• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
BaleBengong
AJW 2021 Supported by
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Esai

Saya pun Bermimpi Menjadi Raja di Pulau Mancawarna

Putu Supartika by Putu Supartika
30 October 2020
in Esai, Kabar Baru
0 0
0

Jika ada yang melaporkan saya, akan saya laporkan balik.

Saya baru saja selesai membaca sebuah buku Kehidupan Liar-nya Michel Tournier yang diterjemahkan Ida Sundari Husen. Buku ini sangat menarik perhatian saya. Walaupun demikian, hampir seminggu lebih baru bisa merampungkan buku ini karena banyak alasan. Padahal hanya 135 halaman, yang mungkin akan dibaca tandas oleh seorang yang rakus membaca buku dalam hitungan jam saja.

Namun, begitulah yang terjadi. Saya sangat terlambat membaca buku ini, karena mungkin orang lain telah merampungkannya beberapa tahun lalu.

Ada hal baru yang saya dapatkan. Sehabis membaca buku ini, saya punya tambahan mimpi atau cita-cita; memiliki pulau sendiri. Rasanya sungguh asyik, pikir saya.

Namun, saya tak bercita-cita terdampar pada sebuah pulau tanpa nama dan penghuni, sebagaimana yang dialami Robinson Crusoe—tokoh pada novel ini yang selamat—setelah kapal yang ditumpanginya, La Virginie tergulung ombak dan karam. Saya hanya ingin memiliki sebuah pulau tak bernama dan tanpa penghuni (manusia maksud saya) dengan cara yang tak perlu menyakiti diri sendiri.

Seandainya terwujud, maka saya akan menjadi seperti Robinson dan anjingnya yang juga selamat dari hantaman ombak, Tenn, serta teman Indiannya yang ia beri nama Vendreli yang datang belakangan ke pulau itu. Bedanya, Robinson terpaksa tinggal di pulau itu untuk waktu yang lama karena tak bisa pulang, sementara saya, bisa datang dan pergi ke pulau ini kapan saja.

Jika Robinson menamai pulau asing tempatnya terdampar dengan nama Pulau Speranza, maka akan saya namai pulau saya dengan Pulau Mancawarna. Saya suka dengan nama ini, karena terdengar begitu nyaring di telinga, gampang dikenal dan terkenal.

Di pulau ini, tentu saja saya akan mengangkat diri menjadi raja—sementara Robinson mengangkat diri sebagai gubernur—dengan istana yang bernama Pancawara dan berhak atas segala yang ada di dalamnya. Semuanya akan saya atur sendiri. Dan jika ada yang ingin ikut menumpang, maka ia harus tunduk dengan aturan saya termasuk menjadi babu saya.

Sebagai seorang raja di Pulau Mancawarna, tentu saja hal pertama yang akan saya lakukan yakni memantau semua area pulau dengan sebuah boat. Mungkin saya perlu seorang asisten yang kemudian saya sebut panjak untuk menjadi sopir boat saya mengelilingi pulau.

Selanjutnya hal yang akan saya lakukan adalah membuat Undang-undang yang mengatur semua tata kehidupan di pulau dengan banyak bab dan pasal-pasal tentunya, yang mengatur semuanya termasuk tingkah polah binatang kecil yang mendiami pulau. Jika ada yang melakukan perbuatan tidak terpuji kepada saya, apalagi berani nampel kepala saya sebagai seorang raja, maka mudah saja bagi saya mengambil tindakan: saya raja di sini dan dilindungi oleh Undang-undang Pulau Mancawarna, kamu telah menghina raja, maka kamu saya hukum!

Tentu akan ada pasal khusus yang mengatur penghinaan yang dilakukan kepada raja Pulau Mancawarna ini dengan memperhatikan betul segala celah sehingga tak akan ada yang berani melawan. Karena bagi saya, kekuasaan raja itu mutlak, dan ia tak pernah salah alias kebal hukum. Jika ada yang melaporkan saya, akan saya laporkan balik karena menghina martabat saya sebagai raja.

Sebagai seorang yang berkuasa mutlak atas Pulau Mancawarna, semua akan saya atur sendiri dan tak mau ada campur tangan orang luar pulau. Saya akan membuat penanggalan sendiri dengan tanggal 1 bulan 1 dan tahun 1. Begitupun waktunya, di mana saat pertama kali kaki saya menginjak daratan di Pulau Mancawarna adalah pukul 01.00 WPM (Waktu Pulau Mancawarna).

Di sekeliling pulau, sebagaimana yang dilakukan Robinson, saya akan membangun sebuah benteng dengan banyak ranjau yang saya kendalikan dari dalam istana. Juga dilengkapi parit lebar dan dalam yang juga menjadi benteng istana. Di atas parit akan saya bangun jembatan bongkar pasang, sehingga jika ada penyusup masuk ia tak akan bisa menjangkau istana.

Dan saya juga berharap ada kambing liar yang dikepalai oleh seekor bandot.

Beberapa kambing akan saya jinakkan dan yang lainnya termasuk si bandot tetap diliarkan. Agar ada sedikit intrik dalam pulau, saya akan menantang bandot itu berkelahi. Ketika bandot itu terprovokasi, saya akan memanggil kambing yang sudah saya jinakkan untuk menghadapi bandot itu. Tentu saja saya tak mau mengotori tangan saya menghadapi si bandot. “Pasukan pro Raja Pulau Mancawarna, majuuuu!”

Setelah mereka beradu, saya akan masuk ke dalam istana, membongkar jembatan agar kambing itu tak masuk ke dalam istana, dan dari dalam istana saya akan mencari tempat strategis agar dapat melihat pertarungan si bandot dengan kambing yang saya jinakkan.

Seandainya si bandot mati, maka saya akan mengulitinya, lalu membuat kulitnya menjadi layang-layang sebagaimana yang dilakukan oleh Vendreli kepada bandot yang dikalahkannya dalam sebuah pergulatan. Jika ternyata kambing saya kalah, tentu saya tak akan berpikir panjang untuk menenteng seekor bangkainya ke dalam istana, menyalakan api lalu membuat kambing guling.

Seru bukan? Bacalah bukunya dan mulailah membuat cita-cita baru. [b]

Tags: Bukurajasupartika
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Putu Supartika

Putu Supartika

Seorang jurnalis, penulis, pendiri media berbahasa Bali, Suara Saking Bali.

Related Posts

Lentera Peradaban: Gerakan Kecil di Tengah Gemerlap Kota Denpasar

Lentera Peradaban: Gerakan Kecil di Tengah Gemerlap Kota Denpasar

1 February 2021
Jakarta Sebelum Pagi:  Ajaran tentang Kehangatan Cinta

Jakarta Sebelum Pagi: Ajaran tentang Kehangatan Cinta

21 January 2021
Memahami Seksualitas melalui Buku Cabul

Memahami Seksualitas melalui Buku Cabul

5 December 2020
Cerita-Cerita Mengenai Resistensi dalam Kumpulan Cerpen: Subuh

Cerita-Cerita Mengenai Resistensi dalam Kumpulan Cerpen: Subuh

15 November 2020
Komentar Awal tentang Novel Orang-Orang Oetimu

Komentar Awal tentang Novel Orang-Orang Oetimu

8 October 2020
Merayakan Kehidupan dalam Kumpulan Tulisan Dea Anugrah

Merayakan Kehidupan dalam Kumpulan Tulisan Dea Anugrah

3 October 2020
Next Post
Sosialisasi Potensi Energi dari Kotoran Sapi

Rumah Belajar Bukit Keker Menyalakan Semangat Anak Muda

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

AJW 2022 AJW 2022
  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

Membongkar Kesalahpahaman tentang Kasta di Bali

4 June 2012
Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

13 February 2021
Mendayung Generasi Nyegara Gunung

Lirik Lagu Anak-Anak (Gending Rare) Daerah Bali

12 October 2010
Melacak asal Kata Esa dalam Pancasila

Melacak asal Kata Esa dalam Pancasila

13 October 2017
Sengketa PLTU Batubara di Bali Utara

PLTU Celukan Bawang II Terbangun, Bali Makin Bablas

0
melukat gegadon

Pelinggih Sang Hyang Iswara, Tempat Melukat Anak Telat Bicara

1

Nusantara, Pusat Peradaban Dunia

82
Seorang warga di Klungkung menghaturkan banten dan sarana upacara lain pada hari Tumpak Wariga. Foto Juni Antari.

Tumpek Wariga: Menilik Hubungan Manusia dengan Alam

1
Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

2
Bombardir Media Sosial Dibekukan di Kanvas

Bombardir Media Sosial Dibekukan di Kanvas

21 April 2021
Memperbaiki Kesalahan Masa Lalu pada Hutan Yehmbang Kauh

Memperbaiki Kesalahan Masa Lalu pada Hutan Yehmbang Kauh

19 April 2021
You and I, tentang Memori dan Dekatnya Kematian

You and I, tentang Memori dan Dekatnya Kematian

17 April 2021
Susur Hutan dan Sungai Bersama BASE Bali

Susur Hutan dan Sungai Bersama BASE Bali

16 April 2021
Ledok, Gizi Bubur di Pulau Kapur

Ledok, Gizi Bubur di Pulau Kapur

15 April 2021

Kabar Terbaru

Bombardir Media Sosial Dibekukan di Kanvas

Bombardir Media Sosial Dibekukan di Kanvas

21 April 2021
Memperbaiki Kesalahan Masa Lalu pada Hutan Yehmbang Kauh

Memperbaiki Kesalahan Masa Lalu pada Hutan Yehmbang Kauh

19 April 2021
You and I, tentang Memori dan Dekatnya Kematian

You and I, tentang Memori dan Dekatnya Kematian

17 April 2021
Susur Hutan dan Sungai Bersama BASE Bali

Susur Hutan dan Sungai Bersama BASE Bali

16 April 2021
BaleBengong

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In