Ubud Writers and Readers Festival (UWRF), festival kata-kata dan gagasan terdepan di Asia Tenggara, memulai perayaan 20 tahunnya hari ini, pada Rabu, 18 Oktober 2023. Festival live yang berlagsung selama empat hari ini akan membawakan para penulis, penyair, dan novelis ternama sedunia untuk menjelajahi serangkaian tema yang beragam, untuk menghayati rasa ingin tahu dan petualangan intelektual di jantung Bali.
Di saat ketika Festival kami merayakan pencapaian penting ini, tahun ini kami juga akan menampilkan lebih banyak program, bersama lebih dari 200 pembicara dan jumlah program yang sama. Program–program ini akan mencakup tidak hanya diskusi panel Main Program namun juga Special Events, Masterclasses, Book Launches, Film Screenings, Arts Exhibitions, dan Fringe Events di Denpasar dan Singaraja.
Di antara nama-nama penting yang akan ditampilkan dalam deretan pembicara perayaan 20 tahun Festival adalah pejuang lingkungan pemberani Vandana Shiva, wartawan dan podcaster Australia yang sangat digemari Leigh Sales dan Annabel Crabb, penulis Indonesia yang masuk nominasi Man Booker Prize Eka Kurniawan, wartawan, penyair, dan perupa senior Goenawan Mohamad, pemenang Booker Prize Bernardine Evaristo, penulis Irlandia Megan Nolan, dan banyak lagi.
Sebagai tambahan, Festival juga akan menyelenggarakan program seharian penuh selama dua hari di Universitas Udayana, Bali, menampilkan antara lain penulis Indonesia Henry Manampiring, juga sebuah acara Changemaker di Green School yang ikonik bersama pembicara seperti pegiat Vandana Shiva yang inspiratif, etnografer Dr. Justin Wejak, dan pegiat masyarakat adat Helena Gualinga. Setelah festival, akan diadakan serangkaian Satellite Program di Jambi, Maumere, dan Mataram, menampilkan penulis fiksi Amerika Tanaïs dan perupa Amerika Edel Rodriguez, berkat dukungan dari Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta.
“Kami sangat bersyukur karena, 20 tahun setelah digagasnya Ubud Writers & Readers Festival, kami masih dapat menyuguhkan acara ini kepada pada pecinta sastra, seni dan current affairs dari berbagai belahan dunia. Festival ini telah berfungsi sebagai sebuah wadah pertukaran kreatif dan intelektual antar budaya, mendekatkan umat manusia melalui kekuatan storytelling,” ujar Pendiri dan Direktur Festival Janet DeNeefe.
Tahun ini, festival akan memberikan Lifetime Achievement Award kepada penyair dan dramawan senior Bali Putu Wijaya. Kehidupan Putu Wijaya merupakan sebuah bukti mengenai daya transformatif dari kesusastraan, dengan jangkauan pengaruhnya yang begitu luas melampaui karier kepenulisannya yang produktif; ia juga merawat dan membimbing anak-anak muda Indonesia yang bercita-cita menjadi penulis dan penampil.
“Malam ini, kami akan merayakan karier Putu Wijaya, sosok termasyhur dalam sastra dan seni pertunjukan Indonesia. Dedikasi seumur hidupnya telah meninggalkan jejak yang tak terjabarkan dalam warisan kebudayaan kita semua, memperkaya hidup banyak orang dan mengilhami bakat-bakat baru yang tak terhitung jumlahnya untuk berkembang. Kata-katanya memiliki kekuatan untuk membawa para pembaca ke jantung kebudayaan Indonesia, dan merupakan sebuah kehormatan luar biasa bagi kami untuk memberikan penghargaan Lifetime Achievement bagi beliau pada malam ini,” ujar Janet DeNeefe.
Tahun ini, Festival kami juga akan meluncurkan Edisi Perayaan 20 tahun untuk Antologi Dwibahasa Tulisan-Tulisan Indonesia kami. Antologi ini akan mengumpulkan cerita pendek terbaik dari para penulis Emerging UWRF dari 2008 hingga 2022, ditambah sebuah cerita pendek baru dari penulis Emerging 2022 kami, yang sebelumnya telah mengikuti lokakarya menulis daring di awal tahun ini.
Untuk membantu para penulis Indonesia mendapatkan perhatian lebih, Festival tahun ini menampilkan 16 penulis dari Manajemen Talenta Nasional. Festival juga bertujuan mendukung pelestarian bahasa daerah dengan memberikan Penghargaan Rancage kepada lima penulis yang berkarya dalam bahasa daerah mereka masing-masing.
“Lalu, untuk merayakan 20 tahun kiprah kami, Festival kami baru saja memperbarui websitenya, memberikan para pengunjungnya akses lebih komprehensif ke program kami. Para pengunjung dapat menjelajahi suara-suara sastra yang beragam yang ditampilkan dalam sebuah user interface dan merencanakan pengalaman sastra mereka selama Festival dengan memberi penanda untuk acara-acara kesukaan mereka. Lebih lagi, Festival juga meluncurkan kembali buku program setelah hiatus beberapa tahun karena pandemi.
“Kami berharap Festival tahun ini dapat memantik kembali kecintaan terhadap seni dan sastra di hati setiap pengunjung festival. Kami juga berharap bahwa Festival ini dapat membantu kita semua mempertahankan optimisme bahwa, meskipun saat ini kita sedang menghadapi banyak sekali tantangan di dunia, kita tetap dapat menemukan makna dan solidaritas dengan orang lain melalui kerja-kerja kreatif,” tutup Janet DeNeefe.