Lagu dangdut Caesar “Buka dikit… jossss!” Terdengar cukup keras dari pedagang CD bajakan disekitar. Suara kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalan Teuku Umar Barat terasa cukup menggangu di telinga. Perlahan-lahan Puji dan temannya mengatur perlengkapan warung sushi yang buka dari jam 5 sore hingga 11 malam, bersamaan dengan jejeran warung kecil lainnya.
Terlihat seperti angkringan Solo dengan banner berbahan vinyl bertulisan Arkenzi Sushi. Diterangi oleh beberapa lampion berwarna merah yang digantungkan di setiap sudut, kain dibordir dengan huruf Hiragana dipasang di bagian dalam warung yang berdiri sejak 5 bulan lalu.
“Dulu sempat datang kesini jam 11 malem, tapi sudah habis. Makanya sekarang bela-belain datang lebih awal biar kebagian. Katanya enak!”, ujar Erik pegawai yang bekerja di Kuta.
Puji, pemilik warung Arkenzi asal Malang yang pernah 17 tahun menetap di Jepang ini menceritakan kalau semasa di negeri Sakura dia bekerja di perusahaan onderdil. Selama itu dia sudah penasaran untuk belajar membuat sushi. Menurut dia membuat sushi itu gampang, tapi untuk mendapatkan rasa yang tepat itu yang sulit. “Kita bisa saja membeli bahan yang sama di pasar, tapi saat diolah dan jadi sushi, rasanya akan tetap berbeda,” ujarnya.
Ada 12 jenis masakan yang tertera di menu dengan harga yang sangat terjangkau ketimbang masakan jepang lainnya. Berkisar dari Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribuan. Sebut saja Futo Maki, sushi gulung yang didalamnya terdapat timun, selada, telur, kepiting dan alpukat. Bahan-bahan tersebut lalu digulung bersamaa dengan nasi putih dan bagian terluarnya dilapisi rumput laut kering dengan rasanya yang gurih. Disajikan bersama kecap asin dan Wasabi. Sebagai pelengkap bisa juga memesan Ocha atau teh jepang.
Coba juga Takoyaki dengan membayar Rp 10 ribu untuk 6 buah bola bola dengan rasanya yang gurih.
Menu lainnya juga beragam seperti Sushi Tuna Mayo, Chicken Teriyaki, Vegetarian Sushi, Oyakudon hingga Yakimeshi (nasi goreng) dan masih jenis sushi lainnya.
Kebanyakan yang datang kesini adalah masyarakat lokal atau mahasiswa yang mencari alternatif menu sushi dengan harga bersahabat. Selain itu sushi di Arkenzi, rata-rata sudah dimodifikasi sehingga cocok untuk lidah Indonesia. Misalnya saja dengan penggunaan daging yang sudah dimasak. Namun jika suka dengan sushi asli dengan daging mentah, tentunya mereka bisa memesan sebelumnya.
Pelayanan yang ramah oleh Puji dan teman-temannya membuat pelanggan cepat akrab dan ngobrol tentang sushi buatannya. Tidak lupa diakhir kata, Puji selalu mengucapkan “Mata irashite kudasai” yang artinya “Silahkan datang lagi” sambil tersenyum pada pelanggannya.
Hari minggu buka gak?
coba aja langsung cek TKP 😀
mau nyobaaaaa kok asane jaen nah
Pernah nyobain sekali dan itu jam 12 malam (masih melayani orderan), dan memang tidak seyahud Tahari Sushi atau Sushi Tei (dalam hal rasa dan porsi) tetapi cukup memuaskan bagi yang penasaran dengan sushi dan aroma wasabinya yang menendang hidung ketika dibuka dari toplesnya. Oya penjualnya juga ramah.
ngiler siang2 baca tulisan dan liat foto2 ini. njrit!
dimana alamat lengkapnya ang?
sedap …