Ni Nyoman Karmani sudah sepuluh tahun berjualan bubur sumsum.
Dia menjajakan bubir dari rumah ke rumah di Denpasar Utara. Karmani menjadi pedagang istimewa seperti juga menu yang dia jajakan.
Mungkin bisa dihitung dengan jari jumlah pedagang bubur seperti perempuan ini. Begitu pula dengan bubur sumsum jualannya. Sedikitnya ada empat jenis penganan yang menemani bubur ini.
Menu utama tentu saja bubur sumsum dari tepung beras yang gurih. Ada juga cendol terbuat dari tepung beras tapi dibentuk kecil-kecil. Cendol sudah dicampur santan kelapa.
Lalu ada ketan hitam atau injin yang direbus sampai agak encer. Kolak dari potongan ubi dan gula merah.
Pembeli bisa memilih sendiri jenis mana yang disukai. Apakah hanya satu jenis atau dicampur semuanya.
Satu porsi standar seharga Rp 4.000 berisi satu sendok bubur sumsum, cendol, injin, kolak, lalu dilumuri gula merah cair di atasnya.
Santan cendol dan gula merahnya dimasak agak kental sehingga sangat gurih dan manis.
Nyoman Karmani memasak semuanya pada dini hari. Lalu pagi hari berkeliling jalan kaki menjunjung wadah kayu berisi panci-panci kecil.
Ia berhenti beberapa saat di pusat keramaian seperti depan sekolah, pedagang kaki lima, sebelum mendatangi rumah warga.
“Bubur bubur,” teriaknya memanggil pembeli.
Jika ada yang tertarik harus membantu menurunkan wadah kayu itu. Wadah panci-panci kecil akan dibuka dan menguapkan aroma gurih bubur.
Ia mengatakan musim paling ramai adalah saat bulan puasa. Pembeli menggunakannya sebagai hidangan takjil sebelum makan hidangan utama berbuka. “Buburnya tidak masam atau berubah rasa walau dimakan sore hari,” serunya.
Ini memang benar. Juga bisa dimasukkan ke kulkas jika senang dingin.
Bubur sumsum ini masih memiliki banyak pelanggan setia karena tetap terjaga citarasa masa lalunya. Ketika makin banyak pedagang keliling menggunakan motor berjualan, belum terlihat pedagang bubur sumsum yang mengganti cara menjajakan. Seperti Karmani yang masih setia berjalan kaki.
Karmani saat ini terlihat berjalan terseok-seok karena kakinya mulai melemah kecapekan. Namun ia tetap berusaha bekerja. Anak-anak penyuka camilan tradisional ini masih menyerbu di depan sekolah saat jam pulang sekolah. [b]
biasanya jualannya di sekitaran jalan apa ya?