Dua tahun lalu, pantai ini masih kelihatan kotor.
Banyak ranting kayu dan sampah berserakan di atas pasir. Tapi kini September 2015, pantai ini nampak bersih. Suasananya pun mulai hidup dengan permainan air seperti kano dan sepeda air.
Di bawah pohon nampak sejumlah keluarga menikmati santap siang dengan menu ikan bakar dan lalapan. Lengkap dengan kelapa muda dan sayur pelecing.
Pantai Kerobokan tidak jauh dari pusat Kota Singaraja, menuju arah timur searah menuju Kubutambahan, atau sekitar 1 Km dari pertigaan Desa Penarukan. Setelah pertigaan Penarukan, kita akan melewati jembatan, maju lagi sekitar 200 m. Nanti ada perempatan kecil. Dari perempatan kita belok kiri menuju arah pantai melewati jalan beraspal berkelok sekitar 1 km.
Pantai Kerobokan kini jauh lebih bersih. Perahu nelayan berderet menambah sensasi khas pantai yang eksotis.
Siang itu suasana pantai Kerobokan begitu tenang dan nyaman. Pantai yang indah diapit dua bekas pelabuhan lama, pelabuhan Buleleng di pusat kota dan Pelabuhan Sangsit di timur. Dua pelabuhan legendaris yang menyebarkan rona magis.
Tak jauh dari parkiran akan nampak bangunan kayu bertiang di sebelah kiri. Di tengahnya ada sejumlah meja siap menyapa pelanggan. Itulah “Warung Made”, warung yang dibangun oleh Wayan Merdana dan Made Sulastri tahun 2002 silam.
Saat saya duduk di bangku, Pak Wayan dan Bu Made menyapa ramah. Saya pun memesan ikan bakar lengkap dengan pelecing dan es kelapa muda. Tak lama pesanan datang. Saya langsung colek sambel matah pedas ala denbukit.
Sambil santap siang Pak Wayan dan Bu Made berkenan mendampingi saya. Obrolan pun menjadi akrab saat saya bilang kalau sudah pernah berkunjung dua tahun lalu. Pak Wayan dan Bu Made adalah warga yang memiliki peran penting menjadikan pantai Kerobokan sebagai obyek wisata alternatif di Bali Utara.
Sejak tahun 2002 mereka berdua terus membersihkan pantai ini secara swadaya. Beliu adalah suami istri warga Kerobokan Buleleng yang terpaksa pulang kampung dari Kuta Badung karena peristiwa Bom Bali. Pasca-bom, usaha garmennya gulung tikar.
Peristiwa pilu itu kini telah berlalu, Pak Wayan dan Bu Made tetap berjuang menyambung hidup. Tahun 2002 mereka mengawali membuka warung ikan bakar di Pantai Kerobokan dengan modal ala kadarnya.
“Waktu itu tak satu pun ada warung di Pantai Kerobokan,”terang Pak Wayan.
Dua tahun pertama warungnya nyaris tak menghasilkan apa-apa, saat itu Pantai Kerobokan masih sepi dan bersemak. Hanya sejumlah pemuda yang sering datang malam-malam untuk numpang mabuk di pinggir pantai.
“Kini saya bersyukur sudah mulai ada pelanggan, cukup untuk makan sehari-hari,” ujar Bu Made.
Menyambut Hut Kemerdekaan RI ke-70, Pemkab Buleleng melakukan penilaian, atas kerja keras Pak Wayan dan Bu Made. Pantai Kerobokan berhasil mendapatkan predikat “Pantai Terbersih 2015”.
Singkat kata, rupanya program Pemkab Buleleng semua disinergikan dengan persiapan Porprov bali Ke-XII. Sarana-prasaran olah raga, keamanan, kebersihan, kesenian, kuliner, wisata semua di benahi.
Masyarakat Buleleng pun terus dimotivasi untuk menjadi tuan rumah Porprov yang baik. Hampir setiap hari mobil penerangan berkeliling mengingatkan warga di kota hingga ke desa.
Akhirnya di Pantai Kerobokan Buleleng, terjawab sudah jawaban pertanyaan yang tertunda, “Mengapa Harus Menjadi Tuan Rumah Porprov?”.
Kini semua itu tak sia-sia, pelaksanaan Pekan Olah Raga Provinsi (Porprov) Bali XII benar-benar menyisakan banyak cerita, tak hanya medali dan juara, tapi juga kuliner dan wisata.
Juga tentang “bangkitnya” panji-panji abad kejayaan lama, rakyat denbukit di Bali utara. [Made Nurbawa]