Sesi Buku adalah Nyawa dalam rangkaian Pesta Baca Taman Kesiman hadir empat kali.
Pada hari pertama sore hari, diskusi menghadirkan Marmar Herayukti dengan buku Waktu, Kala, & Kematian karya IBM Dharma Palguna. Pembicara lain Lisa Ismiandewi dengan buku Jejak Langkah karya Pramoedya Ananta Toer.
Ngurah Termana memandu sesi pada Rabu, 1 Mei 2019 pukul 16.00-18.00 WITA ini.
Diskusi kedua pada hari kedua hadir Windu Segara Senet yang membahas buku Strawbarry Generation karya Rhenald Kasali. Selain Windu ada pula Ni Putu Candra Dewi yang bercerita tentang buku Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia karya Yuval Noah Harari.
Moderator diskusi pada malam pertama ini adalah Luh De Suriyani.
Pada hari kedua di sesi pertama ada Sasvitri Sastrawan dengan buku Arsipelago karya Farah Wardani & Yoshi Fajar K. Kurator seni ini hadir bersama seorang guru, Ady Apriyanta Parma yang berbicara tentang Summer Hill School: Pendidikan Alternatif yang Membebaskan karya Alexander S. Neill.
Intan Paramitha menjadi moderator sesi sore hari ini.
Sesi terakhir pada Kamis, 2 Mei 2019 pukul 16.00-18.00 WITA, menghadirkan JRX yang membahas buku 1984 karya Georgo Orwell dan Mami Sisca Sena D. yang bercerita tentang buku Bumi Manusia karya karya Pramoedya Ananta Toer.
Roberto Hutabarat memandu diskusi terakhir ini.
Dikemas Apik
Buku adalah nyawa merupakan tajuk utama pesta baca yang diadakan dalam rangka ulang tahun Taman Baca Kesiman (TBK), Denpasar. Acara yang dikemas secara apik memberi ruang kepada para penikmat buku, penikmat musik, serta masyarakat umum menjadikan pesta ini syarat akan makna.
Tak semata buku, ada pula pameran bertema kaos keos art. Tema ini sebagai ungkapan akan kegelisahan tentang Bali hari ini. Ada pula sobyah budaya dari adik Pramoedya Ananta Tour, Soesilo Toer yang mengawali acara ulang tahun kelima TBK.
Buku adalah nyawa merupakan sebuah moto penyemangat untuk menjadikan buku sebagai kebutuhan manusia. Dalam kegiatan yang berlangsung pada 30 April hingga 2 Mei 2019 ini TBK juga memberi ruang kepada pelapak buku jalanan dan memfasilitasi masyarakat umum untuk hadir berkumpul dan berbincang santai ditemani berbagai genre buku.
Bincang-bincang buku dari dan oleh penikmat buku menjadi inti dari pesta ini. Acara ini membuka kembali jendela dunia yang pernah tertutup oleh batasan-batasan pada masa lalu.
Buku sebagai media guna mencerdaskan bangsa menjadi motivasi para pengunjung. Beberapa buku yang hadir di Pesta Baca menjadi perwakilan dari banyaknya buku di dunia.
Cerita tentang Buku
Buku bukanlah barang mewah, tetapi dia menghadirkan kemewahan itu hadir. Ungkapan ini sepertinya benar karena dengan sebuah buku kita memiliki kelasnya masing-masing. Seperti halnya buku Strawbarry Generation karya Rhenald Kasali yang diceritakan oleh Windu. Windu adalah pemilik Mangsi Coffee yang terkenal sebagai tempat berkumpul para penikmat kopi di Denpasar dan sekitarnya.
Menurut Windu, buku Starwbarry Generation mengajarkannya perspektif dan management yang sangat berguna dalam bisnisnya. Beberapa fakta lapangan yang telah dilalui oleh Windu dalam menjalankan bisnisnya menemukan arahan yang tepat pada buku tersebut.
Hal serupa juga diceritakan oleh Ni Putu Candra Dewi yang menjabarkan tentang buku Homo Deus: Masa Depan Umat Manusia. Buku yang berlatar belakang sejarah dan kemungkinan-kemungkinan
tentang manusia dan masa depannya menjadi jendela wawasan Candra dalam memberi perspektif di dunia kerjanya.
Perempuan yang aktif di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali tersebut memerlukan refrensi-refrensi tentang manusia dan hak
asasinya dan buku karya Yuval Noah Harari menjadi cara asik untuk menambah wawasan tersebut.
“Dengan gaya storytelling Harari, menjadikan buku tebal ini tak bosan untuk dibaca,” papar Candra.
Buku menjadi gambaran akan pola pikir penikmatnya. Seperti ada korelasi antara pembicara dengan buku yang diceritakannya. Buku-buku yang hadir di Pesta Baca ini pun berhubungan erat dengan waktu acara berlangsung.
2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional dan buku Arsipelago serta buku Summer Hill School: Pendidikan Alternatif yang Membebaskan menjadi gambaran tentang pendidikan.
Nyatanya pendidikan hari ini masih menjadi salah satu masalah bangsa Indonesia. Sistem pendidikan pun masih menuai pro dan kontra tantangan zaman. Buku yang dibagi ceritanya oleh Savitri Sastrawan dan Ady Apriyanta Parma dapat menjadi alternatif dalam dunia pendidikan.
Buku Bercerita
Dari keseluruhan buku yang diagendakan dalam sesi diskusi, buku 1984 dan buku Bumi Manusia menjadi penutup yang manis. JRX Superman Is Dead (band) dan Mami Siska Sena D. menjadi pembicara dalam bahasan yang cukup berat ini.
Sambutan awal dari Roberto Hutabarat menjadi pematik dalam sesi terakhir Pesta Baca Taman Baca Kesiman. Buku 1984 mengulas tentang dunia beserta fenomena yang mengintai manusia dan apakah berkaitan dengan cara dunia berkerja? Dengan bahasa yang memutar isi kepala, Roberto dalam narasi awalnya menyatakan buku 1984 memuat istilah-istilah yang menjadi pendobrak kata dan hingga hari ini pun buku yang telah berusia sekitar 70 tahun masih relevan dan ramalan untuk hari ini.
Lantas apakah dunia segila itu? apakah dunia tidak baik seperti dugaan kita?
Buku selalu memiliki ceritanya dan tentu ada sebab-sebab mengapa buku tersebut lahir di dunia. Seperti ungkapan Pramoedya bahwa menulis untuk keabadian karena sehebat-hebatnya orang jika tidak menulis akan sirna dan buku itu sendiri adalah anak rohani yang memuat seluruh isi kepala penciptanya.
Buku menceritakan kisah yang panjang dan menarik imajinasi pembaca hingga pola pikir terdalam.
Sebut saja buku Jejak Langkah yang membawa penikmat buku itu terjun ke tahun 1901 sampai 1912. Buku yang memuat tentang kisah Minke, Mei, dan semua kehidupan era kolonial menjadi mesin waktu bagi masyarakat era sesudahnya.
Cerita tentang buku Waktu, Kala, & Kematian karya IBM Dharma Palguna pun menjadi titik balik seorang Marmar Herayukti. Tanpa menampik tidak sepenuhnya terjadi perubahan pada diri Marmar karena membaca, tetapi membaca membuka pandangan hidup jelas Marmar dalam sesi tanya jawab.
Banyak cerita yang dipetik dari sebuah buku. Buku menyebabkan mata, bibir, hati, dan pikiran berkolaborasi membentuk pintu kemana saja. Cerita tentang buku-buku yang diulas pada Pesta Baca ini mengisyaratkan bahwa dengan buku dapat menjadikanmu bisa bernyawa dan tak semu!
Hal ini disambut dengan animo peserta yang hadir memiliki pertanyaan dan narasi yang beragam untuk didiskusikan. Buku bercerita, ya cerita tentang buku.
Apakah buku yang kita baca hari ini menceritakan tentang diri kita dan sudahkah kita dapat bercerita tentang buku yang kita baca? [b]