Populasi tuna semakin menipis.
Laporan terakhir West Pacific and East Asian Seas (WPEA) menyebutkan telah terjadi penurunan yang mengkhawatirkan pada stok cakalang dan tuna mata besar di tingkat regional. Perlu upaya serius mencegahnya.
Masa depan perikanan tuna tersebut mendominasi Pertemuan Regional Komisi Perikanan Wilayah Pasifik Barat dan Tengah (Western and Central Pacific Fisheries Commission/WCPFC) yang berlangsung di Bali 3-8 Desember 2015.
Sebanyak 480 delegasi dari negara anggota WCPFC, termasuk Indonesia, merumuskan kesepakatan langkah pengelolaan perikanan tuna dari setiap negara anggota di wilayah Samudera Pasifik bagian tengah dan barat.
Berdasar laporan dan pertemuan itu, WWF mengimbau Pemerintah Indonesia untuk segera mengambil langkah perbaikan pengelolaan perikanan dari hulu ke hilir, agar komoditas perikanan tuna Indonesia dapat berkelanjutan.
Abdullah Habibi, Manajer Program Perbaikan Perikanan Tangkap dan Budidaya WWF Indonesia menyatakan langkah-langkah perbaikan pengelolaan untuk perikanan tuna meliputi penyusunan strategi pemanfaatan (Harvest Strategy), pengaturan pemanfaatan di perairan kepulauan yang harus selaras dengan WCPFC, kepatuhan terhadap standar Regional Fisheries Management Organization (RFMO) terutama pada pemenuhan data yang akurat, dan penempatan penilik yang ikut di atas kapal.
Hal ini penting bila mengacu pada data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menyebutkan Indonesia merupakan negara dengan potensi tuna tertinggi di dunia. Pada tahun 2014, total produksi tuna mencapai 613.575 ton per tahun dengan nilai sebesar Rp 6,3 triliun per tahun.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti telah menerbitkan Peraturan Menteri Nomor 4/Permen-KP/2015 tentang Larangan Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara Republik Indonesia 714 yang meliputi Laut Banda dan Teluk Tolo. Wilayah tersebut merupakan daerah pemijahan (breeding ground) dan daerah bertelur (spawning ground) dari tuna sirip kuning. WPP lain juga membutuhkan perlindungan serupa untuk menjamin keberlanjutan tuna.
Untuk mendukung perbaikan sektor perikanan menuju keberlanjutan, WWF-Indonesia telah membangun skema Seafood Savers. Seafood Savers adalah upayan memfasilitasi perbaikan perikanan pada skala industri yang mengedepankan skema Business to Business.
Selain Seafood Savers, WWF juga telah menyusun panduan mengenai praktik perikanan yang lebih baik dalam serial dokumen Praktik-Praktik Pengelolaan yang Lebih Baik perikanan tangkap, tangkapan sampingan dan perikanan budi daya, untuk pengusaha dan nelayan.
Panduan ini bertujuan untuk membantu para nelayan dalam menangkap biota secara ramah lingkungan dan berkelanjutan, termasuk proses penanganan dan pengemasannya.
Sementara itu Bubba Cook, Western and Central Pacific Tuna Programme Manager – WWF Smart Fishing Initiative Global Marine Program menyatakan bahwa dorongan politik WCPFC sangat penting untuk Pemerintah terkait mengambil aksi demi kepentingan bersama.
“Saya khawatir perikanan tuna di wilayah ini akan menghadapi penurunan jumlah tangkapan jika tak dilakukan aksi segera,” ujarnya. [b]