Undangan itu begitu saja tampil dalam laman media sosial saya.
Sebuah undangan mini konser, peluncuran video musik dan lagu terbaru Pygmy Marmoset. Saya, calon penonton ini, diminta mengisi formulir pendaftaran untuk menyaksikan pagelaran ini.
Wow, batin saya. Bukannya pagelaran musik seharusnya membiarkan sebanyak-banyaknya penonton datang ya? Apa sih maunya penyelenggara acara ini?
Griya Irama Indah, lokasi acara pagelaran ini, sejak dulu dikenal oleh penikmat film sebagai studio pemutaran film komunitas Minikino. Akan tetapi, malam itu pancaran sinar proyektor berganti gemerlap lampu panggung.
Dan ruang gelap yang menjadi ciri khas studio film kali ini mementaskan sebuah lakon, Kabar dari Hutan.
Aula mini gedung pertunjukan ini memang memiliki kapasitas terbatas. Rupa-rupanya, antusiasme calon penonton begitu besar. Belum lama undangan dirilis, daftar reservasi hampir melebihi kapasitas gedung.
Sudah sejak pertengahan tahun lalu rencana ini bergulir. Entah karena alasan apa, rencana ini baru terwujud pada awal tahun ini. Duo folk belia Pigmy Marmoset yang digawangi Zenith dan Sanjaya kali ini menyulap panggung pertunjukan guna mendukung pementasannya.
Sedari awal memasuki Griya, kita disambut alat-alat musik yang digelar di sekeliling ruangan menuju pintu masuk. Iya, itu memang alat musik pajangan yang dijual. Dan benar, alat-alat musik itu bisa kita beli. Tapi bagi saya, ia menjadi latar yang mengantarkan saya pada ruang gelap pertunjukan.
Saya merasa seperti Alice yang dengan sedikit cemas masuk ke dalam lubang kelinci yang berujung dunia ajaib.
Dan selanjutnya adalah mimpi…
Petualangan dimulai oleh Rahaji Sidhi. Semenjak meluncurkan albumnya, ia dikenal dengan baik oleh publik Denpasar. Penonton dikejutkan dengan penampilan bersama Dadang Pranoto ketika ia ikut berdendang di panggung. Berdua mereka menghangatkan suasana yang mulai disesaki oleh para penonton yang hadir.
Duo Pygmos tak hadir berdua saja, kali ini ia dibantu Fendi Rizk dan Nusan Wibisono, yang mengisi bass dan perkusi. Suara biduan duo Pygmos, Zenith, menyapa penonton dan segera saja kami dihibur oleh alunan merdu suaranya.
Selain lagu-lagu dari album bertajuk sama, diluncurkan pada 2014 yang lalu, Duo Pygmos juga mendendangkan dua lagu terbaru mereka.
Setelah jeda di antara pertunjukan, penonton diajak menyaksikan video musik yang mereka persiapkan. Wuih. Apik.
Sutradara penggarap ternyata hadir, dan beliaunya diajak naik ke panggung guna berbagi pengalaman mereka dalam proses pembuatan dan editing, yang direncanakan sederhana, tapi berujung usaha panjang menerjemahkan kegelisahan dalam lirik menjadi visual. Dan usaha itu terbayar tuntas.
“And tonight you belong to me…”
Suguhan pentas malam itu menjadi catatan awal tahun yang manis. Meski set panggung begitu sederhana, justru memperkuat kesan kesederhanaan yang memang menjadi ciri khas Pygmos. Kekuatan mereka memang ada disitu, dan mereka membuktikannya dengan baik.
Atmosfer semakin terasa hangat, dan penonton yang bersesakan hadir masih bertahan hingga penghujung acara. Jarang sekali ada kelompok musik yang bisa menjalin kedekatan tanpa jarak dengan para penontonnya.
Dan malam itu Pygmos berhasil. Bagi saya, petualangan itu terasa singkat. Meski kehangatannya masih terasa hingga kini. [b]
Pygmy Marmoset is Zenith Syahrani and Sanjaya Adi Putra
Foto Luh De Suriyani.
The writer sincerely thanks Indra ‘Igun’ Gunawan