Menyambut Hari Raya Nyepi, akan banyak kita temui raksasa di Bali.
Raksasa-raksasa ini adalah patung yang sering disebut ogoh-ogoh. Aneka rupa raksasa ini akan dipawaikan saat hari Pengerupukan (sehari sebelum hari Raya Nyepi). Wujud raksasa ini beragam dan menarik, tidak hanya pose berdiri , namun beragam gaya dan pose yang menarik.
Ragam wujud, gaya, dan pose saat ini sudah semakin kreatif dan inovatif. Yang lagi trend adalah gaya terbang, maupun berpijak dengan satu kaki bahkan jari. Bahan pun sudah mulai menggunakan besi sebagai rangka dan styrofoam (gabus) untuk bentuk badannya. Kreativitas dalam bentuk bagaimanapun rasanya bisa diwujudkan dalam waktu singkat.
Bagaimana dengan ogoh-ogoh jaman sebelumnya. Zaman sebelum menggunakan besi dan styrofoam pada badannya, pembuatan ogoh-ogoh menggunakan sarana bambu dan kayu. Dengan sarana bambu dan kayu ini perancang ogoh-ogoh ini harus benar-benar memikirkan rangka dan pondasinya. Waktu pembuatan juga akan lebih lama.
Otak dan inovasi si pembuat akan benar-benar ditantang untuk mewujudkannya, karena untuk membentuk ogoh-ogohnya tidak akan segampang menggunakan styrofoam.
Penghasil Limbah
Namun menurut saya, justru inilah adu kreatifitas dan inovasi yang sebenarnya. Si pembuat tidak hanya memikirkan pembuatan bentuk badan yang menggunakan ulatan bambu, namun juga harus memikirkan kerangka agar kuat. Selain itu juga harus memikirkan bagaimana rangka yang kuat namun tidak menjadi berat saat akan diarak keliling.
Ogoh-ogoh yang berasal dari bambu dan kayu ini (beberapa bagian dari styrofoam seperti wajah/kepala, telapak tangan dan kaki) justru lebih alami, lebih menarik, dan lebih aman secara lingkungan. Mungkin banyak yang belum tahu bahaya dari bahan styrofoam apalagi sampai dibakar. Mungkin yang membuat tidak memikirkan untuk dibakar, karena akan disimpan dan digunakan untuk tahun depan.
Setahu saya, bahan styrofoam ini masuk bahan yang dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia, terutama saat dibakar karena asap hasil pembakaran ini melepaskan kurang lebih 57 zat berbahaya dan bau yang tidak sedap.
Menurut saya pribadi, pembuatan ogoh-ogoh dengan menggunakan styrofoam ini tidaklah terlalu menguji adrenalin kreatif dan inovasi si pembuat. Cukup berbekal keahlian mengukir gabus, mendesain bentuk, potong-potong dikit, tempel jadilah si ogoh-ogoh styrofoam ini. Rangka dan pondasi pun tidak terlalu memikirkan bentuk rangka dan berat, cukup menggunakan besi pipa, dilas jadilah rangka yang akan ditempelkan oleh badan styrofoam.
Bandingkan dengan pembuatan yang menggunakan rangka kayu dan bambu. Si pembuat harus banyak berpikir untuk mewujudkan ogoh-ogoh desainnya.
Menurut saya (lagi), harusnya pemerintah yang saat ini sudah sangat mendukung pawai ogoh-ogoh ini, bahkan dilombakan dan diberikan bantuan dana, berusaha atau bahkan memaksa ogoh-ogoh yang dilombakan tidak boleh 80 persen menggunakan styrofoam. Wajib menggunakan bambu sebagai rangka, styrofoam hanya dibatasi maksimal 30 persen karena untuk bagian seperti kepala/wajah/tapel, telapak kaki, telapak tangan bisa menggunakan styrofoam karena akan sangat rumit jika membuatnya menggunakan bambu dan kayu.
Rugi dong pemerintah daerah selalu berkoar-koar Clean and Green, jaga kebersihan, jaga alam dan sejenisnya, kalau tidak mengerti bahaya styrofoam yang dihasilkan dari ogoh-ogoh styrofoam ini. Satu ogoh-ogoh saja sudah sangat berbahaya, apalagi ada ratusan ogoh-ogoh, kebayangkan asap dan limbah yang dihasilkan? Saat dibakar, butakhala yang seharusnya disomya(dijinakkan) akan kembali menjadi ganas yang menjelma dalam asap dan limbah styrofoam.
Tulisan ini merupakan pendapat saya pribadi, bukan lembaga,bukan saudara, bukan keluarga, atau teman saya. Saya menulis cuma mengeluarkan rasa “Kangen” saya akan ogoh-ogoh seperti dahulu yang berasal dari bambu dan kayu, dan juga ketakutan saya akan limbah dari styrofoam ini yang sangat berbahaya.
Berikut ini beberapa link mengenai bahaya Styrofoam :
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2010/11/19/bahaya-styrofoam/
http://www.berbagaihal.com/2011/04/bahaya-dan-manfaat-lain-penggunaan.html
http://alamendah.wordpress.com/2012/05/16/styrofoam-atau-sterefoam-sang-sampah-abadi/
selebihnya search di google ya.. 🙂
Ayo dukung pengurangan penggunaan Styrofoam dalam pembuatan ogoh-ogoh. [b]
Mantap.. saya juga sempat menyinggung masalah ramah lingkungan ini di blog tahun lalu. Mudah2an kita bisa tetap menjaga tradisi tanpa merusak lingkungan.
setuju dengan artikel ini. Menggunakan bambu (bedeg istilah bali) memang agak sulit membuatnya terutama mencari bentuk ogoh2 yang proporsional (bentuk otot dll) dan jadinya terlihat kaku. serta ucapkan salam perpisahan deh dengan ogoh2 gaya terbang. Kalau penggunaan spon berbahaya nggak yah kira2?
Ini artikel bagus banget, saya setuju sekali…
mari kita tembukan ke pemerintah bali…
mantapp…..