Dua tahun lalu, Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2024 berlangsung di Taman Baca Kesiman (TBK). Kala itu temanya Tri Hita Digital, tiga hak digital untuk mencapai kesejahteraan. Dua tahun kemudian, tepatnya Sabtu (29/06) TBK menjadi atmosfer perayaan sekaligus refleksi bersama.
Citizen Science, Solusi dari Warga tema itu terpatri di AJW tahun ini. Para penerima hibah liputan adalah warga dari berbagai kalangan. Mereka bersatu dalam tuntunan para mentor merangkum hasil liputan dalam produk jurnalistik.
Nostalgia, itulah momentum AJW kali ini. Beberapa orang tampak melepas rindu dengan rekan lama yang baru sempat berjumpa. Beberapa lagi ngobrol begitu intens, tak beranjak dari tikar yang disediakan panitia AJW. Entah apa itu obrolannya, tetapi 3 lelaki itu saling menyahut satu sama lain.
Dari ujung meja registrasi, para undangan dan pengunjung datang beriringan. Mereka langsung menyerbu suguhan dari desa berupa jajanan khas Bali. Jaje (kue) dari Desa Tembok, Les, dan Akah. Ada kue mangkok, cerorot, keripik bawang, keripik kulit ikan dan keripik singkong. Kopi dan teh menemani hidangan, melepas dahaga. Tersedia pula air dengan wadah berupa penyaring air dari Nazava dan Terra.
Bagian ujung TBK di hamparan rumput, riuh rendah suara para pengunjung bertransaksi. Ada yang menargetkan melakukan barter di Pasar Sadar dengan barang. Ada pula yang langsung menggunakan transaksi uang. Ada pula yang melihat-lihat untuk cuci mata.
Masih riuh suasana Pasar Sadar, diskusi bertajuk Politik Air berlangsung selama satu jam. Ada 4 pembicara, Putu Bawa mewakili Yayasan IDEP, I Wayan Juniarta mewakili Yayasan Bambu Lingkungan Lestari, Fenny Sulistyawati dan Made Suarbawa mewakili tim peliput dengan isu air.
Seberang pelaksanaan diskusi, terpajang 5 instalasi dari penerima beasiswa liputan AJW. Berbagai rupa instalasi menjadi magnet bagi para pengunjung untuk melihat dan mencoba satu per satu. Salah satu instalasi dari tim pejalan kaki dan transportasi publik, menggunakan metode permainan ular tangga.
Namun, permainan itu telah dimodifikasi dengan menggunakan jalanan dan mobil mainan sebagai sarana permainan. Tak heran, anak-anak ramai berlama-lama di instalasi garapan Lily Darmayanti dan Desymawati itu.
Momen keakraban datang dari meplalianan (bermain) dan magibung (makan bersama). Permainan tradisional yang dimainkan jadi daya tarik tersendiri. Tak kenal usia, tua muda asyik bermain melepas beban pikiran. Usai bermain, dilanjukan dengan magibung. Nasi gibungan tahun ini datang dari Saking Timur, warung yang menjual makanan khas Bali dengan sensasi bumbu menggelora ala Bali Timur.
Pemimpin Redaksi BaleBengong, Luh De Suriyani menyampaikan sambutan sebelum diskusi bersama penerima beasiswa dimulai. Ia mengungkapkan tentang TBK yang menjadi awal mula AJW dan mengajak warga untuk tetap kritis dan bergerak atas segala permasalahan di Bali.
Tiup lilin dengan jajanan khas Bali berjejer rapi seraya menandakan usia media warga di Bali, BaleBengong genap berusia 17 tahun. Usia remaja dan tak gentar menyuarakan berbagai isu di Bali melalui terbitan jurnalistiknya. BaleBengong dan kontributor dari berbagai kalangan aktif menulis.
Mengapresiasi kontributor, BaleBengong memberikan penghargaan kepada Harun Arrashyid sebagai kontributor terproduktif. Pada 2024. Harun menulis 22 artikel berbagai isu seperti lingkungan, ulasan film, musik, dan isu sosial lainnya.
Mengapresiasi gerakan jurnalisme warga, BaleBengong memberikan penghargaan kepada media PerempuanLeuser.com dari Aceh. Media ini aktif membuat pelatihan penulisan jurnalisme warga isu lingkungan, pelatihan bisnis hijau, dan profil perempuan berdaya.
Apresiasi diberikan pula kepada media Konsentris.id. Media yang berbasis di Lampung ini aktif membuat kelas jurnalistik dan liputan investigasi kejahatan lingkungan. Melalui proses seleksi, kedua media ini terpilih dari sejumlah se-Indonesia media yang mendaftarkan diri dalam kategori Media Warga di Indonesia dengan Program Unggulan.
Malam semakin larut, pengunjung berdatangan menyaksikan penampilan dari Teater Amor. Puncaknya, musisi bersuara diisi oleh Gede Robi mewakili musisi IKLIM. “Warna-warni kita menjadi satu” seru para penonton mengikuti alunan nyanyian Busur Hujan. Lagu ini melukiskan keberagaman di Indonesia. Sela-sela pasca menyanyikan satu lagu, Robi menambahkan bahwa Busur Hujan menggambarkan indahnya kolaborasi.
Malam tak terlalu malam, beberapa anak muda masih berdiskusi. Lainnya saling berpamitan. Senyum mengembang cerah meskipun beberapa wajah terlihat mengantuk. Ada pula yang masih berkumpul, ngobrol apapun yang penting kumpul. Tanpa terasa, momentum AJW 2024 menyatukan kehangatan dari berbagai penjuru. Semuanya merayakan, semuanya bernostalgia.
Bagian ujung TBK di hamparan rumput, riuh rendah suara para pengunjung bertransaksi. Ada yang menargetkan melakukan barter di Pasar Sadar dengan barang. Ada pula yang langsung menggunakan transaksi uang. Ada pula yang melihat-lihat untuk cuci mata.