Ada pemandangan lain pada Juli-Oktober di Pulau Bali.
Terlihat warna-warni bunga bermekaran di sepanjang jalan protokol seperti berasa di taman. Warna merah, ungu, dan kuning menyejukkan mata walau berada di tengah kemacetan sekalipun.
Semua ini tak lepas dari usaha Pemerintah Provinsi Bali menjadikan pulau ini clean and green, bersih dan hijau.
Dulunya, tanaman untuk penghijauan adalah jenis akasia, trembesi, dan sawo kecik. Sejak 1-2 tahun belakangan pemerintah beralih ke tanaman yang berbunga, misalnya jepun atau lavender, sebagai tanaman hias kota sekaligus sebagai tanaman penghijauan. Mereka berfungsi tidak hanya menyerap karbondioksida namun juga untuk keindahan dan estetika.
Pemerintah Bali bertekad menjadikan bunga jepun sebagai maskot pulau Bali. Mereka pun secara ambisius menanam 1.000 pohon jepun di sepanjang jalan dari bandara menuju objek wisata Kuta, Jimbaran dan Nusa Dua.
Segala upaya itu kini sedikit memetik hasil. Bunga jepun bermekaran dan memanjakan mata. Ada jepun bali merah, ada kuning, yang sering disebut jepun cendana, ada juga jepun merah muda.
Bunga jepun atau frangipani adalah nama lain dari Plumeria atau yang lazim disebut bunga kamboja. Nama latin bunga ini adalah Nerium oleander.
Tak hanya Jepun, bunga eurphopia, lavender, jepun jepang juga tak mau kalah, turut menambah warna warni keindahan, seakan hendak menjadikan pulau Bali sebagai pulau bunga.
Ke depannya pohon bunga jenis lain semoga semakin banyak ditanam agar lebih menambah keindahan pulau Bali yang memang sudah terkenal dengan keluhuran budaya dan keramahan warganya.
Kesadaran masyarakat memelihara pohon perindang jalan itu juga harus ditingkatkan. Caranya dengan melibatkan partisipasi warga, antara lain:
Satu, sepanjang kiri kanan jalan protokol itu ada hotel, bank, outlet, sekolah, apotek, dan lain-lain. Mereka dilibatkan untuk sama-sama memelihara tanaman yang ditanam pemerintah kota sepanjang batas bangunan mereka. Masing-masing punya kewajiban yang jelas dan ada konsekuensi logis.
Dua, komunitas-komunitas pecinta tanaman juga bisa dihimpun untuk sama-sama membangun budaya sadar tanaman dan sadar lingkungan.
Tiga, menghimpun relawan-relawan yang sama-sama memikirkan tentang keberlangsungan tanaman dan pohon itu, sehingga ke depan tidak ada pencurian dan penebangan tanpa izin. [b]