Sekaa Gamelan Salukat tampil menawan di Bentara Budaya Bali.
Mereka menampilkan lima komposisi saat tampil Jumat, 25 Mei 2018 kemarin. Satu di antaranya berjudul “Somewhere There”, komposisi perpaduan instrumen Carillon dan gamelan gong kebyar yang ditampilkan berkolaborasi dengan pianis Tomoko Nishizawa.
Menurut Dewa Alit, yang mendirikan Gamelan Salukat pada tahun 2007 silam, ide komposisi menggabungkan alat musik Carillon dan gamelan ini bermula dari tawaran untuk membuat sebuah komposisi baru tahun lalu. Ia sendiri mengakui baru pertama kali melihat instrumen tersebut dan mengetahui bagaimana Carillon dimainkan pada Januari 2017 lalu.
“Hal menarik buat saya yaitu ternyata Carillon ternyata memiliki persamaan dengan gamelan yakni sama-samaa terbuat dari perunggu dan memiliki fungsi religius. Namun secara konteks orkestrasi dan cara memainkannya sangat berbeda,” ungkap Dewa Alit.
Gamelan Salukat telah melakukan tur ke USA dengan Bang on the Can, USA dalam produksi opera baru Evan Ziporyn “A House in Bali” pada tahun 2009 dan 2010. Anggotanya antara lain Dewa Alit (Artistic Director), Putu Adi Septa Suweca Putra (Music Director), Dewa Gede Arta Yasa (Koordinator), dan Ketut Suryana.
“Somewhere There” merupakan salah satu komposisi yang akan dipentaskan Dewa Alit dan Gamelan Salukat pada rangkaian tur gamelan mereka di Eropa Juni 2018 mendatang. Bagi Dewa Alit sendiri, “Shomewhere There” ibarat sebuah misteri.
Alit mengaku tidak pernah bisa membayangkan bagaimana komposisi baru ini yang akan dipentaskan Juni nanti di Munich, ketika dimainkan dengan instrumen Carillon. “Ini masih menjadi misteri bagi saya, pertemuan musik dari dua kebudayaan sangat berbeda dan masih gelap,” ungkap Dewa Alit.
Dia kerap diundang mengajar dan membuat komposisi gamelan Bali di luar negeri. Di antaranya Semara Wisaya” untuk gamelan di Boston, Galak Tika di Massachusetts Institute of Technology, dan ditampilkan di New York Carnegie pada tahun 2004; “Pelog Slendro” di Bang on a Can Marathon (Juni 2006). Komposisi “Open My Door” tahun 2014 untuk Ensemble Modern dari Frankfurt, Jerman.
Adapun komposisi-komposisi lain yang juga dimainkan pada pentas gamelan di BBB diantaranya: Caru Wara (2005), Kedituan (new music for gamelan, 2017), Land Is Talking (music for ricikan and gong, 2014), dan GeringSing (2005).
GeringSing berangkat dari ide dasar palegongan, jauh sebelum bernama Legong Kraton. Pertunjukan GeringSing ini diiringi pula penampilan tari baru model palegongan klasik kreasi koreografer Ida Ayu Arya Satyani. Para penari yakni Dewa Ayu Eka Putri, Ida Ayu Wayan Prihandari, dan Dewa Ayu Swandewi.
Pertunjukan Kebyar Baru di BBB kali ini merupakan rangkaian dari tur pentas mereka di Eropa 2018, antara lain: International Gamelan Festival yang berlangsung di Munich State Museum (7 – 18 Juni), Haus der Indonesischen Kulturen, Berlin (21 Juni), Sommerscen Festival, MALMØ, Sweden (3 Juli), Roskilde Festival, Denmark (5 Juli) dan The Rudolstadt Festival, Germany (7 – 8 Juli).
Pertunjukan Kebyar Baru ini menawarkan pergerakan kesenian yang inovatif dengan harapan agar seni musik kebyar tidak terjebak pada pengertian sempit dalam kehidupannya yang mapan dan monoton pada wilayah musik tradisional.
“Kebaruan dalam konteks pertunjukan ini tidak saja mengenai bagaimana musiknya bersifat baru, namun yang tidak kalah penting juga adalah bagaimana kebaruan tersebut berdampak pada para musisi, baik dari segi teknik, estetika ataupun pemahaman dalam kontek pengetahuan tentang kebaruan musik itu sendiri,” kata Dewa Alit. [b]