
Rasanya seperti terbang, tidak ada suaranya sama sekali. Itulah kesan pertama yang saya rasakan ketika mengendarai sepeda motor listrik untuk pertama kalinya dalam kegiatan Melali Energi Terbarukan Kota Denpasar yang diinisiasi oleh Institute for Essential Services Reform (IESR) pada Rabu, 16 April 2025. Peserta diajak menjelajahi berbagai titik energi terbarukan di Denpasar seperti panel surya sekaligus berinteraksi dengan pengelolanya, hingga mencoba sensasi berkendara dengan sepeda motor listrik, berkolaborasi dengan komunitas Electric Wheel dan jaringan individu penggiat kendaraan listrik lainnya.
Tarikan motornya berbeda dari motor matic konvensional. Namun, begitu terbiasa akan terasa sangat enteng tanpa suara mesin yang bising, hanya perlu memainkan gas dan rem. Dengan rute yang ditempuh dari Lapangan Renon–Intaran–Sanur Kauh–Peguyangan–kembali ke Renon, hanya sekitar 50 persen kapasitas baterai yang terpakai. Mungkin bisa menjadi opsi yang cocok untuk mobilitas sehari-hari di kota seperti Denpasar yang padat.
Pasar Intaran Sanur
Perhentian pertama adalah Pasar Intaran di Desa Sanur Kauh. Tepat di belakang Kantor Pengelola Pasar Intaran terdapat inverter yang merupakan bagian sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang digunakan untuk penerangan serta pompa air. Menurut I Wayan Robi Suryana, Petajuh Pengeraksa (Wakil Ketua) BUMDA Desa Adat Intaran, PLTS tersebut dikelola langsung oleh BUMDA melalui dukungan dari WRI Indonesia dan HSBC. Sistem berkapasitas 5,5 kWp ini menggunakan jenis off-grid dan mulai dioperasikan sejak tahun 2024.


Meskipun masih dalam tahap uji coba, sistem ini diperkirakan mampu menekan biaya listrik hingga 50 persen. “Kalau ini off-grid dia, jadi PLN tuh enggak ada urusan, enggak ada masuk, enggak ada hubungan. Sistemnya begini, ada matahari, dia akan memompa air disimpan di tandon. Jadi selama ada matahari dia akan simpan terus,” jelas pihak teknis dari BTI Energy. Diperlukan juga pemeliharaan yang dilakukan setidaknya dua hingga tiga bulan untuk membersihkan panel surya.
Subak Prapat Beris
Melanjutkan perjalanan sekitar 10 menit dari Pasar Intaran, peserta mengunjungi Subak Prapat Beris. Area persawahan yang juga memiliki jogging track ini agak tersembunyi di balik pemukiman. Di balai yang bertuliskan “Sekretariat Pos Penyuluhan Desa Sanur Kauh” juga terdapat PLTS. “PLTS kita digunakan untuk pengairannya dan untuk lampunya. Kalau lampu start jam tujuh malam dan mati jam enam pagi. ujar Wayan Danu, Sekretaris Subak sekaligus operator PLTS.



Wayan Danu juga menjelaskan penggunaan energi tenaga surya selain pada pengairan subak di daerah Sanur yakni pada perahu nelayan. Ungkapnya, terdapat beberapa perahu nelayan yang menjadi percontohan dan mendapatkan bantuan PLTS yang digunakan sebagai penerangan perahu saat berlayar di malam hari. Namun, sejauh ini belum ada aturan dari desa adat atau awig-awig yang mengatur tentang penggunaan energi tersebut baik pada Subak Prapat Beris maupun perahu nelayan di Sanur.
TPS3R Sekar Tanjung


Tempat pengelolaan sampah berbasis prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) di Sanur ini memiliki sistem PLTS atap. Sama seperti di Pasar Intaran, TPS3R ini juga memanfaatkan sistem PLTS off-grid untuk penerangan. I Putu Sila Dharma, Ketua KSM Sekar Tanjung, menjelaskan bahwa pemilahan sampah di tempat ini dilakukan sejak dari sumbernya. Pemanfaatan energi surya melalui PLTS atap dianggap menjadi pendukung operasional yang efisien dan minim emisi, dengan memanfaatkan space atap lebar dan konstruksi bangunan yang cukup kokoh.
Kantor Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali
Beberapa instansi pemerintahan pun turut menerapkan PLTS atap, salah satunya di Kantor Dinas Tenaga Kerja dan Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Bali yang berlokasi di Renon. Terpasang sistem PLTS atap berbasis on-grid dengan kapasitas 40 kWp yang dibangun atas dukungan kementerian pusat. PLTS atap di sini juga digunakan sebagai kanopi tempat parkir kendaraan di area halaman belakang kantor. “Karena kalau dibangun di atas atap kan harus memperhatikan aspek bangunan, selain itu perlu maintenance. Kadang tidak semua bangunan bisa punya aksesnya,” ungkap perwakilan Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Bali.

Ia juga menyatakan bahwa antusiasme masyarakat terhadap pemanfaatan energi terbarukan cukup tinggi, namun tantangan tetap ada, khususnya terkait investasi dan keberlanjutan sistem. “Penggunaan di siang hari untuk kebutuhan elektronik sesuai jam kantor, sesuai kiat pemerintah untuk efisiensi,” jelasnya. Selain itu, lokasi PLTS di kantor ini juga dimanfaatkan sebagai tempat praktik lapangan bagi siswa SMK dalam mata pelajaran Energi Baru dan Terbarukan (EBT).
Ekowisata Uma Palak Subak Sembung
Menelusuri jalanan Denpasar yang cukup padat di siang hari, kami tiba di pemberhentian terakhir yaitu Ekowisata Uma Palak Subak Sembung, Desa Peguyangan. Salah satu subak yang bukan hidden gem lagi karena sudah terekspos di tengah kota, sebagaimana yang dijelaskan Erly Yeniska, Tim Pemberdayaan Masyarakat PT Pertamina Patra Niaga. “Uma Palak kami bina sejak tahun 2020. Kita tahu kalau pertanian itu memang erat sekali dengan kegiatan yang boros bensin,” ungkapnya.


Terdapat PLTS Suplai Energi Manajemen Irigasi Uma Palak (SIUMA), yang merupakan kerjasama antara Desa Peguyangan dan CSR PT Pertamina Patra Niaga. Sistem ini terdiri dari panel surya dan mesin penggerak tenaga mikrohidro. “Sensor kelembaban itu membaca tingkat temperaturnya itu rendah, artinya kan kering. Pompa-pompa air itu akan langsung nyala. Dan itu bisa diautomasi,” tambahnya. Dengan adanya alat tersebut, petani tidak perlu datang ke lahannya untuk mengaktifkan pompa masing-masing. Di sisi lain, perlu ada konfirmasi lebih lanjut dari para petani terkait keberlanjutan sistem ini terhadap irigasi dan aktivitas subak di lahan mereka.
tokohpmurah.com vanujacoffee.com sangkarbet sangkarbet chrishondrosfilm.com sangkarbet