
Dari pemetaan Institute for Essential Services Reform (IESR), Bali memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat melimpah, potensi energi surya sebesar 26.450 megawatt, energi mikrohidro sekitar 250 megawatt, energi bayu sebesar 445 megawatt, dan bioenergi sebesar 15,2 megawatt. Jumlah yang cukup besar untuk menggantikan energi fosil di Bali.
Sejak pemadaman listrik total pada Jumat, 2 Mei 2025 lalu, publik mulai melirik Bali mandiri energi. Pasalnya, dengan penggunaan EBT, Bali tidak lagi bergantung pada pasokan energi fosil dari PLN. Ada beberapa model energi terbarukan yang bisa dicoba dalam skala kecil, baik itu dalam skala rumah tangga maupun komunal.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLMTH) Sederhana
Apabila rumahmu berada di wilayah yang dekat dengan aliran air, kamu dapat memanfaatkan PLTMH. Teknologi ini memanfaatkan debit air yang ada di sekitar untuk diubah menjadi energi listrik. Dilansir dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, cara kerjanya adalah dengan memanfaatkan debit air untuk menggerakkan turbin yang akan menghasilkan energi mekanik. Energi mekanik yang dihasilkan akan menggerakkan generator untuk menghasilkan listrik.
Pemanfaatan energi mikrohidro sederhana sudah dilakukan di beberapa wilayah Bali. Salah satunya adalah PLTMH Panji Muara, pembangkit mini hidro komersial pertama di Bali yang berada di Desa Sambangan, Singaraja, Kabupaten Buleleng. PLTMH ini memanfaatkan sumber air dari Tukad Buleleng dengan kapasitas energi 2,3 megawatt. Namun, dari artikel yang ditulis Zona EBT pada tahun 2023, PLTMH Panji Muara hanya bisa menghasilkan energi listrik maksimal 92% dari kapasitas maksimal yang terpasang ketika musim hujan.
Ada pula PLTMH di Jatiluwih, Tabanan yang beroperasi melalui kerja sama pemerintah Kota Toyama, Jepang. PLTMH ini dibangun di empat titik dengan memanfaatkan aliran air di Subak Jatiluwih. Dilansir dari Bali Post, pada akhir tahun 2017, PLTMH ini digunakan untuk menerangi jalan pertanian.
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Energi baru terbarukan satu ini lebih dikenal masyarakat secara luas. PLTS mengubah energi surya atau matahari menjadi listrik melalui proses yang disebut efek fotovoltaik. Pemasangan PLTS Atap sudah menjadi tren di masyarakat, harganya pun kini bermacam-macam tergantung kapasitas dan komponen sistemnya.
Meski begitu, tidak semua kalangan masyarakat dapat menjangkau biaya pemasangan PLTS atap. Solusi lainnya adalah pemasangan PLTS komunal, seperti PLTS Kayubihi, Kabupaten Bangli. PLTS ini dikelola di bawah pemerintah daerah, tepatnya Perusda Bhukti Mukti Kabupaten Bangli. Pengelola PLTS ini bekerja sama dengan PLN Distribusi Bali melalui penandatanganan kerja sama pembelian daya dari PLTS Kayubihi.
Ada pula PLTS Atap komunal yang menerangi Dusun Manik Aji, Desa Ban, Kabupaten Karangasem. Sebelumnya, dusun ini tidak terjangkau penerangan listrik dari PLN karena akses jalanan yang terjal. Pada tahun 2016, warga sekitar mengajukan proposal permohonan listrik kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Akhirnya, tahun 2017 terpasang PLTS Atap yang menerangi Dusun Manik Aji.
Pemanfaatan Bioenergi
Bali juga memiliki potensi pemanfaatan bioenergi, mengingat sampah organik di Bali cukup banyak jumlahnya. Bioenergi dihasilkan dari bahan organik atau biomassa yang meliputi tanaman dan tumbuhan, kayu, limbah pertanian, dan limbah makanan. Energi ini biasanya dimanfaatkan di sekitar area peternakan dan Tempat Pengolahan Sampah (TPS).
Briket merupakan bentuk bioenergi yang umum dilakukan di beberapa TPS3R. Salah satunya di TPS3R Kedonganan Ngardi Resik. TPS3R ini mengolah sampah organik menjadi briket karena sebagian besar sampah di sana adalah sampah upakara yang berbahan dasar organik. Hal serupa juga dilakukan di Tempat Olah Sampah Setempat (TOSS), Kabupaten Klungkung.
Selain sampah organik, kotoran ternak juga bisa dimanfaatkan untuk bioenerg, seperti yang pernah dilakukan di Desa Kerta, Payangan, Kabupaten Gianyar. Dilansir dari Mongabay, setidaknya 64 instalasi biogas pernah dibangun di desa tersebut. Peternak dan petani sekitar didorong memanfaatkan kotoran sapi dan babi sebagai bahan baku untuk mengisi reaktor dan menghasilkan gas. Sayangnya, energi alternatif di desa ini tidak ada keberlanjutan.
Transisi energi bukan hal yang mudah. Selain investasi awal yang cukup besar, dibutuhkan pula komitmen jangka panjang agar transisi energi tidak berhenti di tengah jalan. Apakah kamu sudah punya komitmen untuk transisi energi?
uc3mun.anudi.org sangkarbet sangkarbet