Bentara Budaya Bali menggelar diskusi buku arsitektur Minggu lalu.
Kali ini Bentara Budaya Bali mendiskusikan buku bertajuk New Regionalism in Bali Architecture by Popo Danes. Buku yang ditulis Imelda Akmal ini tidak hanya dilengkapi dengan gambar site plan, potongan denah serta ilustrasi proyek terbangun, tetapi juga merangkum monograf karya Popo Danes.
Lebih dari 30 karya arsitektur yang dirancangnya, semisal rumah tinggal, villa, hotel, restoran, museum hingga konservasi bangunan tua disajikan dalam buku ini. Buku setebal 208 halaman ini dilengkapi lebih dari 400 ilustrasi gambar berwarna dalam dua bahasa.
Diskusi kali ini menghadirkan Imelda Akmal, Sony Sandjaya serta Popo Danes.
Imelda Akmal adalah penulis spesialis arsitektur dengan reputasi yang telah teruji. Dia memulai karir sebagai penulis bidang arsitektur dan interior pada tahun 1993 di Majalah Femina. Lulusan Teknik Arsitektur Universitas Trisakti ini telah membuat lebih dari 50 buku, dan pernah meraih penghargaan dari IKAPI. Kini, ia juga bekerja sebagai kontributor untuk artikel arsitektur dan interior pada majalah dalam dan luar negeri, seperti Home Décor, ISH Magazine, Femina Pesona, A+, serta menjadi konsultan untuk program televisi Home Beauty.
Buku ini diperindah dengan karya-karya Sony Sandjaya, fotografer profesional dengan spesialisasi arsitektur dan interior. Karya-karya Sony tidak hanya dimuat di media terkemuka nasional tetapi juga internasional seperti Architectural Digest (USA), A+U (Jepang), Thames & Hudson, Taschen serta mengisi puluhan buku dan majalah arsitektur, interior, termasuk buku yang disusun IAAW Studio. Sonny Sandjaya mulai menekuni kariernya sebagai fotografer dari sebuah harian ibukota, lalu majalah wanita terkemuka di Indonesia. Mengenyam pendidikan Art in Photography dari Royal Melbourne Institute of Technology, Australia. Ia juga kerap menjadi pembicara dalam seminar dan workshop fotografi arsitektur.
Imelda dan Sony membahas karya Popo Danes, arsitek terkemuka Bali. Pada usia 17 tahun ia telah merancang sebuah rumah untuk pertama kalinya. Menamatkan pendidikan arsitek di Jurusan Arsitektur Universitas Udayana. Ia juga sempat mendapat beasiswa untuk Rotary Group Study Exchange ke Belanda. Karya-karyanya tidak hanya diakui di ranah nasional tetapi juga dunia internasional.
Pada usia 23 tahun, usia yang sangat muda untuk merancang bangunan komersial, Popo Danes mendapat kepercayaan merancang sebuah hotel. Ia juga pernah merancang sebuah restoran milik Intercontinental Hotel di Dubai bernama Fish Market, yang saat ini menjadi salah satu restoran terbaik di sana. Bali hospitality architecture merupakan spesialisasi Popo Danes hingga saat ini.
“Semoga kehadiran para pembicara dalam Pustaka Bentara kali ini bermanfaat bagi para pencinta arsitektur di Bali sekaligus membuka ruang kreasi dan inovasi yang lebih kaya,” ujar Putu Aryastawa. [b]
Artikel dikirim Bentara Budaya Bali.