Mandala Suci Wenara Wana atau lebih akrab di telinga dengan sebutan Monkey Forest, ternyata menyimpan sudut hutan bernama Hutan Yadnya. Lokasinya berada di seberang lobi Monkey Forest. Apabila dari parkiran motor Monkey Forest, hanya tinggal jalan kaki selama kurang lebih 5 menit. Lalu di sisi kiri akan terlihat plang bertuliskan Hutan Yadnya.
Masyarakat Desa Adat Padangtegal menginisiasi adanya hutan ini. Saat memasuki kawasan Hutan Yadnya, ada berbagai jenis tanaman yang berfungsi untuk pelengkap maupun sarana utama upakara di Bali. “Tumbuh-tumbuhan sekarang banyak yang langka padahal kita perlu, makanya kita bikin Hutan Yadnya disini,” ujar Made Karsana
Terdapat hampir 200 jenis tanaman yang hidup di Hutan Yadnya. “Ada itu dulu orang katanya sudah keliling cari tanaman untuk kebutuhan yadnya, sampai ke kebun raya dan ternyata ketemunya di sini,” ujarnya. Meskipun ratusan jenis tanaman ada di Hutan Yadnya, tetapi ada beberapa tanaman yang tidak dimiliki.
Sehingga, pencarian tanaman harus ke kabupaten lain seperti di Karangasem dan Buleleng. Pada tahun 2018, Desa Adat Padangtegal melangsungkan Upacara Maliga Lajur dan ngaben massal. Tanaman bernama padang kasna ditemukan di Karangasem. Sedangkan buah kambiloko ditemukan di wilayah Pulaki, Buleleng.
Pada masa kini, lelaki yang kala itu (20/04) mengenakan pakaian adat madya mengungkapkan banyak tanaman keperluan upacara yang mulai langka. Ia mencontohkan pohon nutu yang sudah jarang ditemui. Pohon nutu biasanya dipakai dalam rangkaian upacara ngaben di pedaging tukon.
Pohon nutu yang dibutuhkan tahun 2018 itu akhirnya ditemukan di Mengwi, Badung dan Desa Bangkian Sidem, Gianyar. Satu bulan sebelum banten (sesajen umat Hindu di Bali) dibuat, para penjaga Hutan Yadnya ditugaskan mencari tanaman yang tidak ada di kawasan hutan tanaman banten dan obat ini.
Sambil menunjukkan beberapa tanaman, Karsanas menjelaskan Hutan Yadnya mendukung pemberian bibit tanaman bagi yang membutuhkan. Begitu pula sebaliknya, Hutan Yadnya juga menerima bibit bagi siapapun yang ingin memberi.
Tidak ada pungutan yang dikenakan bagi yang meminta tanaman di Hutan Yadnya. Bagi yang beragama Hindu dapat menghaturkan canang dan sesari seikhlasnya.
Sayangnya, nama-nama tanaman belum terarsipkan dengan layak. Para petugas yang rata-rata berusia lanjut berinisiatif mencatatnya di buku tulis besar. Mereka membuat tabel dengan klasifikasi dasar berupa nama tanaman dan kelompok bantennya. Selain tanaman, ada beberapa hewan yang dipelihara dalam Hutan Yadnya seperti sapi, bebek dan ayam.
Ada 12 orang warga Desa Adat Padangtegal yang secara sukarela menjaga Hutan Yadnya. Mereka membagi tugas, per hari ada dua orang yang berjaga. Karsana menuturkan, saat ini belum ada anak muda Padangtegal yang tertarik menjaga Hutan Yadnya.
Adakah Hutan Yadnya di desamu?