• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Wednesday, June 25, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Bahaya Raksasa dalam Styrofoam (Baca : Gabus)

Ari Budiadnyana by Ari Budiadnyana
28 February 2013
in Berita Utama, Budaya, Lingkungan, Opini
0 0
4

Ogoh-ogoh

Menyambut Hari Raya Nyepi, akan banyak kita temui raksasa di Bali.

Raksasa-raksasa ini adalah patung yang sering disebut ogoh-ogoh. Aneka rupa raksasa ini akan dipawaikan saat hari Pengerupukan (sehari sebelum hari Raya Nyepi). Wujud raksasa ini beragam dan menarik, tidak hanya pose berdiri , namun beragam gaya dan pose yang menarik.

Ragam wujud, gaya, dan pose saat ini sudah semakin kreatif dan inovatif. Yang lagi trend adalah gaya terbang, maupun berpijak dengan satu kaki bahkan jari. Bahan pun sudah mulai menggunakan besi sebagai rangka dan styrofoam (gabus) untuk bentuk badannya. Kreativitas dalam bentuk bagaimanapun rasanya bisa diwujudkan dalam waktu singkat.

Bagaimana dengan ogoh-ogoh jaman sebelumnya. Zaman sebelum menggunakan besi dan styrofoam pada badannya, pembuatan ogoh-ogoh menggunakan sarana bambu dan kayu. Dengan sarana bambu dan kayu ini perancang ogoh-ogoh ini harus benar-benar memikirkan rangka dan pondasinya. Waktu pembuatan juga akan lebih lama.

Otak dan inovasi si pembuat akan benar-benar ditantang untuk mewujudkannya, karena untuk membentuk ogoh-ogohnya tidak akan segampang menggunakan styrofoam.

Penghasil Limbah
Namun menurut saya, justru inilah adu kreatifitas dan inovasi yang sebenarnya. Si pembuat tidak hanya memikirkan pembuatan bentuk badan yang menggunakan ulatan bambu, namun juga harus memikirkan kerangka agar kuat. Selain itu juga harus memikirkan bagaimana rangka yang kuat namun tidak menjadi berat saat akan diarak keliling.

Ogoh-ogoh yang berasal dari bambu dan kayu ini (beberapa bagian dari styrofoam seperti wajah/kepala, telapak tangan dan kaki) justru lebih alami, lebih menarik, dan lebih aman secara lingkungan. Mungkin banyak yang belum tahu bahaya dari bahan styrofoam apalagi sampai dibakar. Mungkin yang membuat tidak memikirkan untuk dibakar, karena akan disimpan dan digunakan untuk tahun depan.

Setahu saya, bahan styrofoam ini masuk bahan yang dikategorikan sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia, terutama saat dibakar karena asap hasil pembakaran ini melepaskan kurang lebih 57 zat berbahaya dan bau yang tidak sedap.

Menurut saya pribadi, pembuatan ogoh-ogoh dengan menggunakan styrofoam ini tidaklah terlalu menguji adrenalin kreatif dan inovasi si pembuat. Cukup berbekal keahlian mengukir gabus, mendesain bentuk, potong-potong dikit, tempel jadilah si ogoh-ogoh styrofoam ini. Rangka dan pondasi pun tidak terlalu memikirkan bentuk rangka dan berat, cukup menggunakan besi pipa, dilas jadilah rangka yang akan ditempelkan oleh badan styrofoam.

Bandingkan dengan pembuatan yang menggunakan rangka kayu dan bambu. Si pembuat harus banyak berpikir untuk mewujudkan ogoh-ogoh desainnya.

Menurut saya (lagi), harusnya pemerintah yang saat ini sudah sangat mendukung pawai ogoh-ogoh ini, bahkan dilombakan dan diberikan bantuan dana, berusaha atau bahkan memaksa ogoh-ogoh yang dilombakan tidak boleh 80 persen menggunakan styrofoam. Wajib menggunakan bambu sebagai rangka, styrofoam hanya dibatasi maksimal 30 persen karena untuk bagian seperti kepala/wajah/tapel, telapak kaki, telapak tangan bisa menggunakan styrofoam karena akan sangat rumit jika membuatnya menggunakan bambu dan kayu.

Rugi dong pemerintah daerah selalu berkoar-koar Clean and Green, jaga kebersihan, jaga alam dan sejenisnya, kalau tidak mengerti bahaya styrofoam yang dihasilkan dari ogoh-ogoh styrofoam ini. Satu ogoh-ogoh saja sudah sangat berbahaya, apalagi ada ratusan ogoh-ogoh, kebayangkan asap dan limbah yang dihasilkan? Saat dibakar, butakhala yang seharusnya disomya(dijinakkan) akan kembali menjadi ganas yang menjelma dalam asap dan limbah styrofoam.

Tulisan ini merupakan pendapat saya pribadi, bukan lembaga,bukan saudara, bukan keluarga, atau teman saya. Saya menulis cuma mengeluarkan rasa “Kangen” saya akan ogoh-ogoh seperti dahulu yang berasal dari bambu dan kayu, dan juga ketakutan saya akan limbah dari styrofoam ini yang sangat berbahaya.

Berikut ini beberapa link mengenai bahaya Styrofoam :
http://kesehatan.kompasiana.com/makanan/2010/11/19/bahaya-styrofoam/
http://www.berbagaihal.com/2011/04/bahaya-dan-manfaat-lain-penggunaan.html
http://alamendah.wordpress.com/2012/05/16/styrofoam-atau-sterefoam-sang-sampah-abadi/
selebihnya search di google ya.. 🙂

Ayo dukung pengurangan penggunaan Styrofoam dalam pembuatan ogoh-ogoh. [b]

Tags: BaliBudayaLingkunganOpini
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Ari Budiadnyana

Ari Budiadnyana

just broadcast ur self

Related Posts

Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Suka Duka OSS: Desa Tidak Tahu Pembangunan Baru

Menjawab Permasalahan Perizinan Berusaha di OSS

27 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

27 April 2025
Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

28 March 2025
Next Post
Pendidikan Lingkungan Hidup di SMKN 1 Tejakula

Pendidikan Lingkungan Hidup di SMKN 1 Tejakula

Comments 4

  1. imadewira says:
    12 years ago

    Mantap.. saya juga sempat menyinggung masalah ramah lingkungan ini di blog tahun lalu. Mudah2an kita bisa tetap menjaga tradisi tanpa merusak lingkungan.

    Reply
  2. eka dirgantara says:
    12 years ago

    setuju dengan artikel ini. Menggunakan bambu (bedeg istilah bali) memang agak sulit membuatnya terutama mencari bentuk ogoh2 yang proporsional (bentuk otot dll) dan jadinya terlihat kaku. serta ucapkan salam perpisahan deh dengan ogoh2 gaya terbang. Kalau penggunaan spon berbahaya nggak yah kira2?

    Reply
  3. novayadi says:
    12 years ago

    Ini artikel bagus banget, saya setuju sekali…
    mari kita tembukan ke pemerintah bali…

    Reply
  4. kabeh nusa (@kabeh_nusa) says:
    12 years ago

    mantapp…..

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Sekarang Tanah Airnya Dijual pada Investor

Kontrak: dari Alat Kolonial ke Jerat Digital

25 June 2025
Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

Cara Baru Anak Muda Rehat dengan Retreat

24 June 2025
Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

Langkah Tertatih Penyandang Disabilitas di Taman Kota Singaraja

24 June 2025
Sampah tak Terpilah, Subsidi Pupuk Organik bikin Jengah

Bali dan Aroma Asap Pembakaran Sampah

24 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia