gunung Batur

Tiga Petani Menggugat Dirjen KSDAE Kementerian Kehutanan atas Penetapan Pengecualian Wajib AMDAL Proyek Leisure Park

23 October 2025
Telinga yang Tidak Dijual di Pasar Saham: Perempuan Antara Karir dan Domestik

Telinga yang Tidak Dijual di Pasar Saham: Perempuan Antara Karir dan Domestik

23 October 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia