Teks Dikirim Komunitas Sahaja, Foto Ilustrasi Internet
Yang kenal diri juga sang lain
Di sini pun kan menyadari:
Timur dan Barat berpilin
Tak terceraikan lagi.
Sajak terkenal ini, yang ditulis oleh Johann Wolfgang von Goethe pada tahun 1826, menunjukkan bahwa pujangga Jerman terbesar itu sangat sadar akan pentingnya dialog antarbudaya. Dan Goethe sendiri, melalui karya dan tindakannya, telah menjadikan dirinya jembatan antara Barat dan Timur. Terutama hubungan Goethe dengan agama Islam merupakan sebuah fenomena menakjubkan dalam kehidupannya. Sejak muda ia menaruh minat terhadap Islam, dan rasa hormat dan kagum terhadap agama itu dapat disaksikan dalam tulisannya, terutama dalam kumpulan puisi Diwan Barat-Timur yang dianggap salah satu dari mahakaryanya.
Pada tahun 2007 untuk pertama kali terbit sebuah kumpulan puisi Goethe yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Buku berjudul „Satu dan Segalanya“ itu merupakan jilid IV dari Seri Puisi Jerman yang dieditori oleh kedua penerjemahnya, yaitu Berthold Damshäuser dan Agus R. Sarjono.
Goethe-Institut Jakarta pada tahun 2007 dan 2008 telah menyelenggarakan berbagai acara pembacaan dan diskusi puisi Goethe yang melibatkan Agus R. Sarjono dan Berthold Damshäuser.
Pada tahun ini, Goethe-Institut Jakarta bersama Komunitas Sahaja dan Unit Kegiatan Mahasiswa Udayana Scientific Club (USC) juga akan menyelenggarakan acara serupa yakni pada Kamis, 4 Maret 2010, pukul 18.00 wita, bertempat di Auditorium Widya Sabha, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Jalan Jenderal Sudirman
Denpasar
“Pada acara tersebut akan tampil Berthold Damshäuser sebagai narasumber dalam diskusi puisi Goethe serta hadir penyair Warih Wisatsana dilibatkan sebagai moderator. Di samping itu, penyair Bali Tan Lioe Ie, akan membacakan berbagai Dithyrambos Dionysos, puisi Friedrich Nietzsche yang berkaitan erat dengan bukunya „Demikian Sabda Zarathustra“. Jadi kami akan sangat senang apabila kawan-kawan turut hadir dalam acara tersebut,” papar Ni Ketut Sudiani, koordinator program.
Berthold Damshäuser lahir di Wanne-Eickel/Jerman pada tahun 1957. Sejak 1986 ia mengajar bahasa dan sastra Indonesia di Institut für Orient- und Asienwissenschaften (Lembaga Kajian Asia) di Universitas Bonn. Ia pemimpin redaksi “Orientierungen“ –sebuah jurnal tentang kebudayaan-kebudayaan Asia–, penerjemah puisi Jerman ke bahasa Indonesia dan puisi Indonesia ke bahasa Jerman, penyunting antologi puisi Indonesia dan Jerman. Ia juga salah seorang pendiri Komisi Jerman-Indonesia untuk Bahasa dan Sastra. [b]
Foto diambil dari sini.
nice photo bro bisa gak gw ambil photo wolfnya untuk koleksi ya , tengkiu before and after