Teks dan Foto Astarini Ditha
Koin sastra. Begitu hashtag yang belakangan ramai beredar di Twitter.
Frase itu disebar untuk merespon penciutan anggaran Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Jakarta. PDS HB Jassin ini, dalam salah satu harian nasional disebutkan terancam ditutup karena kekurangan dana. Sesuai SK Gubernur Jakarta, PDS HB Jassin hanya memiliki anggaran Rp 50 juta per tahun.
Khrisna Pabhicara, seorang penulis, amat getol mengampanyekan gerakan kesadaran ini dalam akun Twitternya secara kontinyu. “Mengajak semua pecinta sastra untuk mempertahankan PDS HB Jassin yang terancam gulung tikar,” tulisnya diikuti hashtag #Jassin.
Gerakan koin sastra pun mulai digalakkan. Teman-teman di Fakultas Sastra Universitas Udayana Unud, Kamis siang tadi semisal, “dihampiri” Jerinx SID yang manggung dadakan bareng Sari Nymphea. “Wah, ini aja baru tau hari ini kalau mbak Sari ikut duet sama Jerink,” ujar Trias Santhi, koordinator aksi ini. Ceritanya lagi, lantaran soal koin sastra ini dibaca oleh salah satu kru Jerink SID, singkatnya ia menawarkan agar Jerink mengisi acara.
Trias, tahu pertama kali kabar ini melalui akun twitter Anji Drive. “Tahunya kamis malam, besoknya mulai cari-cari lagi di internet, ternyata bener,” ujarnya.
Ia dan kawan-kawannya di Sastra Indonesia hanya punya waktu dua hari untuk persiapan. “Saya kira, hari ini yang serentak diadakan. Tapi masih ada tuh hari kabarnya sampai Senin, seperti diadakan di salah satu universitas di Jakarta,” terangnya.
PDS HB Jassin, bagi Trias merupakan pusat studi literasi yang amat komplit. “Biasanya kakak-kakak kelas atau siapa aja suka mencari data dan referensi di sana,” urainya. Tambahnya lagi, bila kita bersurat ke sana perihal peminjaman buku, kita hanya dikenakan biaya foto copy saja. Tambahnya, tokoh sastra macam Chairil Anwar juga diabadikan tulisanya tangan aslinya di sana.
HB Jassin yang diberi julukan A Teeuw, akademisi yang fokus soal kesusasteraan, sebagai Wali Penjaga Kesusasteraan Indonesia sejak lama telah aktif di dunia pendokumentasian. Ia memiliki riwayat pengalaman yang panjang di beberapa institusi yang berkenaan dengan sastra, salah satunya di Balai Pustaka.
Semangat Koin Sastra yang digelar Trias dan kawan-kawan Sastra di Denpasar juga disebarkan ke publik. Ada juga aksi turun ke jalan, pembacaan puisi sembari membawa spanduk bertuliskan Koin Sastra, Aksi Solidaritas untuk Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin. Selain koin sastra, ada juga yang menggagas beberapa aksi penyelamatan lain.
Aksi penyelamatan dalam akun Twitter Krisnha Pabhicara semisal. Di akunnya ia memuat beberapa program di antaranya digitalisasi dokumen, kliping data juga menjadikan PDS HB Jassin sebagai tempat wisata buku. Bahkan sebentar lagi di tanggal 13 April akan digelar konser untuk Koin Sastra ini di Bentara Budaya Jakarta. “Yang dari Bali, ada Ayu Laksmi, Dewa Budjana yang main di konser itu,” ujar Trias.
Dari akun twitternya ia mengabarkan, per Kamis siang mereka telah mengumpulkan “koin” sebanyak Rp 1.100.000,- . Wow. Bagi saya, sastra bukan milik kalangan tertentu yang berada eksklusif dan jauh dari masyarakat. Bagi saya buku apapun genrenya, termasuk saya adalah reproduksi “cermin” peradaban selain pemikiran-pemikiran cergas di dalamnya. Saya setuju bila perpustakaan dibilang gudang ilmu.
Ups, sekali lagi gerakan koin sastra ini jangan diartikan tren semata! 🙂 [b]