Tak bisa angkat bambu runcing, tak apalah pakai mouse.
Setidaknya kami masih ikut memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Indonesia yang ke-66 hari ini. Selama empat jam, kami di Bali Blogger Community (BBC) meramaikan ngadakan upacara bendera melalui mailing list.
Para anggota komunitas blogger Bali ini melakukan proses seperti lazimnya upacara bendera dilaksanakan. Persiapan, pembacaan teks Pancasila, bahkan doa. Bedanya, semua lewat dunia maya.
Tahun ini merupakan kali kedua upacara lewat milis dilakukan. Tahun lalu kami melakukan hal sama untuk pertama kalinya.
Ide untuk melakukan upacara lewat milis itu datang begitu saja. Daripada tak melakukan apa pun, tak apalah kalau upacara secara online. Kalau dua atau tiga tahun sebelumnya sih kami memeriahkan pitulasan, istilah kami untuk merayakan 17 Agustus, bersama komunitas lain, misalnya penghuni panti jompo.
Sejak tahun lalu, pitulasan ini diadakan secara online. Maklum, kami semakin malas. 🙂
Upacara bendera lewat milis ini diadakan mulai pukul 10 pagi Wita. Sehari sebelumnya, kami menentukan dulu siapa saja petugas upacara tersebut. Mereka yang tak kebagian tugas akan jadi peserta.
#DiLemparRantang
Meski upacara dimulai pukul 10.00 Wita, sejak pukul 07.45 Wita, “lapangan upacara” sudah ramai. Ada yang nyapu lapangan, ada juga yang ngopi dulu.
Gendo Suardana, aktivis di Bali yang juga ngeblog, misalnya menyapa pada pukul 07.30 Wita. “Walopun tugas belum jelas tetep datang pagi2 dengan setelan item ireng lengkap dgn jas. Duh *teplok jidat* ternyata bru anton aja yg ada. *ambil tempat n segera dekati anton* Nih om sampahnya taruh disini ya, aku ngupi bentar di warung sebelah *berlalu tanpa dosa*,” tulis Gendo.
Peserta upacara yang lain, Komang Satria Wibawa alias Bowo, nyeletuk, “Cangkokmensu cangkokmensu, kaCang roKok perMen tiSu . *pedagang asongan buka lapak*.”
Upacara bendera ini rencananya dimulai pukul 10 Wita. Tapi, 15 menit setelahnya, inspektur upacara, Sakti Soediro baru datang. Ini gayanya pas datang.
slow motion turun dari dokar dalam format seperti yang dijanjikan.. kondean, sack dress merah putih, high hells merah, macak ludruk..
Melirih pelan “Selamat pagi INDONESIA..” sambil lepas sunglasses liat lapangan yang sudah ramai #DiLemparRantang.
Upacara di milis pun baru dimulai pukul 10.27 Wita. Seluruh proses dilakukan. Misalnya saat pengibaran bendera merah putih oleh petugas, yaitu Hendra, Viar, dan Didi. Inilah gaya mereka di milis.
Pengerek bendera segera berjalan, cabut dari singgasananya. Trio pengereeek! Rapikan Badjoe moe. Madjoeee Djalan … kiri .. kiri ..kiri,
*wadaw kezandung, ada #rantang di jalur tengah.
*lemparRantang ke dagang asongan yg pake pramuka.
*berguman: hmmm, peserta upacara ribuan nok. Berbaris rapi. Lapangan rame oleh Masyarakat Bali yg nonton. Hehehe Bangga bisa jadi pengerek bendera!
Belok kanaaan! Greeeak, eh Graaak!. Maju 3 langkaaaah, Gerrraak!. Eh, viar didi, maju dikit dunk. 2 setengah langkah aja, hadap-hadapan ya.
*Lirik viar n didi, seka peluh.
*Lihat Didi tali temali, viar membuka bendera.
Tali sudah siap untuk ku kerrrek!
*menunggu didi n viar
*ow, tangan mereka saling bersentuhan ….
Begitulah. Seluruh proses upacara kami lakukan hingga selesai pukul 14.07 Wita. Ada sekitar 250 email selama upacara tersebut. Tumben-tumben milis BBC sampai tembus tiga kali thread untuk topik yang sama. Namun, suasananya memang penuh canda tawa. Tidak ada yang sakral termasuk soal upacara bendera saat pitulasan ini.
Bambu Runcing
Upacara bendera lewat milis ini memang termasuk hal baru bagi kami. Kami tak sendiri. Pada hari yang sama, setidaknya ada dua upacara lain setahu saya. Ada upacara online di website Indonesia Optimis.
Ada pula gerakan #17an yang mengerek bendera dengan cara mengumpulkan jumlah kicauan (tweet) yang menulis tanda pagar (hashtag) #17an.
Bagi saya, inilah cara generasi digital merayakan pitulasan. Melalui dunia maya, kami ikut berpartisipasi dalam kemeriahan perayaan HUT kemerdekaan negeri ini.
Tak sedikit yang sinis. Menganggap upacara semacam ini sebagai sesuatu yang tak realistis. Tidak nyata. Ada yang bilang kalau ini menodai kesakralan perjuangan para pahlawan.
Bagi saya sih sah-sah saja. Tiap cara kan bisa dilihat dari beragam perspektif. Ada yang yakin kalau cara itu benar. Ada pula yang terus menerus melihatnya sebagai sesuatu yang salah.
Tapi, inilah cara generasi sekarang. Kalau misalnya kami hidup zaman dulu sih mungkin kami ikut angkat bambu runcing atau bergerilya. Tapi, karena sekarang medan perjuangan plus kadang-kadang pertempuran juga ada di dunia maya, maka kami ikut angkat mouse di sana.
Tentu saja ini hanya salah satu cara. Banyak cara lainnya. Silakan mau pilih cara mana. [b]
Foto diambil dari tampilan Indonesia Optimis.
Sangat unik, upacara secara online. Ini bisa menjadi solusi bagi para generasi muda Indonesia yang mulai malas mengikuti upacara bendera di lapangan dan lebih tertarik pada perangkat-perangkat digital. Kita bisa merasakan suasana upacara, lengkap dengan komando-komando dari pemimpin upacara.
Semoga melalui upacara online ini, para generasi muda Indonesia dapat lebih menumbuhkan rasa nasionalisme dalam dirinya.
TWO THUMBS UP!!