Oleh Luh De Suriyani
Sebanyak empat belas orang lanjut usia mencoba mendapat penglihatannya setelah mendapatkan operasi katarak gratis, Jumat (17/10) pekan lalu. Mereka adalah bagian dari sekitar 40 ribu orang yang mengalami kebutaan di Bali.
Belasan pria dan wanita usia lanjut ini baru pertama kali mencoba operasi katarak saat perayaan World Sight Day 2008 di RSUD Kapal, Kabupaten Badung kemarin. Selain operasi katarak, sejumlah kasus pemeriksaan mata gratis lainnya adalah pengobatan penyakit mata luar seperti konjungtivitis, keratitis, dan lainnya.
Seperti dialami Ni Wayan Leteng, 80 tahun, warga Banjar Pasek Kedonganan, Badung. “Apakah hari ini memang panas sekali,” tanya Leteng pada menantunya Nyoman Lisasih yang mengantar. Leteng tak sabar ingin membuka matanya dan melihat sinar matahari yang sudah setahun ini tak bisa dilihatnya langsung.
Lisasih mengatakan kedua mata Leteng mengalami kebutaan setahun terakhir. Baru kali ini ia memberanikan diri mengajak mertuanya untuk operasi katarak. “Menurut dokter harus segera operasi biar tidak tambah parah kataraknya,” ujar Lisasih.
Hari itu baru mata kanan Leteng yang dioperasi, sementara mata kirinya baru bisa dioperasi beberapa bulan lagi.
Dua buah mobil operasi bantuan Pemerintah Australia, Bali Memorial Eye Center adalah tempat operasi katarak bagi belasan lanjut usia itu. Mobil ini sudah berkeliling Bali untuk memberikan operasi katarak gratis di pelosok desa.
Ketua Panitia World Sight Day di Bali Dokter I Gusti Ngurah Made Sugiana mengatakan katarak adalah salah satu penyebab kebutaan tertinggi di Bali. “Dari sekitar 40 ribu kasus kebutaan di Bali, sekitar 80 persen karena katarak yang tidak pernah diobati,” katanya.
Pada tahun 2009, Sugiana memapakan Bali akan mengentaskan 1000 kasus kebutaan karena katarak per tahunnya. Caranya, dengan mengadakan operasi keliling di pelosok desa Bali. “Kami jemput langsung yang mengalami kebutaan itu. Jika tidak dijemput, kasus akan sulit berkurang,” jelasnya.
Hal ini karena rendahnya kesadaran masyarakat melakukan pemeriksaan pada mata, khususnya lanjut usia yang memenag rentan mengalami katarak. Sugiana menjelaskan, ketika berusia di atas 50 tahun, paparan sinar matahari langsung akan mengurangi kesehatan mata. Hal ini berakibat pada berbagai macam penyakit yang menyerang mata, salah satunya katarak.
Sejak tahun 1990-an, operasi katarak kini sangat mudah dan cepat. Rata-rata waktu operasi katarak sekitar 30 menit per orang. Bahkan prosedur kelayakan medisnya pun memudahkan orang untuk melakukan operasi lebih cepat sehingga memberikan potensi kesembuhan lebih tinggi
“Sebelum tahun 1990, untuk operasi katarak tidak mudah karena teknologi pendukungnya terbatas. Dulu katarak baru bisa dioperasi kalau sudah mature. Tapi sekarang sebelumnya sudah bisa. Malah kalau hipermature mengakibatkan komplikasi lain,” jelas Sugiana yang dokter spesialis mata ini.
Hal lain yang menghambat adalah ketakutan akan efek operasi, mitos bahwa katarak tidak bisa diobati, dan biayanya yang mahal.
Kini, biaya operasi katarak cukup bisa dijangkau yaitu sekitar Rp 2,7 juta per operasi. Untuk masyarakat pedesaan miskin, operasi katarak diberikan gratis hampir tiap tahun secara reguler di Bali.
Tim Penanggulangan Kebutaan dan Katarak Provinsi Bali sebagai pelaksana World Sight Day di Bali ini berencana makin mengintensifkan pencarian kasus-kasus kebutaan dan katarak di desa-desa terpencil di Bali. Selama dua hari pada 18 dan 19 Oktober ini akan memberikan pelayanan ke Desa Kubu di Kabupaten Karangasem.
Data Departemen Kesehatan menyebut angka kebutaan mencapai 1,5 persen atau sekitar 3 juta penduduk Indonesia. Hampir separonya buta karena katarak. [b]
Artikel ini dipublikasikan The Jakarta Post.