• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, June 24, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Di Mana sih Kawasan Makanan Tradisional Denpasar?

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
1 February 2009
in Budaya, Kuliner, Travel
0 0
7

Oleh Luh De Suriyani

Dua turis, Matt dan istrinya dari Swedia, pekan lalu datang ke Pusat Informasi Turis di Dinas Pariwisata Denpasar, Jalan Surapati.

Ia membawa peta wisata kota Denpasar dan meminta petunjuk dari petugas di sana, dimana saja bisa mendapatkan makanan tradisional Bali. “Yang membuat saya tidak sakit perut, ya,” Matt dan istrinya nyengir. Mereka berpikir lebih mudah mendapatkan banyak varian makanan tradisional di Denpasar.

Saya lihat petugas menunjukkan Pasar Badung, yang memang dekat dengan lokasi Matt saat ini. Namun, agaknya Matt dan istrinya masih kebingungan.

“Saya baru saja dari pasar itu dan tidak melihat ada food stall makanan tradisional,” serunya. Saya pikir, wah pasti dua bule ini tidak sampai ke lantai III Pasar Badung yang menjadi food center.

Maklum, dia mengaku tidak suka dikuntit oleh “carry”, sebutan bagi guide dadakan di pasar Badung. Matt cs juga mungkin tidak tahu apa yang disebut makanan tradisional.

Di Pasar Badung, misalnya, yang paling banyak dijual di emperan adalah pesan (pepes), tum, lindung goreng, plecing, dan lainnya. Melihat penampilan makanan ini, Matt juga tak yakin apakah aman dimakan.

Saya tersenyum dalam hati. Lagi, istrinya si Matt mendesak untuk ditunjukkan kompleks makanan tradisional di seputar Gajah Mada, Puputan Badung, dan sekitarnya. Saya memberikan ancer-ancer sejumlah warung, namun karena jaraknya terpisah-pisah dan agak jauh mereka agaknya kurang tertarik.

Terakhir, saya tetap anjurkan dia ke Pasar Badung dan meyakinkan bahwa sejumlah makanan yang dijual disana selama ini aman dimakan. Entahlah, agaknya si Matt dan istrinya ini hanya butuh informasi resmi (harus dicantumkan juga di brosur) jenis makanan yang cukup aman bagi usus bule.

Pemerintah Kota Denpasar memang beberapa kali ingin mengenalkan Denpasar sebagai wisata kuliner. Masalahnya, festival makanan ini pun hanya seremonial disisipkan di sejumlah event seperti Gajah Mada Festival sebulan lalu.

Sebelumnya, ketika peluncuran brand Sightseeing Denpasar, dilaksanakan juga festival makanan tradisional di depan Inna Bali Hotel. Ini pun hanya sesaat.

“Kami kebingungan mencari lahan untuk kawasan makanan tradisional ini,”ujar I Putu Budiasa, Kepala Dinas Pariwisata Denpasar. Ia mengatakan ide traditional food corner ini dicoba di lobi Inna Bali Hotel itu, sekalian satu paket dengan obyek wisata heritage.

Inna Bali memang hotel tertua di Bali, dan yang saya sukai ketika kesana atau lewat adalah memandang dua buah dokar mini yang dipajang di lobi (sekarang disulap jadi counter makanan ala Tiara). Saya pikir, taksu hotel Bali agak memudar karena bagian wajahnya telah dijadikan warung makan yang kurang artistik atau pas dengan citra heritage hotel ini.

Lalu kenapa di Jogja, kita bisa leluasa memilih jalur-jalur lokasi makanan disana? Kalau gudeg di jalan A, bakpia di jalan B, dan seterusnya. Apakah sebelumnya pemerintah memang mengatur atau terbentuk dengan alamiah?

Tags: KulinerOpiniwisata kuliner denpasar
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Suka Duka OSS: Desa Tidak Tahu Pembangunan Baru

Menjawab Permasalahan Perizinan Berusaha di OSS

27 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

27 April 2025
matan AI

Dusta Ajeg Bali

11 February 2025
Penyiaran di Indonesia Bermasalah ditambah Revisi Regulasinya

Penyiaran di Indonesia Bermasalah ditambah Revisi Regulasinya

17 May 2024
Next Post
Bali Outbond Community Tolak Eksploitasi

Bali Outbond Community Tolak Eksploitasi

Comments 7

  1. dewa rama says:
    16 years ago

    Saya suka dengan kawasan gajahmada. Dan berharap disana dijadikan kawasan food heritage. Seperti saya dulu merantau di Surabaya. Ada satu kawasan dimana2 teman2 menyebutnya dengan “KIA-KIA” merupakan suatu kawasan food heritage on the street (sori lupa nama jalannya). Buka mulai dr sore sampai malam hari. Nah saya tantang pemkot Denpasar untuk bisa mengimplementasikannya…

    Reply
  2. tulank says:
    16 years ago

    Tadi baru maen ke kantor Bali Village di sanur. Mereka ada yang namanya Warung Lipat. Itu semacam peta yang berisi informasi warung-warung kuliner menengah. Bagus juga idenya, mungkin cuman kurang pendistribusiannya. Klo kawasan kuliner, pasar kreneng/asoka pada malam hari menjadi tempat yang oke karena banyak pilihan.

    Reply
  3. phycko says:
    16 years ago

    @ dewarama :
    namanya jalan kembang jepun daerah jembatan merah 😀

    menentukan kawasan ini yang cukup sulit, karena harus diperhitungkan faktor akses menuju kesana alias lalu lintas dan tempat parkirnya. yang kedua adalah makanan itu sendiri baik kehigienisan-nya dan penampilan makanan itu sendiri. di depan museum bali menurut saya salah satu tempat alternatif. karena ditunjang oleh adanya lapangan puputan badung yang tidak pernah sepi. dan pernah dijadikan tempat makanan tradisional pada HUT Denpasar tahun lalu. Untuk parkir bisa di sekililing lapangan atau jalan2 di dekatnya. cuma perlu ditekankan kepada pedagang agar senantiasa menjaga kebersihan. serta antisipasi agar makanan tradisional dsana persentasenya tidak dikalahkan oleh pedagang kakilima.

    -cheers-

    Reply
  4. MarC says:
    13 years ago

    Kawasan wisata kuliner di jogja terbentuk dengan alamiah dan didukung pula oleh pemerintah. hal tersebut bs dilihat dari usia usaha kuliner yg rata2 berusia puluhan tahun.dan hal tsb didukung oleh pemerintah dgn memasukkan kawasan tsb sbg kawasan wisata.selain itu hal tsb jg didukung dngn keramahan msyrkt jogja yg tidak membeda bedakan antara turis lokal dengan turis mancanegara
    Hal tsb patut dicth oleh msyrkt dn pemerintah kota Denpasar.

    Reply
  5. diana balqis says:
    13 years ago

    Memang Pemkot Denpasar mungkin perlu sedikit mencontek dari kota Jogja misalnya yang menjadikan salah satu jalan disana menjadi satu icon yang mendunia, yaitu Malioboro. Dimana ketika seseorang menyebutkan kata Malioboro, pasti langsung ingat Jogjakarta. Di Denpasar misalnya bisa saja memilih salah satu jalan kota semisal Gajah Mada atau Diponegoro (dengan memperhitungkan faktor kelancaran lalin dan lain hal ) yang akan dikhususkan menjadi pusat segala hal promosi Bali, baik makanan, kesenian, perdagangan, dll.
    Sehingga akan lebih menarik minat wisatawan juga ke Bali serta menjadi satu ikon baru bagi Bali
    Sukses Baliku!

    @Ayam Betutu Bali Muslim, Halalan Thayyiban, Komplek Pertokoan Genteng Biru (PJKA), Jl. Diponegoro, Denpasar.
    Buka : jam 17.00 s/d 00.00 WITA
    Koordinat GPS: 8°40’12″S,115°12’54″E

    Reply
  6. dodo's says:
    13 years ago

    Kasus yang dialamai dua turis tadi seharunya menjadi hal yang harus dipikirkan dengan serius oleh pihak yang harus memikirkan dan punya kebijakan , saya melihat perkembangan infrastruktur di Bali lebih mempertimbangkan ke aspek komersial , pembangunan hotel yang tumbuh cepat dalam penumpukan satu lokasi dengan tidak dipertimbagkan aspek aspek infrstruktur yang lain,

    Sudah saatnya Bali seharusnya membangun service fasilitas publik yang lebih luas khususnya kenyamanan lokasi publik baik untuk masyarakat bali ataupun manca negara, misalnya kawasan taman umum , jalan atau destinasi wisata yang dilengkapi dengan fasilitas yang lebih mengedepankan heritage baik infrastruktur maupun makanan khas misalanya, dan lain sebagainya. Sehingga akan muncul kenyamanan dan hunian yang lebih lama bagi wisatawan baik domestik maupun manca negara , yang tentunya akan berimbas pada komersial pembelanjaan /purchasing yang lebih berkualitas.

    Intinya adalah apa bedanya saya ke Bali jika infrastruktur baik hotel, fasilitas , kemacetan , shoping centre , makanan , sama dengan tempat saya tinggal di Surabaya atau Jakarta dan Kota Kota besar lainya….harapan saya berlibur di Bali adalah mendapatkan kenyamanan dan keunikan Bali , yang saya rasakan mulai berubah menjadi kota Metropolis ??? Khsususnya Kuta …Sudah saatnya Bali harus dipikirkan apakah akan dibangun tempat wisata atau metropolitan periode 10 atau 20 tahun mendatang? kalau menjadi metropolitan apa uniknya ke Bali? takutnya wisatawan bisa berubah destinasi ke Pulau yang lain atau negara yang lain..

    dodo”s (just though ) http;//warnasatu.blogspot.com

    Reply
  7. catering di denpasar bali says:
    13 years ago

    Keren nih tulisannya, keep posting ya…
    Sudah Coba Empat Tempat Makan Unik Di Bali
    Klik http://goo.gl/ZGcfU

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

24 June 2025
Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

24 June 2025
Sampah tak Terpilah, Subsidi Pupuk Organik bikin Jengah

Bali dan Aroma Asap Pembakaran Sampah

24 June 2025
Nikmat Suasana Ngopi di Teba Tengah Kota

Nikmat Suasana Ngopi di Teba Tengah Kota

23 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia