
Apakah kita pernah berpikir bagaimana rasanya menjadi mereka?
Mereka adalah manusia yang memberikan hiburan. Mereka juga menyediakan kenikmatan. Mereka adalah sasaran kebencian banyak orang. Mereka adalah minoritas. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi mereka. Saya tidak sekuat mereka dalam mengarungi sungai kehidupan. Saya belum bisa mencintai diri sendiri seperti mereka mencintai diri mereka.
Mereka ada di luar sana, dengan bangga dan terbuka. Mereka adalah manusia, sama seperti kita. Mereka adalah teman-teman Transpuan, yang lebih sering disebut Waria.
Teman-teman Trans baru saja memperingati hari visibilitas Transgender. Mereka juga ingin dilihat sebagai manusia, seperti saya, kamu, dan mereka. Sebagai manusia seutuhnya, bukan setengah manusia.
Saya menulis ini karena terinspirasi dari gerakan beberapa teman untuk membantu teman-teman Waria. Kita semua sedang dalam keadaan yang tidak baik. Saat ini, kita semua harus saling menjaga. Beberapa teman mengingatkan kita jangan sampai melupakan mereka. Saya pun berterimakasih kepada mereka. Teman-teman Waria juga menjadi kelompok yang terdampak dari pandemi ini. Namun, mereka luput dari pembicaraan ketika kita berbicara tentang korban.
Sebuah gerakan kolektif dibentuk untuk membantu teman-teman Waria, khususnya mereka yang bergantung pada penghasilan harian. Mereka yang berprofesi sebagai pengamen, bekerja di salon, maupun pekerja seks. Sekarang bukan saatnya untuk menghakimi, sekarang adalah saatnya menolong sesama manusia.
Gerakan ini dimulai di Jakarta. Gerakan ini dimulai oleh QLC Jakarta dan Teater Seroja. Sekarang gerakan bantuan untuk waria sudah tersebar di berbagai daerah seperti Medan, Bandung, Semarang, Jogjakarta, Surabaya, Bali, dan Flores. Berbagai komunitas maupun organisasi dari berbagai daerah ikut terlibat dan bahu-membahu mengumpulkan donasi dan menyalurkan bantuan sembako.
Di Bali, teman-teman dari QLC Bali menyalurkan bantuan kepada teman-teman Waria di daerah Renon, Ubung, Teuku Umar Barat, Seminyak, Jimbaran, dan Singaraja. Teman-teman QLC telah mengumpulkan donasi dalam dua tahap dan telah memberikan bantuan kepada ratusan teman-teman Waria. Saat ini teman-teman QLC sedang berdiskusi untuk kembali membantu teman-teman Waria. QLC Bali berhasil mengumpulkan dana lebih dari Rp 40 juta yang telah disalurkan kepada lebih dari 100 Waria di Bali.
Kenapa membantu Waria? Saat ini semua orang terdampak. Kehilangan pekerjaan dan pendapatan adalah suatu hal yang sangat mengerikan. Teman-teman Waria juga menjadi salah satu korban. Mereka yang mengandalkan pendapatan harian tentu saja tidak memiliki pemasukan. Teman-teman yang berprofesi sebagai pekerja seks, pengamen, maupun dalam industri tata rias kehilangan kesempatan untuk bekerja. Pertimbangan teman-teman untuk memilih membantu teman-teman Waria adalah dari semua korban yang terdampak dari pandemi ini, mereka adalah yang paling sulit untuk mengakses bantuan.
Banyak dari teman Waria yang tidak memiliki identitas resmi, seperti KTP. Saat memutuskan untuk melela sebagai Waria, keluarga mereka tidak menerima mereka sehingga mereka diusir atau memilih meninggalkan rumah di usia muda. Mereka yang kebanyakan merasal dari kota kecil, akan pergi ke kota besar untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Saat itu mereka belum memiliki kartu identitas. Tidak memiliki identitas berarti mereka akan kesulitan mengakses layanan dari Pemerintah seperti misalnya BPJS. Tidak memiliki identitas berarti mereka juga tidak dapat mendaftarkan diri untuk menerima bantuan pra kerja dari Pemerintah.
Stigma buruk dan diskriminasi yang kerap diarahkan kepada teman-teman Waria masih melekat pada masyarakat. Tentu kita masih ingat kejadian di mana salah seorang Youtuber melakukan prank atau tindakan jahil kepada beberapa Waria di Bandung dengan memberikan bantuan sembako yang berisi sampah.
Stigma buruk dan diskriminasi membuat teman-teman Waria luput dari mereka yang memberikan bantuan, termasuk Pemerintah sendiri. Karena sampai saat ini di Bali, teman-teman QLC dan beberapa koordinator teman-teman Waria belum mendengar pihak lain secara mandiri memberikan bantuan selain QLC Bali.
Teman-teman sadar mereka tidak bisa membantu banyak. Hanya cukup untuk mengisi perut. Bantuan yang diberikan memang tidak banyak. Setidaknya kita bisa melihat bahwa masih ada rasa kemanusiaan di setiap orang. Masih ada semangat gotong-royong untuk membantu mereka yang tidak terlihat dan terlupakan.

Saling Membantu
Saya ingin kalian berkenalan dengan Melati. Melati adalah seorang Waria. Melati adalah wanita tangguh. Tidak menyerah pada kehidupan. Ia telah mengambil alih kendali atas nasib mereka sendiri. Saat ini dia tinggal di Denpasar. Melati saat ini terlibat di sebuah penelitian tentang Waria. Melati memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dia dengan senang hati membantu teman-temannya yang sedang kesulitan.
Seperti saat ini, dia ikut berperan dalam membantu gerakan bantuan untuk Waria di Bali. Dulu dia pernah bekerja di yayasan yang bergerak di bidang advokasi isu HIV AIDS dan HAM. Teman-temannya sering meminta bantuan kondom sampai membantu mengambilkan obat ARV untuk teman yang berhalangan untuk datang mengambinya.
Sejak umur empat tahun. Ia menyadari ada yang berbeda dalam dirinya. Dia selalu merasa dirinya adalah seorang perempuan. Sudah sejak lama Melati menerima identitasnya sebagai perempuan, meskipun beberapa kali hal ini mengakibatkan konflik dalam dirinya. Dahulu keluarga Melati belum bisa menerima identitasnya sebagai perempuan. Ia berusaha untuk supaya kedua orang tuanya bisa menerimanya. Melati dengan sabar memberikan edukasi kepada mereka tentang Waria sebagai bagian dari ragam seksualitas dan ekspresi gender. Ia juga menunjukan bahwa dirinya bisa hidup mandiri dan beguna untuk orang lain.
Melati menjadi salah satu koordinator untuk teman-teman Waria. Dia mewakili teman-teman dari Persatuan Waria Renon (Perwaron). Melati membantu kami dari QLC Bali untuk mendata teman-teman Waria di Renon dan membantu mengkoordinasi pembagian sembako di sana. Di penggalangan dana terakhir, kami dapat menyalurkan lebih dari 130 paket sembako yang berisi beras, mie instan, ikan asin, telor, bumbu masak, minyak goreng, dan ikan sarden.
Beberapa teman Waria mengatakan jika QLC tidak akan membantu, mereka mungkin tidak akan makan malam ini. Tidak dapat melakukan pekerjaan berarti tidak ada pemasukan. Beberapa dari mereka pun kebingungan untuk membayar uang sewa tempat tinggal. Bantuan sembako yang diberikan setidaknya bisa membantu mereka untuk makan sampai dua minggu kedepan.
Selama pandemi ini masih berlangsung, teman-teman Waria tidak dapat melakukan kegiatan mereka seperti biasa. Sama seperti masyarakat lainnya. QLC Bali masih tetap menerima dan menyalurkan bantuan kepada teman-teman Waria. Sampai saat ini, mereka masih menerima donasi uang dari berbagai pihak seperti individu maupun organisasi. Bantuan lain seperti memberikan pelatihan untuk teman-teman Waria juga ditawarkan oleh salah satu teman untuk memberikan kemampuan baru supaya teman-teman Waria bisa bertahan.
Teman-teman QLC Bali sadar bahwa memberikan sembako secara terus-menerus bukanlah sebuah pilihan. QLC Jakarta dan Teater Seroja saat ini membantu teman-teman Waria untuk mendirikan usaha kecil rumahan. Teman-teman Waria yang memiliki keinginan untuk membuat usaha seperti menjual makan ringan diberikan bantuan bergilir sebagai modal usaha mereka. QLC Bali juga akan melakukan tindakan serupa dengan memberikan bantuan modal untuk usaha supaya mereka bisa tetap bertahan selama pandemi ini.
Semangat gotong-royong masyarakat Indonesia belum pudar. Pandemi ini membuktikan kita masih memilikinya dan semangat ini tidak akan padam dalam waktu dekat. Semoga kita semua bisa selamat bersama. [b]
situs mahjong